04 - DIA MASIH DIRINDUKAN

431 21 3
                                    

SELAMAT MEMBACAAA



Kalau semesta maunya dia pergi, siapapun juga nggak akan pernah bisa melarang.


—● HAPPY READING ●—

Malam ini, satu bangunan dengan sejuta lebih kenangannya kembali terang dan ramai. Banyak orang di sana, yang kembali hadir setelah beberapa bulan ini memilih untuk sepi. Ramainya mereka juga terlihat sedang membersihkan bagian-bagian ruangan yang tampak berdebu karena lama tidak disinggahi. Mereka juga menata beberapa bingkai foto yang mulai berjaring dan tampak kotor. Kini semuanya kembali menginginkan perkumpulan yang ramai persis seperti dulu.

Setelah membersihkan semuanya, mereka bersama-sama berdiri tepat di depan sebuah bingkai besar dengan foto ratusan anggota Venzaros yang lengkap. Di tengah-tengah foto itu terlihat jelas laki-laki tinggi yang memakai ikat kepala bewarna hitam yang sudah menjadi ciri khasnya sejak dulu. Dari sekian banyaknya remaja yang mengenakan jaket hitam kebanggaannya, mereka hanya fokus pada satu foto laki-laki yang sedang dirindukan. Melihat wajah tegas laki-laki itu, membuat mereka merasa bahwa kehadirannya masih ada.

"Nggak kerasa, perkumpulan kita masih bertahan sampai sekarang." Ucap Satya dengan sorot sendunya. Tangannya menggenggam erat sebuah slayer yang bertuliskan LEADALVER milik sahabatnya. Dengan artian LEADer ALgarka VERgontabara. Tidak hanya sebuah kain hitam, tetapi juga jaket kebesaran Venzaros yang di pakai terakhir kali oleh ketuanya. Jaket itu tampak bersih, meskipun ada beberapa bagian yang rusak dan juga terdapat noda darah yang tidak bisa dihilangkan.

"Dua bulan lagi, tepat satu tahun hari kelam itu, Bos. Udah nyaman banget 'kan lo, di sana?"

"Ka, sahabat lo ini udah hancur. Larangan dulu, malah gue lakuin sekarang." Adu Leo kepada sahabatnya yang mungkin masih bisa mendengar keluh kesahnya. Ia masih merasakan sakit yang luar biasa kala ingatan kelam pada malam itu masih bersarang di kepalanya.

Banyak hal yang sakit pada malam itu, banyak sekali hal yang memuakkan pada waktu itu. Dan hari itu, bulan Maret yang kelam membuat Leo di buat sehancur-hancurnya antara persahabatan dan keluarga.

"Datang ke mimpi gue dong, Ka. Kangen nih," Algan terkekeh sembari mengusap kasar air mata yang jatuh tanpa kemauannya.

"Waktu itu lo semangat banget, sampai bikin sejarah malam berdarah buat tiga perkumpulan yang nggak bisa bersatu." Ujar Satya pelan. Cowok itu menatap lamat sebuah foto sahabatnya. "Gila, gue bahkan nggak mau ngulang lagi sejarah yang lo bikin waktu itu."

"Haha, sakit banget bro. Bahkan sangat nggak pantas dijadiin buku untuk gue yang nggak suka sad ending," saut Bryan menambahi.

Semuanya bergeming dengan perasaan yang hancur. Tidak ada lagi yang bersuara selama beberapa menit berjalan. Sesak yang mengganggu, membuat mereka memilih bubar dan mencari kesibukan dengan aktifitas yang lain.

Tak lain, cowok pemilik sorot mata tajam itu masih menetap. Tangannya bergerak meraih satu bungkus rokok yang terletak di atas meja yang tidak jauh dari posisinya. Kemudian, dia berkata dengan perkataan yang terdengar pilu dan menyakitkan.

"Sekarang, orang mana lagi yang nggak membutuhkan barang ini, Ka?"

"Barang yang jauh lebih aman daripada bunuh diri 'kan?"

ABOUT HIM : LEO DIRGAN FALANIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang