SELAMAT MEMBACAA
SEMOGA SUKA SELALUU AAMIINN
***
Kejuaraan telah usai.
Hujan kian turun dengan derasnya membasahi jalanan besar yang sepi malam ini. Pesta ulang tahun dan penghargaan dibiarkan berantakan begitu saja. Kerja keras mereka untuk menghias acara tidak lagi dipedulikan. Mereka semua memencar, mencari kendaraan masing-masing dan keluar dari pekarangan rumah usai mendengar kabar yang memilukan. Kabar yang berhasil membuat mereka mengeraskan teriakan dengan tangis yang tak tertahan.
Malam dingin dengan derasnya hujan itu membasahi darah yang sebelumnya mulai mengering. Membasahi luka-luka yang sebelumnya berdarah-darah dan terasa menyakitkan. Hujan juga membasahi kesedihan banyak orang di sana. Tidak peduli dengan situasi apapun, hujan akan hanya berperan untuk jatuh dan membasahi, tanpa peduli sesakit apa seseorang yang ada dibawahnya.
Beberapa anggota Venzaros mengangkat tubuh Satya, Algan, dan Leo ke dalam ambulance untuk segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Hati mereka penuh emosi, pakaian mereka penuh darah dari sahabatnya sendiri. Sungguh, sampai kapanpun mereka tidak akan lagi mau mengingat kejadian malam kelam yang menyeramkan seperti saat ini.
"Leo..." Zora menatap nanar kekasihnya yang tak sadarkan diri. Tubuh cowok itu terlihat sangat lemah, wajahnya memucat dengan luka menyakitkan di beberapa bagian tubuhnya.
Zora tak peduli lagi dengan gaun cantiknya yang berwarna putih. Ia berjalan pelan, mendekat ke tempat bunga mawar putih yang tergeletak tak jauh dari posisi Leo terbaring sebelumnya. Tangannya bergetar, meraih bunga yang seharusnya ia dapatkan dari Leo dengan senyum lebar. Air matanya kembali jatuh tak terbendung, sakit rasanya melihat keadaan Leo saat ini. "Leo, lo harus tetep ada di samping gue. Gue terima bunganya, ya? Makasih juga surat manisnya."
Melihat suara tangisan disekitarnya, membuat satu gadis kecil itu terdiam. Alicia seolah masih mencerna dengan apa yang sedang terjadi barusan. Tatapannya kosong, meskipun ia sudah digendong sang bunda untuk masuk ke dalam mobil dan menyusul kakak laki-lakinya. Ditatapnya sang bunda yang menangis deras, terlihat lemas dan tidak berdaya. Alicia yakin, akan ada trauma setelah kejadian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Bunda, abang pasti ajak Sia jalan-jalan 'kan? Sia belum pernah main sama abang!" Gadis kecil itu mulai meneteskan bulir beningnya, membuat siapapun tak kuasa mendengar penuturan polosnya.
Semuanya telah bergegas. Zora dibawa oleh Naufan, orangtua Leo juga sudah melaju dengan kencangnya untuk menyusul sang putra. Kini tersisa beberapa inti Venzaros yang masih terlihat linglung. Ingin mencerna keadaan yang sesungguhnya namun terasa sangat sulit. Mereka sangat berantakan sekarang, duduk lemas tak berdaya dengan pemandangan darah yang mengalir bersama air hujan.
Bryan. Meraih helm fullface milik Leo yang sudah hancur. Cowok itu menghampiri motor berjejer tiga yang tidak jauh darinya bersama Ardo dan Vero. Ia bertanya dengan pandangan kosong tak terbaca, "Gue lagi mimpi 'kan, Ar? Ver? Malam ini cuman mimpi?"
"Dengan ini gue semakin benci malam. Kenapa harus ada kejadian setiap malam yang seharusnya tenang?" Vero tidak salah. Ia memang benar-benar sudah muak dengan hal-hal yang terjadi dengan Venzaros setiap malam. Mengingat lagi satu tahun yang lalu, rasanya sangat sakit. Apa ini? Kenapa selalu ada hal yang di luar batas pemikiran kepalanya?!
Ardo menatap darah dari sahabatnya yang masih membekas. Darah yang selalu terjaga itu tumpah dengan mudahnya. Manusia mana lagi yang selalu mengincar mereka? Sangat lucu! Bahkan mereka tidak ada rasa iba sama sekali. "Darah saudara gue tumpah. Gimana mau ada perdamaian? Yang ada hanya musnahnya peradaban!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT HIM : LEO DIRGAN FALANIO
Novela JuvenilPERHATIAN ⚠️⚠️⚠️ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! BANYAK ADEGAN KEKERASAN! *** Kenyataannya, didikan keras dari orang tua juga sangat berdampak buruk terhadap karakter anaknya sendiri. Leo Dirgan Falanio, putra pertama yang terlahir di keluarga besar yang...