Arc 3: Bagian Keempat

77 2 1
                                    

Petra mengawasi Levi yang sedang menuang air ke dalam gelas.

Pikiran yang terbersit dalam benaknya sebelumnya dengan segera ia enyahkan dari pikirannya.

Karena walaupun apa yang terpikir olehnya itu adalah fakta, dia tidak memiliki hak untuk marah akan hal itu.

Dia telah menghilang selama seratus tahun lamanya. Dan sebanyak apapun ia berharap untuk tidak ada yang berubah, ada banyak hal yang telah terjadi kepadanya dan juga pada Levi. Karena itu dia harus meredam semua kecemasan yang mengisi relung hatinya.

Mencoba bersikap lebih ramah, Petra menawarkan diri membantu Levi menjaga Mikasa.

Karena tidak ada alasan untuk menolaknya, Levi membiarkan saja Petra berjalan satu langkah di belakangnya mengikutinya kembali ke kamar Mikasa.

Pada saat baru ke luar dapur, tidak ada yang saling bicara di antara mereka membuat suasana menjadi sunyi sekali.

Tidak tahan dengan keadaan seperti itu, Petra berinisiatif membuka pembicaraan.

"Bagaimana keadaan Mikasa?"

Tanpa menoleh Levi menjawab singkat, "sudah lebih baik."

"Benarkah begitu? Syukurlah." Petra mengulas senyum tipis yang dilihat Levi ketika ia sedikit menoleh ke belakang.

Setelah itu Petra semakin memperpendek jarak antara dirinya dengan Levi hingga dia berada tepat di sisi Levi.

"Apakah kau ingat, Levi." Petra melirik Levi sebentar sebelum meneruskan perkataannya. "Dulu ketika aku sakit, kau juga yang merawatku."

Tatapan Petra menerawang. Setelah menemukan kembali ingatannya, setiap hal yang berkaitan dengan Levi menjadi begitu berharga baginya.

Dia merindukan Levi dan ingin kembali dekat dengannya sebagaimana dulu.

Bisakah mereka kembali lagi seperti dulu?

Pertanyaan seperti itu sering sekali timbul dalam benak Petra. Tiada hari tanpa dia bertanya-tanya mengenai kapan dirinya akan kembali ke hari-hari saat dirinya bersama dengan Levi.

"Aaaa, itu memang pernah terjadi dulu." Levi agak lambat menjawab kata-kata Petra. Dia seperti sedang memikirkan hal lain.

"Ya, benar. Aku masih ingat bagaimana wajah frustasimu saat demamku tidak turun-turun."

"Apakah aku begitu?" tanya Levi dengan nada tak percaya padahal ia ingat betul kebenarannya. Sefrustasi apa dirinya dulu ketika melihat demam Petra tidak kunjung turun padahal ia sudah diberi obat.

Petra mengangguk. Dia sekali lagi dia mengenyahkan perasaan buruk yang mendadak hinggap dalam dadanya lalu sambil setengah tertawa dia mengatakan, "jangan bilang kau lupa! Saat itu aku sakit, tapi aku bisa mendengar jelas bagaimana kau mengomeli Isabell karena obat yang dibawanya tidak segera menyembuhkan demamku."

Levi tersenyum kecil mendengar yang Petra katakan.

Memang dulu dia pernah seperti itu, mengomeli Isabell karena obat yang diberikannya pada Petra tidak bekerja dalam sekejap.

Mungkin karena pengalaman di masa lalu itulah yang membuat Levi lebih mahir dalam merawat orang sakit sekarang. Meski perasaan cemas itu tetap ada sebab Mikasa yang tiba-tiba demam, dia dapat dengan tenang menanganinya hingga demamnya sudah mulai turun sekarang.

Pembicaraan mereka berhenti karena mereka berdua sudah tiba di depan pintu kamarnya Mikasa.

Setelah mengetuk pintu sekali dan memberitahu kalau itu dirinya, Levi langsung masuk ke dalam kamar lebih dulu dibandingkan Petra yang masih berdiri di depan pintu.

I Wanna be With You (ARC 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang