2

560 30 0
                                    

Malik sudah sampai di rumah sakit, hari ini adalah jadwalnya praktek dan karena masalah Barra tadi membuatnya harus terlambat. Saat dia meliwati poli anak Malik melihat Rosa tunangannya sedang sibuk menenangkan seorang anak gadis di depan ruangannya membuatnya ikut mendekat.

"Kenapa Cha?" Tanyanya pada tunangannya "Ini anak cantik tapi katanya takut di suntik" jawab Rosa membuat Malik ikut berjongkok di depan anak gadis yang masih menangis itu.

"Halo cantik, kenapa takut di suntik?" Tanya Malik
"Sakit hikss Om hiks doktel hiks" ucapnya terbata karena menangis.

"Siapa yang bilang sakit?" Tanya Malik lagi
"Kakak hiksss" jawabnya membuat senyum Malik muncul lalu lelaki itu mengusap lembut air mata yang membasahi pipi gadis kecil di depannya.

"Di suntik gak sakit sayang, nanti kamu jadi sembuh terus jadi kuat" katanya membuat anak gadis itu sedikit lebih tenang.

"Om dokter punya coklat, kalo kamu mau di suntik nanti om kasih coklatnya, gimana?" Pertanyaan itu membuat gadis kecil itu menatap Malik lalu menatap Ibunya.

"Coklatnya mana?" Tanyanya membuat Malik tersenyum dan mengeluarkan sebatang coklat dari saku jas nya. Saat gadis itu ingin mengambil coklat di tangannya Malik menariknya kembali.

"Suntik dulu baru om kasih coklatnya" katanya membuat gadis itu mengangguk lalu Rosa menuntunnya masuk agar bisa langsung di tindaki. Setelah kurang lebih sepuluh menit akhirnya selesai dan Malik pun memberikan coklat sesuai janjinya. Setelah selesai anak gadis tersebut pun pulang bersama ibunya.

"Kok kamu bisa punya coklat sih?" Tanya Rosa membuat Malik tersenyum "Tadi ambil di apartement Jero" jawabnya "Yaudah aku balik ke ruangan dulu yaa, jadwal ku udah telat sejam" pamitnya dan Rosa hanya mengangguk.

Saat Malik sudah tiba di ruangannya dia langsung meminta perawat untuk memanggilkan pasien pertama.

"Bagaimana kabarnya pak Sujito?" Tanya Malik "Yah begitulah dokter, saya kesini karena kemarin dipanggil katanya jadwal operasi saya sudah ada" ucapnya dan Malik membalasnya dengan senyum.

"Iyaa kemarin saya dapat kabar minggu depan bapak sudah bisa operasi, dan malam ini sudah bisa masuk kamar" katanya "Karena nanti bapak sudah masuk, jadi bapak bisa ikut sama perawat untuk CT Scan dan pemeriksaan lainnya" ucap Malik dan Sujito pun ikut bersama perawat ke ruangan lain.

Di dalam ruangan tersisa Malik bersama Arini anak dari Sujito. Tidak ada yang membuka suara diantara keduanya shingga menciptakan suasana yang sangat canggung. Merasakan kecanggungan di antara keduanya pun membuat Malik berdeham.

"Rin? Kamu masih marah sama aku?" Tanya Malik membuat gadis yang duduk di depannya mendongak menatapnya.

"Aku gak bermaksud rahasiain statusku, kasih aku waktu aku akan coba buat batalin pertunangannya" ucap Malik lagi membuat Arini mendelik tajam

"Kamu gila ya? Orang sebaik dokter Rosa mau kamu sia-siain?" Ucap Arini tak percaya "Aku gak bisa paksa perasaan aku, aku maunya sama kamu" ucap Malik membuat Arini menggeleng "Gak, hubungan kita udah selesai ya Malik, aku gak mau jadi perusak hubungan orang" ucap Arini

"Please Rin, kasih aku kesempatan aku bakal selesain semuanya sama Rosa" ucapnya

"Nanti aku yang bilang ke mama papa, pertunangan kita di batalin aja" Ucap seseorang yang berdiri di depan pintu ruangan Malik.

"Cha..." Ucap Malik membuat Arini berbalik dan sedikit terkejut melihat Rosa sudah berdiri dengan tatapan ramahnya.

"Harusnya kamu ngomong Lik, gak main belakang kayak gini" ucapnya ramah "Cha maafin aku, aku bisa jelasin" ucap Malik namun Rosa menggeleng "udah yaa, ini tadi hp kamu ketinggalan di meja kerjaku" balasnya sambil meletakkan ponsel Malik di atas meja lalu berjalan keluar meninggalkan dua orang yang saat ini menampakkan wajah pias.

119 (7 Dreams)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang