Kara merutuki kebodohanya hari ini, bagaimana dia mendapatkan kesialan bertubi tubi untuk satu hari ini. Kara mencoba tenang dan meraih ponselnya, tapi memang nasib buruk masih menghampirinya sekarang. Bahkan baterai handphone nya tinggal lima persen. Tetapi Kara berusaha untuk mengirimkan pesan pada neneknya dan semoga neneknya masih membuka handphone nya.
Kara menyesal mengapa tidak mengikuti perkataan ochi dan dengan sok pintarnya menyuruh sopir untuk tidak menjemputnya karena dia harus mengambil buku dan bisa pulang dengan ojek online.
Mau tidak mau pilihanya kembali ke dalam sekolah dan menuju perpustakaan. Tadi bukankah penjaga perpustakaan bilang bahwa dia akan menginap jadi kemungkinan Kara masih memiliki teman untuk membagi rasa takutnya sekarang.
Hatinya bergemuruh hebat merasakan takut. Di sekitar nya benar-benar sepi dan senyap. Bahkan kara hanya mendengar hembusan nafasnya yang masih tak beraturan. Setibanya di depan pintu perpustakaan, kara hanya bisa melihat pintu Perpustakaan yang sudah tertutup rapat.
Saat mencoba melihat ke dalam perpustakaan, dia hanya melihat kegelapan bahkan tidak ada cahaya sebagai penerang di dalamnya. Kara sudah pasrah ingin menangis, senja mulai menginvasi angkasa. Terlihat hari akan mulai malam. Jantung kara semakin berdetak tak menentu.
Waktu bergulir semakin malam, kara melirik ponselnya yang sudah kehabisan daya. Sekarang dia hanya berharap ada orang di rumah yang menyadari bahwa dia belum pulang.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mengetuk lantai dengan keras. Suara langkah kaki itu menggema di sepanjang lorong yang gelap semakin membuat Kara tak berani melihat, Kara memejamkan matanya semakin erat.
"little girl, how can you get lost in here." Hembusan nafas lelaki itu terasa menyengat kulit Kara.
Dagu kara diangkat dengan kasar oleh tangan laki-laki di depanya, sedangkan Kara sudah menahan nafasnya memasrahkan dirinya.
"breathe, little." Suara berat laki-laki itu membuat Kara semakin penasaran dengan laki-laki di depanya ini.
Perlahan Kara bernafas dengan pelan, rasanya dia hanya bisa hanya bisa mendengar deruan nafas laki-laki itu dan miliknya. Bagaimanapun rasa penasaran Kara semakin menggerogoti dirinya untuk membuka mata. Perlahan mata kara terbuka.
Di matanya dia bisa melihat laki-laki itu yang menyatu dengan kegelapan malam, tubunya tinggi dengan rahang yang tegas. Bahkan bayangan yang terlalu sempurna dengan pantulan bulan.
"Kau terjebak little, Run!" Laki-laki itu seketika membentak Kara membuatnya semakin ketakutan.
Kara bisa merasakan kemarahan dari laki-laki itu, namun tak ayal dia tetap tak bisa berdiri untuk melarikan diri. Dia sudah berpasrah jika hidupnya cuma sampai disini.
Lalu laki-laki itu tersenyum menatap kara dengan remeh. "Kau melupakan satu peraturan penting, little." Lalu suara bising langkah kaki orang-orang yang menuju ke arahnya membuat perhatian kara teralihkan.
Sesaat kemudian, dia bisa melihat neneknya datang ke arahnya dengan dua satpam.
"Astaga kara, syukurlah kamu baik-baik saja." Kara yang masih shock hanya terdiam membisu. Namun, matanya masih mencari sosok laki-laki itu yang sudah hilang dalam sekejap mata.
Neneknya menuntun kara untuk keluar dari sekolah itu, namun kara tetap menoleh ke belakang ke arah kelamnya lorong sekolah. Dia bisa merasakan mata laki-laki itu menatapnya dengan tajam.
—————————
Pagi itu, kara memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah. Seharian dia hanya menghabiskan waktunya di kamar dengan memikirkan kejadian tadi malam yang masih menakutkan untuk dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/331253446-288-k44504.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness Of The Kalan
Acakhidup Kara di mulai dari sekolah ini. kebodohanya mengantarkan dia pada kalandra. mulai saat itu dia tidak diperbolehkan bermimpi untuk bebas dari radar kalandra, sang kunci kegelapan. Kara lupa saat di dunia ini ada cahaya matanya hanya dibutakan o...