20. Berangkat bareng?

75 3 2
                                        

20.

Denan, laki-laki yang sedari tadi diam sembari memperhatikan dua insan yang tengah bercengkrama akrab itu terlihat diam dengan wajahnya yang entah sudah menampilkan ekspresi sekesal apa. Laki-laki itu nampak menunduk, menatap ujung sepatunya dengan sepasang mata yang telah kosong. Di tengah keramaian sekitar, dia bahkan tak terusik karena pikirannya yang telah kosong.

"Jadi selama ini, alasan lo ikut Olimpiade itu karena mau ketemu cowok itu?" Gumam Denan sembari terkekeh miris.

Dulu, Denan pikir dia hanyalah anak laki-laki yang tidak banyak disukai orang. Tidak hanya laki-laki, dia pun berpikir perempuan juga tidak akan suka melihatnya. Namun suatu ketika saat Denan tengah duduk menyendiri di kursi kantin karena waktu itu ketiga cecunguk sedang memesan makanan, dia dikejutkan dengan kedatangan anak perempuan yang tiba-tiba saja duduk di sebelahnya saat hari pertama sekolah. Waktu itu Denan hanya menganggap perempuan itu tidak sopan, tapi setelah Denan menoleh dan perempuan itu memberikan senyum untuknya, Denan merasa ada sebuah debaran di dada yang tidak bisa dia jelaskan dengan kata-kata.

"Hai, kenalin gue Alya."

Denan menatap tangan Alya yang menggantung di udara itu dengan tatapan datar, entah pikiran dari mana Denan setuju untuk menjabat tangan itu.

"Denan."

Alya terlihat memperhatikan Denan dari samping, "Kayaknya kita pernah ketemu ga sih?"

Denan yang mendengar itu terlihat menggelengkan kepalanya tanpa menolehkan kepala. "Engga pernah, atau engga inget."

Alya yang mendengar jawaban Denan lengkap dengan ekspresi wajahnya yang datar itu terlihat tertawa. Baginya Denan itu sangat lucu, kaku, dan juga polos. Tapi sulit bagi Alya untuk tidak memuji Denan bahwa sejak pertama kali dia melihatnya Alya sudah tau Denan adalah murid yang pintar.

"Lo ikut Olimpiade matematika waktu SMP kan?"

Denan melirik Alya sekilas, laki-laki itu hanya mengangguk kecil dan kembali menatap ketiga temannya yang masih berebut untuk memesan makanan.

"Kan, gue bilang juga apa, kita pernah ketemu!" Ucap Alya semangat. Terlihat dari binar wajah perempuan itu.

Denan menolehkan sejenak kepalanya, "Dimana?"

"Di tempat Olimpiade, lah. Waktu itu gue ga sengaja nabrak lo dan numpahin jus alpukat ke seragam lo!"

Sejenak Denan memutar otaknya, entah mengapa dia terlihat berusaha untuk mengingat moment tidak penting itu. Entah dari dorongan apa, dia terlihat begitu berusaha. Sampai akhirnya Denan tersenyum kecil saat dia sudah berhasil mengingat kejadian itu. Dimana saat itu Denan sedang berdiri seorang diri di sebelah kursi sembari melihat handphone nya, Tiba-tiba saja dari arah samping ada segerombolan anak perempuan yang tengah berbincang dan menabrak nya. Hal yang paling Denan benci saat itu adalah ketika jus alpukat itu mengenai seragam nya hingga kotor, untung saja Olimpiade sudah berakhir.

"Duh, maaf- maaf, saya beneran ga sengaja. Aduh, maaf ya!" Ucap anak perempuan itu sembari buru- buru mengambil tisu dari dalam tas nya.

Saat itu Denan sangat kesal, sampai- sampai dia menatap sinis perempuan itu sembari mengusap seragamnya. Saat perempuan itu mengulurkan tisu, Denan tanpa perasaan langsung melangkah pergi, tanpa menghiraukan perasaan bersalah yang diterima perempuan itu.

Namun sekarang, Denan pikir dirinya terlalu naif karena malah menganggap Alya juga memiliki perasan yang sama dengannya. Di tengah keramaian itu Denan mengepalkan tangannya. Rasa kesal, marah, kecewa pada dirinya sendiri yang terlalu bodoh. Tanpa berlama-lama laki-laki itu kemudian membalikkan badan, dan betapa terkejut nya dia ketika melihat tiga orang cecunguk yang juga terlihat terkejut saat Denan menatap ke arah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang