18. Menjemput

60 9 4
                                        

18.

Sore hari yang begitu indah harusnya Gilang lewati dengan berjalan- jalan di jalanan kota yang penuh dengan aroma bensin. Atau setidaknya dia bisa healing ke tempat- tempat yang sejuk? Namun sayangnya ia harus merelakan keinginannya itu dan harus duduk di atas kasur empuk milik anak tunggal Na Jaemyun, siapa lagi jika bukan Regantara Reynand?

Tidak hanya Gilang, Roni dan Denan pun ikut duduk di sana sembari menonton Regan yang tengah mengubrak- abrik lemari besarnya di depan mereka. Satu persatu jas dengan harga yang membuat orang- orang geleng kepala pun sudah banyak Regan keluarkan, namun katanya tidak ada satu pun yang dapat menarik perhatian laki- laki bertubuh jangkung itu.

"Terus aja lo obrak- abrik, sampe nenek kebayan dateng ke sini!"

Regan mendecak mendengar ucapan Roni, tangan laki-laki itu masih sibuk mencari ke sana dan kemari pakaian yang akan dia gunakan untuk datang ke ulang tahun Alya. Sebenarnya Regan bukanlah type orang yang terlalu memikirkan tampilan, ia tidak perduli jika pakaiannya terlihat jelek atau sedikit buluk, tapi masalahnya malam ini Regan akan pergi bersama dengan mbak Crush. Ekhem, ternyata bujang kita yang satu ini tengah di landa kasmaran, meski belum tahu perasaanya akan terbalaskan atau malah akan tenggelam di dasar hati.

Gilang menghela nafas panjang, laki-laki itu terlihat lelah dan ikut pusing ketika melihat Regan yang terus menggaruk kepalanya kebingungan.

"Biasanya juga lo ga perduli mau pakai baju apaan, ini kenapa lo tumbenan begini dah?"

"Kesambet setan penunggu nih rumah kali! Baru-baru ini gue sering liat sih di internet kalau setan sekarang udah semakin brutal," Roni menjawab pertanyaan yang dilontarkan Gilang.

Denan menoleh, "maksud?"

Roni menghadapkan badannya ke arah Denan, laki-laki itu terlihat menarik nafas dalam- dalam dan siap untuk bercerita setidaknya selama satu episode drakor.

"Kemaren, gue liat di internet ada yang kesurupan anjir! Anak muda, ya seumuran kita ini!"

Denan terlihat sedikit tidak tertarik, "Terus yang brutalnya gimana? Tuh anak kesurupan sambil nyeruduk banteng?"

"Lebih parah anjir!" Seru Roni.

"Tuh orang robohin pager tetangga, mana tetangganya baru aja selesai membangun lagi, tetangga nya langsung ngamuk di tempat, kan rugi kan ye?" Roni menoleh ke arah Gilang meminta pendapat.

Gilang mengangguk paham, "Iye juga, kalo gue jadi tetangganya udah gue robohin balik dah pager rumahnya,"

"Tapi rumah nih anak ga ada pagernya anjir"

"Yaudah robohin tembok rumahnya, apa susahnya" Jawab Gilang dengan sangat enteng.

Roni menggelengkan kepalanya sembari menatap Gilang dengan tatapan seakan-akan Gilang adalah makhluk paling berdosa di dunia ini.

"Jahat bener lo, lang"

"Biar adil," Jawab Gilang dengan wajah tanpa bersalahnya.

Roni menatap Gilang dengan tatapan julid miliknya, laki-laki itu kemudian menoleh ke arah denan yang kini tengah menatap layar ponselnya dengan tampang serius.

"Kalo menurut lo, gimana?"

Denan mengangkat bahunya sekilas, "Ga tau"

"Yeee, si anjir" Ucap Roni dengan perasaan dongkol.

Sementara itu, Regan kini telah berhasil mengeluarkan isi lemari yang dipenuhi dengan pakaian- pakaian mahal yang jarang dia buka. Laki-laki itu sedari tadi masih bingung memandangi banyaknya pakaian yang selama ini bahkan belum sempat dia sentuh. Itu adalah barang-barang yang dibelikan oleh ayahnya, ibunya, dan juga eldian. Namun terkadang Regan hanya akan menggunakan pakaian yang eldian belikan meskipun jarang, karena tidak mungkin ia menggunakan pakaian mahal itu di kehidupan sehari-hari kan? Itu terlihat sangat berlebihan bagi dirinya yang ingin hidup sederhana.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang