****
Kali ini tidak ada kalimat manis.
*****
"Terus gimana?"
"Gue wakilin semuanya ke lo aja ya, Ra. Soalnya minggu-minggu ini gue nggak bisa fokus ke PMR doang. Ada latihan Volly juga. Terlebihnya banyak adik kelas yang perlu latihan, jadi gue bagi-bagi tugas."
"Bisa kok, tenang aja." Zora menyetujui permintaan dari Naufan, yang meminta bantuannya untuk sementara waktu mewakilkan sebagai senior PMR dalam jadwal apapun di minggu-minggu ini. Tentu saja Zora setuju, lagipula dia tidak terlalu sibuk selain dalam kegiatan PMR. Itupun, sesuai dengan jadwal.
Lantas Naufan menghela napas lega. Ia sangat berterimakasih atas ketersediaan Zora yang mau mewakilkannya untuk sementara. Jujur saja dirinya sedikit kewalahan dalam menjalani dua kegiatan yang cukup penting. Namun kini ia memutuskan untuk memfokuskan diri untuk kegiatan dan latihan Volly. Baik untuk timnya maupun adik tingkatnya.
Diperjalanan sepanjang koridor itu, keduanya masih sibuk dengan obrolan mengenai kegiatan. Saling bantu-membantu jika memang ada sedikit kendala yang membuat keduanya tidak bisa hadir. "Jadi gue fokusin dulu ke Volly ya, Ra? Kegiatan PMR gue serahin ke lo."
"Siap. Tenang aja kali, Fan. Aman kalo sama gue," Kata Zora tersenyum.
Sedangkan di lapangan, ada Leo yang mengamati perbincangan keduanya. Ekspresinya terlihat biasa saja. Karena pada dasarnya mereka memang sudah berteman akrab. Jauh dari dirinya mengenal Zora. Akan tetapi satu fakta yang dirinya ketahui itu sedikit membuatnya memiliki keraguan yang amat besar. Takut jika salah satu diantaranya justru menjadi busur lancip yang akan menusuk dalam belakang punggungnya.
Leo memutuskan untuk mendekat. Menghampiri keduanya yang tengah berhenti di depan ruang UKS. Kedatangannya disambut dengan hangat dan sapaan akrab.
"Eh, Yo. Udah mulai latihan?" Tanya Naufan sekaligus menjadi kalimat sapaan.
Cowok itu mengangguk mantap. "Ya. Gimana sama Volly, lo?"
"Volly aman. Gue fokusin semua ke itu dulu, sedangkan kegiatan PMR... sori-sori aja nih, gue suruh wakilin cewek lo untuk sementara." Perkataan Naufan menimbulkan sedikit perubahan dari raut wajah Leo. Namun tetap terlihat biasa saja jika di depan Naufan yang bahkan sudah meminta ijin kepadanya.
"Udah banyak kandidat?" Tanya Leo seraya menyugar rambut lepeknya karena keringat. Matanya melirik Zora sebentar. Membuat gadis itu menampilkan kerutan di dahinya dengan maksud bertanya.
Naufan mengangguk dengan posisi kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. "Lumayan banyak, maka dari itu gue kewalahan." Jelasnya jujur. Sebagai kapten ekstra Volly, tentu membuatnya bertanggung jawab besar. "Gimana sama basket?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT HIM : LEO DIRGAN FALANIO
Teen FictionPERHATIAN ⚠️⚠️⚠️ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! BANYAK ADEGAN KEKERASAN! *** Kenyataannya, didikan keras dari orang tua juga sangat berdampak buruk terhadap karakter anaknya sendiri. Leo Dirgan Falanio, putra pertama yang terlahir di keluarga besar yang...