Kara melihat isi dari semua berkas berkas itu, dan dia menemukan sebuah rekam medis rahasia milik pasien ibunya. Disana terdapat sebuah note yang masih dia baca bahwa ibunya mengatakan bahwa bahwa hal tersebut sangat krusial.
Kara mengernyitkan dahi tidak mengerti. Dia melihat nama pasien yang tertera pada dokumen itu dan Kara tersentak kaget saat melihat nama cahaya di berkas dokumen itu.
Tidak.
Tidak mungkin.
Bukankah pemilik nama cahaya sangat banyak.
Mungkin ini milik orang lain.
Kara berusaha untuk berpikiran positif dan mengalihkan pikiranya pada ponselnya yang berdering. Kara melihat sebuah pesan yang muncul di notifikasinya.
Unknown
Sudah bisa menebak darl?Unknown
Atau kau butuh petunjuk lagi?"Siapa yang mengirimkan pesan ini?" Ketika Kara akan menelpon orang tersebut, ternyata nomer HP itu sudah tidak aktif lagi.
"KARAA! BISA KAMU KESINI!" Namun kegiatan Kara harus terhenti ketika neneknya memanggilnya. Kara segera bergegas menyembunyikan semua catatan milik ibunya dan pergi menemui sang nenek.
"Ada apa nek?" Tanya Kara ketika dia sampai di depan neneknya.
"Lihatlah itu, ada bangkai tikus di depan rumah. Perasaan nenek tidak menyuruh orang untuk mengobati tikus dan rumah ini selalu bersih dari tikus." Kara menatap bangkai tikus tersebut sebelum mengalihkan tatapanya ke neneknya.
"Bisa kamu telpon pak Darno untuk membersihkannya?" Kara menganggukan kepalanya dan setelah itu menghubungi pak Darno.
Beberapa saat kemudian, pak Darno terlihat berjalan ke arah Kara yang sedang terlihat mengerjakan tugasnya di ruang tamu.
"Permisi neng, itu mungkin neng perlu tau?" Kara tak mengerti sebelum sebuah catatan kecil berlumur darah disodorkan oleh pak Darno.
"Saya nemu ini di bawah bangkai tikusnya neng. Saya permisi dulu ya neng kalau gitu."
"Iya Pak, Terima kasih." Kara membuka catatan kecil itu yang ternyata berisi sebuah alamat.
Jalan Diponegoro 156
Perumahan kasih blok cKara tak merasa bahwa dia mengenali alamat rumah ini. "Semakin lama teror ini tak bisa diriku sembunyikan sendiri. Apa yang harus aku lakukan."
Hari ini kara mengerti bahwa teror tentang semua hal ini berhubungan denganya dan keluarganya. Kara tak bisa mengelak jika dia takut namun semua hal sudah terlanjur. Dia harus menghentikan teror ini.
Kara segera mengambil handphone dan menelpon ayahnya.
"Ayah, bisa kita bertemu."
Keesokan harinya Kara bersekolah seperti biasa, kalandra hari ini absen karena semua orang juga tak tau dimana dia bahkan Kara sendiri. Namun sekarang dia harus mengurus masalahnya terlebih dahulu.
"Maaf menunggu lama." Kara Kara setelah sampai di depan meja ayahnya.
"Tak apa sayang, kamu ingin membicarakan apa?"
"Tentang ini. Aku tidak sengaja menemukannya di gudang dan pemilik nama itu sangat tidak asing." Ayah Kara melihat berkas milik mendiang istrinya.
"Kara, seharusnya kamu tidak memboleh membuka berkas yang bukan milik kamu dan kenapa kamu harus repot repot mencari tau tentang nama di berkas ini." Kata ayahnya dengan dahi yang berkerut marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness Of The Kalan
Sonstigeshidup Kara di mulai dari sekolah ini. kebodohanya mengantarkan dia pada kalandra. mulai saat itu dia tidak diperbolehkan bermimpi untuk bebas dari radar kalandra, sang kunci kegelapan. Kara lupa saat di dunia ini ada cahaya matanya hanya dibutakan o...