8

163 10 0
                                    

Seorang lelaki dengan pakaian kasual berjalan kearah meja yang diisi beberapa orang yang sedang menikmati sarapan. Atensi orang-orang pun berapih kearahnya.

"Mal, lo tau gak Lia kemana?" Tanya Lelaki itu saat tiba di depan meja. Mala yang di tanya pun melihat Ryan lalu menunjuk area pantai yang terlihat dari jendela besar.

"Lagi main sama Sean" ucapnya
"Emang gak lo telpon?" Tanya Alvaro "Hpnya di tinggal di kamar, padahal gue udah bilang bakal pulang pagi ini" jawabnya

"Sorry Yan dari kemarin Sean emang nemplok banget sama Lia, bahkan dia sampai tidur di kamar kalian" katanya lalu Ryan mengangguk mengerti dan ikut duduk disana.

"Bang, Kak Lia kayaknya sakit deh gue kemarin liat dia pucet banget" ucap Barra membuat Ryan menatap istrinya yang terlihat bermain pasir bersama Sean.

"Gak kok, Lia lagi gak makeup jadinya pucet. Kemarin gue cek dia baik-baik aja" ucap Mala dan Barra hanya ber oh saja.

"Abis dari sini lo terbang lagi?" Tanya Damar dan Ryan mengangguk "Gue harus rapel penerbangan gue sebelum cuti panjang buat rayain anniv ke 6 bareng Lia" ucapnya

"Emang Lia gak curiga jam terbang lo nambah?" Tanya Damar "Gak lah, mau curiga apa coba" ucapnya lalu meminum kopi yang baru saja disediakan pelayan.

"Malik sama Raka kemana?" Tanya Ryan
"Raka biasalah lagi ngebucin bareng sugar baby nya" ucap Damar dan langsung mendapat toyoran dari Raya.

"Sembarangan! Aruna bukan sugar baby ya" ucap Raya sebal karena Damar yang bicara sembarangan.

"Gila Ray gue bercanda elah" katanya sambil terus mengelus kepalanya yang baru saja kena. "Cuma Raya emang yang bisa hadepin elo Mar" ucap Alvaro sambil menggelengkan kepala.

"Terus Malik?"
"Ndekem dia sama Arini" jawab Damar "Ocha gimana?" Damar hanya mengedikkan bahu "sejak dua hari lalu kita sampai disini dia gak pernah keliatan.

"Kak Ocha ada kok, aku kemarin ketemu pas liat sunset di pantai" ucap Cinta "Gue jadi Ocha mah udah gue batalin tu pertunangan" ucap Mala dan di setujui semua wanita yang ada disana.

"Laki kalo udah sekali selingkuh udah gaakan tobat" sambungnya "Gak juga, kalo dia khilaf pasti bakal berenti. Jangan judge semua hal tentang laki-laki itu negatif" bantah Ryan namun Mala hanya mengedikkan bahunya acuh. Kegiatan sarapan dan berbincang pun terus berlanjut hingga satu persatu penghuni meja bergeser meninggalkan tempat.

•••••—————
Lia yang baru saja mengantarkan Sean kembali ke kmar orang tuanya pun langsung masuk ke kamarnya. Dia merasa harus membersihkan diri karena sore nanti adalah acara pernikahan Jero dan Kikan. Saat masuk di kamarnya dia melihat Ryan duduk di ranjang sambil memainkan ponselnya. Lelaki itu mendongak dan tersenyum kala melihat istrinya masuk.

Ryan berdiri dan mendekati istrinya dengan wajah senang karena akhirnya rasa rindunya bisa terobati, tapi belum sempat memeluk istrinya sudah menghindar dan menjauh darinya.

"Aku keringetan, mau mandi dulu"ucap Lia lalu masuk ke kamar mandi meninggalkan Ryan diam menatap bingung, namun setelah sadar dia pun berjalan mendekati pintu kamar mandi untuk menyusul Lia tapi ternyata pintu kamar mandi di kunci dari dalam, hal itu membuatnya menghela napas lalu kembali naik ke atas ranjang.

Tiga puluh menit berlalu akhirnya Lia keluar, wanita itu langsung berjaln menuju koper dan mengambil pembalut membuat Ryan menatap heran.

"Bukannya jadwal bulanan kamu seminggu lagi ya?" Tanya Ryan yang sudah menghapal tanggal istrinya kedatangan tamu bulanan. Lia hanya menatap singkat suaminya lalu berjalan kembali ke kamar mandi, lagi-lagi hal itu membuat Ryan terdiam bingung.

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Ryan saat Lia sudah keluar lagi dari kamar mandi, pertanyaan itu membuat Lia menoleh.

"Aku kenapa?"

"Dari tadi kamu nyuekin aku, kamu kenapa? Perutnya sakit banget ya?" Tanya Ryan
"Biasa aja, kamu mandi gih gak lama lagi acara Jero mulai" ucapnya lalu duduk di meja rias untuk memakai skin care dan make-up. Mendengar ucapan istrinya akhirnya Ryan mengalah dan berjaln ke kamar mandi.

•••••—————
"SAH!" Ucap seluruh tamu undangan saat Jero mengucapkan ijab kabul di hadapan wali hakim dan penghulu. Kikan yang memang baru akan bergabung pun sudah terlihat di ujung pintu berjalan bersama Aruna dan juga Raya. Semua orang takjub dengan kecantikan menantu baru keluarga Dominic.

"Kita lengkapi surat-surat nya dulu yaa" ucap penghulu sambil menyodorkan beberapa berkas yang harus di tanda tangani kedua mempelai sebelum beralih ke acara selanjutnya.

Jero yang sudah menyelesaikan semua berkas pun menggenggam tangan Kikan untuk di ajak naik ke atas panggung dimana kedua orang tuanya beserta kakeknya duduk, mereka akan melaksanakan kegiatan sungkeman.

Kikan yang mencium tangan ayah mertuanya pun mendapatkan elusan penuh sayang. Sejak ia menjadi sekretaris ayah Jero, dia di perlakukan dengan sangat baik. Terlihat senyum tulus dari ayah mertuanya membuat hatinya menghangat. Setelah selesai Kikan pun beralih ke arah ibu mertuanya sama seperti sebelumnya dia mencium tangan wanita yang biasa di panggil mama oleh suaminya, wajahnya di tarik untuk melakukan cipika cipiki namun senyum di wajahnya yang sejak tadi terlihat indah tiba-tiba hilang setelah mendengar bisikan dari ibu mertuanya.

"Bukan karena Jeromi suka sama kamu kami akan terima kamu disini! Inget dan sadar diri itu penting kamu cuma istri yang di jadikan teman tidur dan tidak akan bisa jadi nyonya Dominic! Perempuan rendahan seperti kamu tidak akan pernah pantas untuk itu" bisikan  ibu mertuanya membuat hatinya mencelos, Ternyata benar kata Raya, sadar diri adalah hal yang paling penting untuk orang sepertinya.

Setelah bisikan ibu mertuanya Kikan hanya diam dan mengikuti acara resepsi dengan tenang, dia memaksakan senyumnya terus terpatri indah di wajahnya agar seluruh tamu tidak menyadari kegundahannya.

Saat ini Kikan sudah berada di kamar menunggu Jero yang sedang membersihkan dirinya di kamar mandi. Kikan berdiam diri memikirkan ucapan mertuanya tadi, dengan wajah sedih dia menatap ke cermin sambil menghela napasnya dalam.

"Bukan pernikahan seperti ini yang gue mau" ucapnya pelan dan kembali menghela napasnya.

•••••—————
Ryan baru saja masuk di kamarnya setelah tadi ia berdiskusi dengan beberapa koleganya. Di dalam kamar Ryan sudah melihat istrinya tidur dengan nyenyak membuat lelaki itu mendekat dan menatap wajah istrinya dengan senyum manisnya lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai Ryan pun keluar dengan wajah yang sudah segar dan ikut bergabung bersama sang istri. Sebelum ia ikut tidur Ryan mengecup penuh sayang, di kecupnya berkali-kali tanpa jeda karena rasa rindunya yang sejak tadi pagi belum sempat ia salurkan. Setelah puas Ryan akhirnya ikut berbaring sambil mendekap erat tubuh istrinya yang tidak memunggunginya, lelaki itu memeluk Lia dari belakang dan tidak merubah posisi itu karena tak mau mengganggu tidur sang istri.

Saat napas Ryan mulai teratur di belakang lehernya, Lia membuka matanya, dengan mata yang berkaca dan rasa sesak di dadanya pelan-pelan Lia singkirkan tangan Ryan dari tubuhnya dan kembali tidur sedikit lebih jauh dari suaminya.

•••••—————
Arunaish

119 (7 Dreams)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang