Arc 2: Bagian Ketiga

157 40 0
                                    

Mikasa sulit mengerti.

Dia kesulitan memahami Levi yang sangat mudah berganti suasana hatinya. Sebentar-sebentar dia terasa sangat baik. Namun tak lama kemudian dia dapat berubah menjadi begitu dingin tanpa bisa diketahui alasannya.

Apakah semua vampir memang begitu?

Sepertinya tidak, karena Farlan dan Isabell memiliki emosi yang cukup stabil dibandingkan dengan Levi.

Mikasa mengeluarkan napas pelan.

Dia teringat lagi dengan pesan Levi sebelum mereka pergi.

"Jangan sampai hilang dari jarak pandangku."

Mikasa merutuk dalam hatinya sendiri.

Padahal Levi sendiri yang menyuruhnya untuk jangan terlalu jauh-jauh darinya tapi Levi sendirilah yang kemudian pergi meninggalkannya.

Entah karena rasa tanggung jawab karena sudah berjanji atau bukan, Mikasa memutuskan pergi mengikuti Levi yang entah ke mana. Mikasa hanya mengikuti arah ke mana Levi pergi tadi dengan harapan dia dapat menemukannya.

Setelah cukup jauh berjalan, Mikasa masih belum menemukan keberadaan Levi.

Jika saja dia memiliki indra tajam seperti para vampir miliki, mungkin Mikasa akan dengan mudah menemukannya. Tapi Mikasa hanyalah seorang manusia biasa.

Mikasa tidak memiliki kelebihan seperti makhluk supranatural yang disebut sebagai vampir.

Mau tidak mau, Mikasa harus bersusah payah untuk menemukan Levi.

Sayangnya, meski dia sudah lama berjalan berkeliling di dalam hutan untuk mencari keberadaan Levi, Mikasa belum menemukan jejaknya.

Dan sekarang dia mulai kelelahan. Akibat dari demam yang dideritanya beberapa hari yang lalu masih sedikit terasa. Mikasa pun menjadi lebih cepat lelah daripada biasanya.

Oleh karena pandangan matanya yang mulai kabur beserta rasa pusing mendadak menyerangnya, Mikasa kemudian memutuskan untuk beristirahat dan duduk di sebuah batu besar di dalam hutan.

Tanah yang dipijaknya serasa bergoyang.

Ujung-ujung jari tangan sebelah kanannya menopang dahinya. Sakit kepala yang dirasanya membuat kepalanya terasa berat.

Dalam kondisi menahan sakit seperti itu, Mikasa bisa membagi perhatian ke sekitarnya. Akibatnya, dia pun tidak menyadari kalau ada sepasang mata yang mengawasinya dari balik pepohonan, seperti sedang menunggu kesempatan untuk menyerang Mikasa.

Setelah bersandar di sebatang pohon, napas Mikasa yang sebelumnya terasa memburu perlahan kembali normal.

Hembusan angin yang menyapu seluruh tubuhnya pun memberikan rasa sejuk dengan efek menenangkan.

Kesadarannya perlahan membaik.

Berkat itu, Mikasa mulai menyadari kalau ada sesuatu mengawasinya.

Mikasa merasakan firasat yang tidak baik.

Mikasa dengan lekas berdiri.

Buru-buru dia menyusuri kembali jalan yang dilewatinya saat mencari Levi.

Tapi Mikasa tidak bisa menemukan jalan kembali. Di tengah hutan sekarang ini, Mikasa tersesat dan sesuatu sedang mengincarnya.

"Aku harus segera kembali," ucap Mikasa pelan.

Setengah berlari, dia melewati jalan setapak yang entah akan membawanya ke mana.

Tepat saat Mikasa mulai berlari, suara raungan mulai terdengar.

I Wanna be With You (ARC 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang