Setelah hampir tiga hari kara absen dari sekolah sambil memulihkan mentalnya untuk menghadapi hari-hari yang dia rasa akan banyak masalah. Kara akhirnya memberanikan diri bersekolah, dia harap perkataan ochi tentang kalandra yang jarang masuk ke sekolah itu benar agar setidaknya dia mendapat ruang untuk bernafas.
"Akhirnya lo dateng, gue kira lo pindah lagi setelah dengar peraturan disini." Sambil terkekeh sosok ochi menghampiri kara yang masih mematung diam di depan pintu.
"Udah, santai aja. Selama lo gak melanggar ya artinya lo aman." Rasanya kara ingin menjerit sekeras-kerasnya pada ochi bahwa dia sudah bertemu dengan Jalan di depan matanya pula.
Tetapi kara lebih memilih untuk menahan semua gerutuan di hatinya. Dia hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya.
Bel masuk sudah berbunyi membuat dia dan ochi memilih untuk diam dan mendengarkan pelajaran ini dengan tenang. Namun, di tengah jam pelajaran suara gaduh dari anak-anak kelas lain sangat mengganggu dirinya.
Kara mencoba untuk mengintip apa yang terjadi karena kebetulan bangku tempat dia duduk dekat dengan jendela. Sialnya itu adalah kesalahan Kara, matanya bertemu dengan mata laki-laki beberapa hari ini yang mamasih menguasai pikiranya.
Laki-laki itu tersenyum membuat Kara merinding seketika karena Kara rasa itu adalah senyuman dari malaikat maut.
Plukk
Kara mengaduh saat kepalanya terkena lemparan spidol milik guru di depanya. "Kara, Tolong keluar jika tidak ingin mengikuti pembelajaran saya!" Ujarnya dengan keras membuat Kara malu apalagi semua mata murid di kelas ini menyorot ke arahnya.
"Maaf bu." Ujar Kara dengan tulus lalu setelah itu, guru tersebut mulai menerangkan pembelajaran kembali sedangkan ochi yang melihat itu meringis merasa bersalah pada Kara dan meminta maaf tanpa suara dan Kara hanya menganggukan kepalanya tanda tidak apa-apa.
Setelah kejadian tadi, Kara rasa nya tidak ingin kemana-kemana bukan karena tadi dia ditegur oleh gurunya tetapi karena Kara sudah melihat laki-laki itu berada di sekitar nya.
"Ra, sekolah kita ini pulang sore. Lo kalau gak makan siang bisa pingsan. Emang lo mau ada orang yang lo repotin!" Perkataan ochi nyatanya berdampak pada kara. Kara sebenarnya bukan tipe yang suka untuk merepoti orang, dia merasa akan hutang budi untuk seumur hidupnya jikalau begitu.
Akhirnya mereka berdua menuju ke arah kantin. Lorong cukup sepi dibandingkan saat pertama dia datang ke sekolah ini. Kara disini sudah merasa ada yang aneh namun dia mencoba menghiraukan.
Tiba di kantin,seperti biasa ochi akan memerankan makanan sedangkan Kara akan mencari tempat duduk. Beberapa saat berlalu sampai ochi datang membawa beberapa makanan.
"Akhirnya makanan sudah siap. Ini buat lo dan ini buat gue." Kara antusias melihat makanan di depanya sangat menggugah selera hingga membuat perutnya berbunyi.
Setelah beberapa saat menyuapkan makanan ke mulutnya, Kara merasakan semua orang di kantin sedang menatapnya seolah dia monster. Kara yang merasa bingung pu melihat ochi yang juga menatapnya aneh.
Kara mengangkat alisnya seolah bertanya ada apa namun bukan jawaban yang dia dapat melainkan ochi yang langsung berdiri keluar menuju pintu kantin yang anehnya juga diikuti oleh para siswa di kantin.
Kara kemudian menyakinkan dirinya bahwa mungkin ini hanya firasat buruk tetapi rasa penasaranya mengalahkan ketakutanya, perlahan dia memberanikan diri untuk melihat ke belakang.
Dari bangku tempat dia duduk tepat di belakangnya laki-laki bernama kalandra itu sudah duduk dengan tenang sambil menyulut rokoknya dengan santai. Mata kalandra menatap tepat ke arah mata Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness Of The Kalan
Randomhidup Kara di mulai dari sekolah ini. kebodohanya mengantarkan dia pada kalandra. mulai saat itu dia tidak diperbolehkan bermimpi untuk bebas dari radar kalandra, sang kunci kegelapan. Kara lupa saat di dunia ini ada cahaya matanya hanya dibutakan o...