Benar saja apa yang dikatakan laki-laki itu, hidupnya sudah seperti di neraka. Setiap hari ada saja yang mengganggu nya mulai dari kakak kelas bahkan siswi centil seluruh sekolah pun ikut dalam rencana seorang kalandra. Bahkan sekarang komplotan laki laki itu bertambah dengan guru botak yang sekarang sedang menatapnya dengan tajam.
"MASIH BERAPA LAMA LAGI SAYA HARUS MENUNGGU KAMU MENJAWAB KARA!" dengan kesabaran setebal kamus besar bahasa Indonesia, kara masih berusaha menyelesaikan perhitungan nya walaupun dalam hati gadis itu sangat kesal, dia pikir menghitung fisika itu segampang membersihkan toge apa.
Akhirnya kara maju untuk menulis jawaban yang sudah dia dapat. Tidak ada satu suara pun yang terdengar di telinga gadis itu tapi dia tau bahwa mereka senang karena sudah berhasil mengerjakan tugas kalandra.
Tak butuh waktu lama bagi kara menyalin jawaban di papan tulis. Dia berbalik dan menatap guru itu masih melihat jawaban di papan tulis.
"Bagus, silahkan duduk." Setelahnya kara hanya diam mendengarkan materi selanjutnya dari guru.
Hari masih belum berakhir. Akhirnya jam untuk pulang berbunyi. Namun, Kara tak beranjak cepat cepat untuk pulang. Dia harus menemui kalandra setelah ini, mungkin minta maaf. Kara tau mungkin akan percuma tapi ada baiknya untuk dicoba.
Mengenai ochi, gadis itu dipindahkan ke kelas sebelah keesokan harinya. Bahkan ochi dan kara tidak bertegur sapa setelah kejadian di kantin hari itu. Entah apa yang terjadi namun semuanya terasa berubah untuk kara karena akhirnya dia tidak punya teman.
Kara melihat jam di pergelangan tanganya, dia menunggu semua orang pulang. Hari ini kara sudah membulatkan tekadnya untuk berbicara dengan kalandra.
Waktu terus berlalu hingga tanpa kara sadari dirinya sudah terbuai ke alam mimpi sampai menjelang senja, gadis itu masih memejamkan mata.
Keringat dingin membasahi dahi kara membuat dia mengeryit tidak nyaman seolah merasakan bahaya disekitarnya. Kara langsung tersentak dari tidurnya saat ada sebuah tangan yang menyentuh rambutnya.
Matanya menatap takut ke arah kalandra. Dia bisa melihat laki-laki itu yang menatapnya dengan datar tanpa sedikitpun ekspresi di wajah nya. Sedang kan kalandra masih diam menunggu gadis yang masih memandangi wajahnya dengan wajah ketakutan.
"dummes Mädchen." Mendengar nada suara laki-laki itu langsung membuat kata menjadi tergagap. Padahal dia sudah berlatih untuk berbicara dengan laki-laki itu tapi semua usahanya mendadak hilang saat berhadapan dengan laki-laki tersebut.
"Kalandra, Aku-aa. " Kalandra menaruh telunjuknya di atas bibir kara sebelum gadis itu melanjutkan perkataanya.
Wajah kalandra tepat di depan Kara yang membuat Kara tenggelam dalam mata kalandra bahkan dia tidak menyadari bahwa telunjuk kalandra sudah mengusap bibir gadis itu dengan lembut. Mereka benar benar tidak sadar siapa yang memulai lebih dahulu saat kedua bibir mereka bersatu.
Kara menutup matanya saat kalandra menuntut lebih akan ciuman itu. Kara melepaskan tautan bibir mereka saat merasakan sesak di dadanya.
"süss" Kara merasa lemas jika bukan sedari tadi dia duduk maka bisa dipastikan dia akan jatuh terduduk di lantai.
Kalandra menatap Kara yang masih terkejut dengan perbuatanya tadi. Kalandra mengangkat dagu Kara untuk menatap ke arahnya. Dia menyeka air mata gadis itu dan mengusap bibir Kara dengan lembut. Kalandra mendekap Kara dalam pelukanya dengan erat.
Kara masih membeku dengan semua yang terjadi tapi matanya masih terus mengeluarkan air mata. Dia tak memiliki tenaga bahkan untuk melepas pelukan kalandra atau bahkan menampar nya. Sekarang, dia benar-benar ingin pulang. Dia tidak ingin menemui kalandra lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness Of The Kalan
De Todohidup Kara di mulai dari sekolah ini. kebodohanya mengantarkan dia pada kalandra. mulai saat itu dia tidak diperbolehkan bermimpi untuk bebas dari radar kalandra, sang kunci kegelapan. Kara lupa saat di dunia ini ada cahaya matanya hanya dibutakan o...