7🦖

296 30 0
                                    

18+ ...

Setelah mandi Vian keluar masih dengan handuk yang melilit di pinggang nya. Ia menuju lemari untuk berganti pakaian. Setelah selesai berpakaian ia menghampiri Jane.

"Tolong baby." Sembari memberikan handuk kepada Jane.

Jane mengerti apa yang dimaksud suaminya itu kemudia menuntun Vian untuk duduk ditepi kasur dan ia segera mengeringkan rambutnya.

"Sudah baby." Ucapnya lalu kekamar mandi dan menggantung handuk yang sehabis ia gunakan.

Jane melihat Vian sedang duduk ditepi ranjang dengan iPad ditangannya.

"Mari tidur, kamu pasti lelah sayang." Ajaknya dan mulai menaiki kasur.

"Aku ingin dipeluk." Ucapnya lalu menarik Jane untuk memeluk pinggang Jane.

Jane mengelus kepala Vian lembut.

"Emm, baby." Panggil Jane dengan setia mengelus kepala Vian.

"Hmmm."

Hanya deheman yang Vian berikan.
'mungkin ia lelah.' batin Jane.

"Tidak, tak jadi." Ucapnya lalu menutup mata.

Sebenarnya ia hanya bingung kenapa Vian tak melakukan kegiatan yang dilakukan seperti pasangan lainnya saat malam pertama.

"Aku tak ingin melakukannya baby, kau pasti lelah, kita bisa lakukan besok dan setelah kamu siap." Ucapnya lalu mengeratkan pelukannya.

Wajahnya semakin mendusel didada Jane. Itu adalah tempat favorit nya sekarang.

"Baiklah, mari tidur."

Kini keduanya menuju pulau kapuk bersama.

Skip pagi

Jane melihat Vian tidur dengan pulas, ia tak ingin membangunkan suaminya itu. Lebih baik ia segera membasuh muka dan gosok gigi.

Ia akan membuatkan sarapan untuknya dan suaminya.

Setibanya dibawah, ia melihat seseorang memasak di pantry.

"Ada yang bisa ku bantu?" Tanya Jane.

"Selamat pagi nyonya, maaf, tidak ada nyonya." Ucapnya lalu melanjutkan memasaknya.

"Lebih baik nyonya menunggu dimeja makan saja, mari saya antar." Ucap kepala maid. Ingin hendak pergi untuk mengajak Jane untuk ke meja makan.

"Gak perlu, aku bisa sendiri." Ucapnya ramah.

"Kalian lanjutkan saja, saya akan bangunkan Vian dulu." Ucapnya lalu pergi menaiki tangga menuju lantai dua kamar utama.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

"Sayang bangun." Ucapnya dengan menggerakkan lengan Vian.

Tak ada pergerakan sama sekali. Kemudian Vian menarik selimutnya.

"Baby ayo bangun." Ucapnya juga menarik tangan Vian.

"Eungghhh."

Perlahan mata Vian terbuka dan tersenyum, bahagia nya ia dipagi hari saat melihat istrinya.

"Bangunlah, apa kamu tak pergi ke kantor."

"Tidak, aku akan libur." Ucapnya bangun dan duduk ditepi kasur.

"Kenapa?" Tanya Jane bingung, ia ikut duduk disamping Vian.

Vian masih merasa mengantuk pun dengan reflek mengangkat Jane dipangkuannya.

Jane terkejut, apalagi ia duduk dipangkuan Vian. Ia merasakan sesuatu menyembul dan menyentuh pantat nya.

"B-by aapa yang kamu l-llakukan." Tanya Jane gugup

Vian hanya diam ia semakin memeluk Jane dan menyandarkan kepalanya diceruk leher Jane.

"Bagaimana jika kita lakukan sekarang baby." Ucapnya dengan deep voice nya.

Tubuh Jane menegang. Vian mulai mencium lehernya, memberikan tanda dileher dan tangannya sudah mulai menyingkap dres yang Jane kenakan.

Vian menatap Jane, untuk meminta izin. Dan Jane hanya mengangguk sebagai tanda ia mengizinkan.

Bibir keduanya bertemu, saling melumat, tangan Vian sudah tak bisa diam. Ia menggerayai punggung Jane dan mencari pengait bra yang Jane kenakan.

Ctak,

Bra Jane sudah terlepas tapi ia masih mengenakan bajunya. Vian memperdalam ciumannya. Tangan mulai meraba buah dada Jane.

"Aahhsshh" desah Jane

'sangat besar, dan kenyal.' batin Vian.

Ia tersenyum disela ciumannya.
Dan membaringkan Jane diranjang dan melanjutkan kegiatan selanjutnya.

(Kita skip ya bagian itunya, hehe pasti udah dah pada tau lahh.)



Bersambung....

Maaf jika banyak typo bertebaran.
Jangan lupa vote dan komennya..

"Nanti gue bikinin ponakan yang tampan kek gue"

mommy janeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang