12. Tragedi

1.5K 68 1
                                    

Pagi itu semua tampak tenang, Kara duduk mendengarkan pembelajaran namun teriakan gadis di lorong mengambil seluruh atensi murid disana.

Kara melihat dari jendela kelasnya, gadis tadi terlihat sangat berantakan dengan baju yang sudah lusuh dan rambut yang tak beraturan. Semua orang disana memandang gadis itu dengan aneh ketika gadis itu memegangi kepalanya dengan ketakutan.

"TOLONG! DI-DISANA A-ADA TU-BUH!" gadis itu berteriak dengan histeris sambil menunjuk ujung lorong yang memang mengarah ke halaman belakang 

Beberapa guru memutuskan untuk mengikuti arah yang ditunjuk oleh Leona begitu pula dengan Kara dan Ochi. Sesampainya di tempat itu, bau busuk terlihat terciun sangat menyengat disana.

Semua orang menutup hidung mereka dan begitu terdengar teriakan dari seorang guru yang menemukan sebuah tubuh yang tampak tergeletak bersama dengan tumpukan sampah di pojok halaman belakang, darah tampak memenuhi seluruh tubuh mayat itu.

Ketika Kara melihat ke arah wajah mayat itu yang tampak sudah hancur bahkan tidak bisa dikenali karena beberapa tusukan benda tajam ke arah wajahnya. Wajah Kara memucat dan lebih mundur ke belakang menjauhi kerumunana teman-temanya yang terlihat sangat penasaran.

Kara terlihat kesulitan bernafas hingga air mata membasahi wajahnya, kejadian ini sama persis dengan kejadian di masa lalu.

Para murid juga masih terlihat histeris hingga para guru memutuskan untuk memulangkan lebih awal semua murid. Sedangkan kara masih senantiasa berada dalam kelas menenangkan dirinya sendiri. Para guru juga sudah menelepon pihak yang berwajib dan rumah sakit untuk mengevakuasi mayat tadi.

Kara dan Ochi memutuskan untuk pergi ke Cafe terdekat, mereka masih belum berani pulang apalagi dengan kondisi seperti tadi.

"Gue nggak nyangka kalau kejadian mengerikan kayak gini terjadi lagi." Kara mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

"Terjadi lagi? Apa maksudnya itu?" Ochi terlihat gugup ketika Kara memberikan pertanyaan tersebut kepadanya.

Dengan menghela nafas, Ochi mulai menceritakan kejadian di masa lalu kepada Kara, "dulu SMA atmaja adalah sekolah impian setiap orang bahkan sampai saat ini, tapi mereka juga nggak pernah tau konspirasi apa aja yang terjadi di dalamnya Kara, seperti kejadian percobaan bunuh diri salah satu murid angkatan kita setahun yang lalu bahkan sebelum kepindahan lo ada beberapa murid yang keluar dengan alasan yang nggak masuk akal."

"Dan semua ini selalu menunjuk pada satu pelaku Kara. Setiap kejadian itu pada akhirnya selalu menunjuk ke arah kalandra tapi gak pernah ada orang yang berani membicarakan itu. Bahkan dia bisa dengan mudah lepasdari semua tuduhan itu." Lanjutnya sambil melihat ke arah Kara.

"Maka dari itu, jangan terlalu dekat dengan Kalandra, Kara!" Setelah mengatakan itu, deringan ponsel Kara membuat atensi kedua gadis itu melihat ke arah pesan yang masuk.

Dengan nomor tidak dikenal, ada sebuah foto yang dikirim kan ke pesan itu. Ochi melihat itu dan menggelengkan kepalanya untuk tidak membuka pesan yang tertera disana.

Namun Kara mencoba untuk tetap tenang dan membuka sebuah foto yang ada di nomor tidak dikenal itu. Namun dengan terkejut Kara menjatuhkan ponselnya dan Ochi mengambil ponsel yang ternyata adalah foto keluarga Kara yang sudah tersilet dengan banyaknya darah.

Kara dengan panik segera menuju ke luar cafe dan mencari taxi namun dari arah berlawanan sebuah mobil melaju dengan kencang akan menabrak Kara namun dengan cepat sebuah tarikan tangan segera memeluk tubuh kara dan membawanya menuju tempat yang aman di seberang jalan.

Kara membeku di tempatnya ketika dia mencium aroma tubuh yang sangat dia kenal, Kalandra. Laki-laki datang disaat nyawanya dalam bahaya dan sekali lagi selalu berusaha melindunginya.

"Jangan terluka lagi!?" Ujarnya dengan singkat setelah itu segera pergi dari sana.

Kara terdiam membisu ketika laki-laki itu pergi dari nya bahkan sebelum sempat mengucapkan sepatah kata pun. Kara bisa melihat luka di kening kalandra ketika melindunginya.

Kara tersadar ketika Ochi datang menghampirinya dengan panik, "Kara ada yang luka? Astaga, gue mau jantungan rasanya. Mana mobil tadi ngebut banget."

Akhirnya, Ochi mengantar kara sampai rumah. Begitu sampai, Kara di sambut dengan kekhawatiran oleh neneknya. Beliau sudah mendengar kabar dari pihak sekolah dan memeluk Kara dengan erat.

"Terimakasih ya nak sudah mengantar Kara sampai rumah." Ochi tersenyum dengan sopan dan setelah itu memutuskan untuk kembali pulang.

"Kara, mending sekarang kamu bersih bersih dan habis itu istirahat. Lebih baik untuk beberapa hari ini kamu jangan keluar atau sekolah dulu ya." Kara hanya mengiyakan tanpa membantah apapun perkataan neneknya.

Sedangkan di tempat lain, terlihat kalandra memukul seseorang dengan brutal hingga orang itu kesulitan bernafas.

"Pergi sejauh yang kau bisa dalam waktu tiga detik atau nyawamu akan habis hari ini juga!" Dengan lirih kalandra berdiri mengambil pistol yang dia simpan dan dengan sekali tembakan, kalandra berhasil membunuh pria itu.

"Kau telat!" Dengan bersedih kalandra menatap mayat pria itu yang terlihat mengenaskan.

Kalandra berjalan diiringi dengan gelapnya malam, semakin jauh dia berjalan semakin dalam pula kegelapan merenggut bayanganya.

Kalandra terlihat memasuki apartemenya yang terlihat berantakan dengan banyak pecahan kaca. Pria itu mengambil sebuah foto di dala  sebuah laci yang tersimpan rapi.

Pria itu terlihat mengoleskan darahnya sendiri ke foto itu dengan senyum yang terlihat mengerikan dia melemparkan foto itu ke bawah dari atas apartemenya.

"Baiklah, mari kita lihat besok!" Setelah itu, kalandra terlihat memejamkan matanya menikmati kesunyianya sendirian

Keesokan harinya, setiap koran kabar dan berita terus menayangkan insiden yang terjadi di SMA atmaja. Semua insiden itu bocor ke media hingga membuat seluruh masyarakat panik. Kalandra dengan tenang menatap semua itu hingga suara ketukan pintu terdengar. Beberapa polisi terlihat memaksa masuk ke dalam apartemenya.

Semua polisi itu terlihat menodong kan senjata ke arah kalandra, namun pria itu hanya menatap datar senjata yang mereka gunakan.

Keluar dari apartemenya, sudah banyak sekali para wartawan yang berkumpul. Setiap wartawan tampan memberondong banyak pertanyaan untuk kalandra. Laki-laki itu hanya terdiam dengan tatapan yang datar dan tajam.

Sesampainya di kantor kepolisian, kalandra hanya terdiam ketika para polisi itu memasukanya ke dalam ruang introgasi. Setelah beberapa waktu, Sebuah tamparan yang tiba-tiba dilayangkan oleh seorang pria paruh  baya yang terlihat sangat berwibawa itu menyita seluruh perhatian orang di kantor polisi

Pria paruh baya itu terlihat mengangkat tangannya hingga semua orang itu terlihat keluar dan memberikan waktu untuk kalandra dan kakeknya itu.

"Kau benar-benar anak tidak tahu diri kalandra, sudah kesekian kalinya dengan kasus yang hampir sama seperti ini!" Kalandra hanya memandang pria paruh baya itu dengan tenang.

Sebelum akhirnya kalandra mengatakan sesuatu yang membuat sang kakek terlihat membeku di tempatnya, "bukankah kau yang sebenarnya dalang dari semua ini, kakek?!" Ujar kalandra dengan dingin.

"Menurutmu aku pria yang bodoh? Kau menyembunyikan pembunuh yang selama ini! Bahkan membiarkan salah satu rencana putramu untuk membunuh ku berhasil! Benar bukan!"

"Aku bisa mentoleransi semua yang kau lakukan tapi tidak dengan menyentuh kesenanganku!" Lanjutnya dengan dingin.

***

Holaaa!
Akhirnya hari ini bisa update lagi!
Gimana sama chapter ini? Silahkan di review yaa!

Semakin kesini semakin kesana nihh! Menurut kalian benar nggak sih perkataan kalandra?

Semoga kalian suka sama cerita ini, jangan lupa untuk vote, share ke temen-teman kalian  dan komen yaa readers!

See you

The Darkness Of The KalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang