"Hyung..." Jeongin memanggil Hyunjin lebih keras, ia menggoyang-goyangkan tubuh kakak angkat nya itu ketika melihat Hyunjin kesulitan bernafas dalam tidurnya.
Hyunjin membuka mata, nafas nya memburu dan ada setitik air mengalir dari sudut mata nya.
"Jeongin?" Hyunjin meraba dan memanggil Jeongin untuk memastikan penglihatannya bahwa dihadapannya sekarang memang lah adiknya.
"Aku disini hyung" Jeongin memeluk Hyunjin, menenangkan nya.
"Hyung mau aku ambilkan minum?"
Hyunjin menggeleng lemah dan cengkeraman mengerat pada lengan Jeongin ketika adiknya itu hendak berdiri.
"Tidak apa-apa, Hyung hanya ingin kau disini" pinta nya sarat permohonan.
Jeongin mengeratkan pelukannya, ia menepuk-nepuk punggung Hyunjin dengan sayang, "Hyung, aku ada disini-selalu" bisiknya.
Hyunjin mengangguk samar di dada Jeongin. ia memejamkan mata menghirup sabun beraroma strawberry yang tertinggal di perpotongan leher Jeongin. Aroma itu perlahan mengantarkan Hyunjin pada kenangan manis mereka, dimana mereka yang dahulu-bahkan sekarang- sangat menyukai sabun beraroma strawberry itu. Terdengar kekanakan memang, namun strawberry tetaplah aroma favorit mereka sampai sekarang.
"Hyung bermimpi apa?" Jeongin bertanya setelah bahu Hyunjin terasa lebih rileks di pelukannya dan genggaman tangan Hyunjin pada kaos nya melonggar.
Hyunjin melepas pelukannya, ia menggeleng pelan. "Tidak apa. Hyung haus, bisa ambilkan hyung minum?"
Jeongin segera bergegas mengambil air mineral yang terletak di atas meja kamar hotel nya.Jeongin mengulurkan botol air mineral ke tangan Hyunjin, "Ini hyung. Hyung bawa obat tidak?"
Hyunjin menggeleng lagi, "hyung lupa membawa nya." Ia mengelus puncak kepala Jeongin dan tersenyum, "hyung hanya bermimpi kok. Sekarang keadaan hyung sudah lebih baik. Ayo kita tidur lagi, bukankah besok kita harus ke Jeollanam-do?"
Jeongin menurut. Ia kemudian berbaring dan memeluk Hyunjin erat."Hyung bermimpi apa?" Tanya nya lagi. Jeongin bisa merasakan nafasnya sendiri yang menempel di dada Hyunjin.
"Hyung tidak begitu ingat." Hyunjin mengeratkan pelukannya, ia bisa mencium aroma mint dan citrus yang menguar dari rambut Jeongin, sepertinya adiknya itu telah mengganti merek atau varian shampo nya. "Tetapi hyung merasa lebih baik ketika kau ada disini. Terimakasih Jeongin-ah"
"Terimakasih juga telah menjadi kakak ku, Aku sangat menyayangi hyung" gumam Jeongin dalam kantuknya.
"Hyung juga sangat menyayangi mu" ucapan Hyunjin tidak di balas dongsaeng nya. Sepertinya Jeongin telah jatuh dalam lelap nya.
Hyunjin membelai rambut Jeongin, sedang matanya belum mau terbuai dalam kantuk.
Pikirannya menerawang jauh ke dalam mimpi nya barusan. Seperti mimpi yang lalu, ia melihat sosok seseorang yang mirip dirinya tertikam pedang. Tetapi bedanya, kali ini ia bisa melihat si pelaku penusukan dan itu pula lah alasan kenapa ia kesulitan bernafas dan menangis dalam tidurnya.
Hyunjin melihat nya, sosok itu mirip seseorang yang di kenal nya. Sosok yang diam-diam telah menarik perhatian nya. Sosok yang sangat mirip sekali dengan Felix yang ia kenal tetapi dengan balutan hanbok khas jaman dulu dan rambut pirang panjang nya. Sorot mata pria itu serupa, fitur wajah nya pun sama, begitu pula dengan dalam suara dan tinggi badan nya begitu persis seperti Felix. Seolah-olah Felix adalah jelmaan pria kejam itu dan dirinya adalah pemuda dalam tikaman pedang itu.
Hyunjin menatap langit-langit kamar yang temaram, ia mengatupkan mata mencoba mengenyahkan semua pemikiran tentang mimpi baru saja. Namun rasa sakit yang tertinggal di hati nya terasa begitu nyata hingga membuat ia sesak. Hyunjin mencoba mengatur nafasnya dan menetralkan perasaan sedihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE KNOT
FanfictionHyunjin dan Felix terikat dalam garis takdir, bahkan takdir itu terus bergulir dalam reinkarnasi nya. Namun, Keserakahan yang menyusupi Chris, membuat ia terikat dengan Felix dalam cincin perak. Ketika akhirnya Felix menemukan Hyunjin, ia menyadari...