7. Satu perjanjian

2.2K 89 2
                                    

Perasaan Kara benar-benar tak karuan saat dia melihat kalandra dengan gadis itu. Memang sebenarnya apa masalahnya, seharusnya Kara bersikap biasa saja tanpa harus memikirkan mereka berdua tapi entah kenapa sulit sekali menghilangkan kejadian di kafe kemarin.

"Kara!! Lo dari tadi nggak denger omongan gue ya!"

"Nggak ochi, maaf ya. Lagi kebanyakan tugas ini. Udah, liat aja kedepan sana. Gebetan kamu udah keliatan tuh." Kata Kara berusaha untuk mengalihkan perhatian dari ochi.

Ochi benar-benar menepati perkataanya untuk mengajak Kara ke pertandingan basket gebetannya. Kara hanya ikut menemani gadis itu walau dia tidak mengenal seorang pun disini.

"Ra, lihat depan Ra! Astaga, jadi hari ini crush gue bakal satu tim sama kalandra." Mendengar itu, sontak pandangan Kara langsung melihat ke arah lapangan dan menemukan laki-laki itu juga menatapnya dengan senyum miring.

Pertandingan dimulai dengan bola yang lebih dulu berada di tangan kalandra, Laki-laki itu dengan gesit Mendribble Bola untuk memasukanya ke gawang lawan dan tiga point pertama untuk tim kalandra.

"Gue nggak tau kalau si kalandra juga punya temen di luar apalagi anak basket begini." Dia setuju dengan perkataan ochi, entah mereka itu teman atau hanya orang yang dimanfaatkan kalandra untuk kesenanganya sendiri. Sudahlah, jika berkaitan dengan kalandra hanya akan ada pikiran buruk untuk itu semua.

Kalandra benar benar adalah sesuatu yang baru yang membuat Kara semakin penasaran dengn kehidupanya. Laki-laki itu terkadang terlihat rapuh namun di waktu lain laki-laki terlihat seperti anak remaja pada umumnya.

Sepanjang pertandingan itu, Kalandra terlihat paling menonjol, semua orang meneriakan namanya. Mata Kara masih menatap kalandra yang sudah berdiri di samping lapangan setelah peluit akhir pertandingan berbunyi.

"Ra, ayo ikut ke bawah. Gue mau ketemu gebetan gue sekalian kasih minum." Bahkan sebelum menjawab, ochi sudah terlebih dahulu menarik tangan kara menuju lapangan.

Kara hanya mengikuti ochi yang sepertinya sudah lupa dengan kehadiranya. Gadis itu terlihat antusias menatap laki-laki yang dia sebut gebetan barunya. Sebenarnya, Kara sudah ingin pergi dari sana tapi apa daya jika gadis itu malah terlihat nyaman. Kara tak sampai hati menganggu kesenangan ochi.

Tiba-tiba tangan Kara ditarik untuk mengikuti langkah kaki seseorang, dia ingin memberontak tetapi ternyata lelaki itu adalah Kalandra.

Laki-laki itu membawanya menjauhi kerumunan menuju sebuah ruangan. "Kalandra, kenapa kita kesini?" Ujar Kara sedikit takut karena hanya ada mereka berdua di ruangan ini.

Senyum miring tercetak jelas di wajah tampan di hadapanya. Sekarang jarak antara wajah mereka berdua sangat dekat membuat kata menahan nafasnya.

"Menurutmu little." Kata kalandra dengan wajah yang semakin dekat dengan kara namun nyatanya kalandra hanya ingin membuka lokernya di belakang tubuh kara.

"Aku hanya ingin mengambil baju." Katanya dengan santai sambil melepaskan bajunya yang sudah basah dengan keringat, kara langsung mengalihkan tatapanta ke arah lain sedangkan kalandra tetap menatap lurus ke arah kara seolah mengejek gadis itu yang mengalihkan tatapanya.

"Kalandra, bisa kita keluar dari sini secepatnya." Ujar kara dengan masih melihat ke arah lain.

"Aku tak pernah berkata melarangmu keluar dari sini, little." Sontak saja hal itu membuat kara mendengus sebal.

Kara memutuskan langkahnya untuk segera keluar dari ruangan itu, namun tepat saat melewati kalandra, tangan kalandra menarik tangan kara dan mencium bibir gadis itu dengan lembut.

The Darkness Of The KalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang