Setelah mendengar kabar itu Namjoon segera berangkat menuju Swis tanpa ada yang tahu, ia mendatangi tempat yang Bambam kirimkan.
Sebuah apartemen kumuh,bagaimana mungkin Jenni-nya tinggal di tempat seperti ini.Ia menaiki lift menuju lantai lima dimana Jennie tinggal.
Suara dentingan lift tak lama pintu terbuka dan ia tak menyangka jika Jennie sedang berdiri di depan lift sambil menenteng sebuah tas yang sama saat mereka terakhir kali bertemu.
"Gummy—" belum selesai ia bicara namun Jennie sudah berlari.
"Jangan lari Gummy kau sedang mengandung" teriak Namjoon membuat wanita dengan dress putihnya itu berhenti.
Jennie berbalik dan menatap Namjoon sinis,"Pergilah" ucap Jennie dengan tajam.
"Aku mencari mu Jennie,kenapa kau berbohong tentang kematian-mu?" tanya Namjoon mencoba mendekati Jennie perlahan.
"Kau sudah membunuhnya ingat sekarang pergi!!!" jerit Jennie sambil mengacungkan sebuah pistol yang berasal dari tas-nya.
Namjoon terkejut melihat Jennie memegang senjata itu tapi yang ia tahu pasti bahwa wanita itu juga ketakutan pada benda yang ia pegang.
"Singkirkan itu Gummy,aku bersumpah untuk membawa mu pulang pada appa" ujar Namjoon lalu maju dan meraih pistol di tangan Jennie dan membuangnya.
"Jangan panggil dia appa dengan mulut kotor-mu sialan,dia hanya apppa ku,appa dari Kim Jennie" pekik Jennie dengan air mata yang mulai luruh.
"Aku mohon kembali Jennie,setidaknya untuk appa" bujuk Namjoon perlahan meraih tangan Jennie.
"Singkirkan tangan kotor-mu tuan Kim Namjoon yang terhormat" ujar suara yang tak lain adalah Seulgi yang baru saja datang dengan Joy.
Namjoon menoleh dan menatap dua gadis itu tentu saja ia tak asing dengan mereka,pembunuh bayaran yang sangat diminati oleh para mafia bahkan pengusaha.
"Kang Seulgi dan Park Sooyoung, aku sangat berterimakasih sudah menjaga istriku tapi sekarang aku akan membawanya pulang" ujar Namjoon dengan tenang membuat Seulgi dan Sooyoung terdiam.
"Dalam mimpi-mu tuan Namjoon atau bisa ku sebut RM?" bukan yang bicara bukanlah Seulgi ataupun Sooyoung melainkan seorang wanita cantik yang berjalan ke arah mereka.
Jennie yang sebenarnya sudah sangat takut tanpa sadar mencengkeram kemeja hitam yang Namjoon gunakan.
"Tenanglah Gummy tidak akan ada yang menembak" bisik Namjoon seraya meraih tangan Jennie yang sudah berkeringat untuk digenggamnya.
"Kau mengenalnya?" tanya Jennie dengan berbisik.
"Tentu saja suamimu mengenaliku nyonya Kim,dia bahkan tahu siapa dirimu sebenarnya,dia bukan orang bodoh yang menikahi sembarang orang" balas wanita itu yang ternyata juga mendengar ucapan Jennie.
"Pergilah Maria,kami yang pertama menemukan Jennie" ujar Sooyoung dengan kesal.
"Kami yang berhak untuk membawa Jennie pada tuan Kim" tegas Seulgi.
"Jennie bukan barang dan dia tidak akan dibawa-bawa kemana-mana apalagi oleh kalian" balas Namjoon tajam.
"Kau juga tidak berhak membawaku Kim Namjoon" desis Jennie lalu menghempaskan pegangan Namjoon pada lengannya.
Baru saja ia akan beranjak matanya menangkap seseorang yang berdiri di ujung gedung sedang membidik suaminya dengan cepat ia menarik Namjoon dan memeluknya.
Hingga suara pecahan kaca dan peluru itu menembus perut Jennie hingga membuat sang empunya berlumuran darah.Jennie luruh di pelukan Namjoon membuat semua orang terkejut melihat kejadian itu.
"Jennie,sayang bertahan aku akan membawamu ke rumah sakit" ujar Namjoon panik.
Jennie meraih wajah Namjoon dengan tangan yang sudah berlumuran darah.
"Oppa— pada akhirnya aku akan se—selalu berlari ke arah mu dan melindungi mu,aku sangat mencintai mu oppa" ucap Jennie dengan nada terbata menahan sakit yang luar biasa.
Pada akhirnya hati yang memilih meski kadang tak berjalan mulus,Jennie tersenyum sebelum matanya terpejam perlahan.
####
Next chapter bakalan jadi bab terakhir ya...nanti kita lanjut shadow lover...
Jangan lupa vote dan komen
Rianiani
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap With Mafia|| NAMJEN
RomanceJennie Kim seorang dokter hewan harus teejebak dengan seorang pria asing yang mengakuinya sebagai tunangan pria yang sialnya sangat tampan itu. Misterius,tampan,dan bisa membuat Jennie panas dingin ketika pria itu tersenyum padanya. Begitulah kesan...