Arc 3: Bagian Ketiga

58 3 0
                                    

Suasana pagi ini masih terasa canggung seperti kemarin malam.

Ketika Isabell membangunkan Mikasa yang melewatkan malam malamnya kemarin, lagi-lagi ia mendapat penolakan dari Mikasa.

Seolah tidak memperoleh kembali energinya bahkan setelah tidur semalaman, Mikasa sama sekali tidak memiliki semangat pagi ini. Mikasa merasa kelesuan tiada tara yang membuatnya tidak ingin melakukan apapun selain bergelung di atas ranjang memakai selimut.

Begitu pula dengan Farlan yang mencoba membantu Isabell untuk membangunkan Mikasa setengah jam setelahnya. Hasilnya sama saja, nihil.

Tidak menyerah, Isabell mengetuk pintu kamar Mikasa.

"Mikasa, apa kau sudah bangun?"

Tidak ada jawaban.

Isabell dan Petra yang kebetulan sedang lewat di depan kamar Mikasa saling tatap untuk sesaat sebelum Isabell mengetuk pintu sekali lagi.

"Mikasa, apa kau sakit? Apa kau mau bubur? Aku akan membuatkannya untukmu." Ucap Isabell dengan nada cemas yang terkandung jelas di dalam suaranya.

Suara ketukan Isabell yang begitu berisik hingga terdengar ke kamar Levi membuat Levi menengok ke luar untuk memeriksa apa yang sedang terjadi.

Dengan gerakan secepat kilat, Levi berdiri tepat di depan Isabell. Levi mengindahkan saja keberadaan Petra yang juga berada tidak begitu jauh dari mereka.

"Ada apa?" tanya Levi.

Isabell memasang ekspresi khawatir, walau sebenarnya tidak perlu karena sudah tergambar jelas di wajahnya. "Mikasa tidak keluar sejak tadi malam, aku khawatir sesuatu terjadi padanya."

Mendengar itu Levi langsung mendecakkan lidahnya.

Levi mengambil kunci cadangan yang berada di laci dekat pintu kamar Mikasa lalu mendorong Isabell sedikit menjauh darinya. Kemudian tanpa mengucapkan satu patah kata pun, dia membuka pintu kamar Mikasa dan masuk ke dalam.

"Hei, hei, kau jangan asal masuk. Bagaimana kalau Mikasa sedang ganti baju?" teriak Isabell yang dibiarkan Levi lewat begitu saja bahkan dengan santainya membalas, "tidak masalah. Dia juga pernah melihatku saat sedang mengganti pakaian."

What the ...?!

"Lagipula ini bukan saatnya mencemaskan hal seperti itu. Dia sudah melewatkan makannya beberapa kali. Tubuh manusianya takkan bertahan jika terus dibiarkan." Levi meneruskan dengan suara acuh tak acuh.

Dia sama sekali tak menghiraukan seruan protes Isabell dan hanya menyuruhnya untuk ikut masuk ke dalam untuk melihat keadaan Mikasa.

Isabell mengiringi Levi yang sudah berjalan lebih dulu masuk ke kamar Mikasa kemudian membuka jendela yang terkunci rapat membuat cahaya terhalang masuk membuat seisi kamar menjadi gulita tanpa pencahayaan.

Setelah ruangan yang menjadi kamar Mikasa perlahan berubah terang, giliran Levi yang menyingkap selimut yang menyembunyikan Mikasa hingga seluruh badannya dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

Spontan, Levi menempelkan punggung tangannya ke dahi Mikasa membuat Mikasa sedikit terlonjak karena suhu tangan Levi yang dingin bertemu dengan suhu tubuhnya yang mulai meninggi sejak subuh lalu.

"Kau demam, kenapa tidak mengatakannya?" suara Levi terdengar meninggi. Dengan gerakan kilat dia ke dapur mengambil baskom, mengisinya dengan air dingin serta handuk lalu mengompres dahi Mikasa.

Meski sambil mengomel sedikit karena diam saja saat sedang sakit, Levi tetap telaten mengelap keringat di sekitar wajah dan leher Mikasa. Levi juga menyuruh Isabell untuk segera membuatkan bubur.

I Wanna be With You (ARC 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang