6

238 16 0
                                    

Lia saat ini sedang duduk di ruang tunggu bandara bersama Mala, hari ini adalah keberangkatan mereka ke Bali untuk menghadiri pernikahan Jero. Dari jauh terlihat Alvaro bersama putranya sambil membawa es krim di tangannya.

"Sean lucu banget sih Mal" ucap Lia membuat Mala tersenyum lalu mengangguk dan melambaikan tangan ke arah putranya. "Dia makin hari makin mirip papanya" ucap Mala membuat Lia ikut tersenyum.

"Lo masih konsumsi obat itu?" Pertanyaan mala membuat ekspresi Lia berubah "Semua itu pilihan lo Li, tapi saran gue lo coba buat percaya sama Ryan" ucap Mala "bahkan selama kalian nikah 5 tahun terakhir Ryan gapernah kan macem-macem" sambung Mala lagi dan Lia tetap diam.

"Gak semua laki-laki kayak ayah lo Li" ucapan itu membuat air mata Lia menetes "gue salah banget ya Mal? Selama lima tahun Ryan berharap punya anak tapi di belakang dia gue konsumsi kontrasepsi" pertanyaan Lia membuat Mala menggeleng.

"Gue ngerti kekhawatiran yang lo pikirin tapi semua itu gak terbukti kan? Sampai saat ini Ryan tetep setia dan sayang sama lo" ucap Mala membuat Lia mengangguk bertepatan Alvaro juga Sean yg tiba di hadapan mereka.

"Bunda ini Sean beli coklat buat bunda" ucap Sean memberikan Lia coklat batang "yang di beliin cuma bunda nih? Mama gak?" Tanya Mala "Coklat mama di beliin papa, itu" ucapnya sambil menunjuk bungkusan yang di bawa Alvaro.

"Yaudah sini sean duduk sama bunda" panggil Lia lalu mengangkat tubuh anak laki-laki itu untuk duduk di pangkuannya. Mereka pun berbicara banyak hal dan terkadang Lia menanggapi pertanyaan random Sean yang membuat orang dewasa gemas melihatnya. Sean dan Lia memang cukup dekat karena anak itu selalu datang bermain ke tempatnya, kadang juga Lia yang akan menjemput sean dari playground jika Mala maupun Alvaro sedang ada kerjaan.

"Ryan sampai di Bali nya kapan Li?" Tanya Alvaro
"Lusa Al, dia masih ada dua penerbangan" jawabnya lalu kembali bermain bersama Sean sampai panggilan untuk mereka naik ke pesawat pun terdengar.

•••••—————
"Bapak manggil saya?" Tanya Cinta yang sudah ada di ruangan Barra. Lelaki itu masih sibuk dengan beberapa berkasnya namun matanya masih bisa melihat Cinta.

"Sini!" Ucapnya membuat Cinta langsung mendekat kearah Barra. Tangan kirinya yang kosong pun di gunakan untuk menarik Cinta berdiri lebih dekat dengannya sampai pada kertas terakhir yang ia tanda tangani Barra pun menatap Cinta dalam.

"Siapin barang-barang kamu nanti malam kita berangkat ke Bali" ucap Barra setelah menutup berkas di depannya. Cinta yang bingung pun berusaha mencerna ucapan Barra.

"Mau ngapain ke Bali pak?" Tanya Cinta "Temani saya ke acara pernikahan sepupu saya"jawabnya "Tapi pak, kerjaan saya gimana?" Tanya Cinta "Kamu itu perginya sama boss jadi gak usah khawatir lagi masalah kerjaan" ucap Barra membuat Cinta menghela napas. Terhitung hampir tiga bulan ia menjalin hubungan tanpa status dengan atasannya ini, membuat Cinta terkadang bingung harus bersikap seperti apa.

"Kenapa kamu diem?" Tanya Barra dan Cinta hanya menggeleng "saya balik keruangan dulu pak, nanti setelah kerjaan saya beres saya izin buat packing barang" ucapnya membuat Barra pun menangguk naun sebelum Cinta berlalu dia menarik gadis itu mendekat dan mengecup singkat pucuk kepalanya.

"Jam delapan nanti saya jemput kamu yaa" katanya dan Cinta mengangguk paham lalu keluar dari ruangan Barra.

Sesuai yang dikatakannya Cinta menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dan bergegas pulang menyiapkan barangnya untuk di bawa ke Bali sesuai arahan Barra.

Beberapa jam berikutnya Barra sudah terlihat di depan unit apartement Cinta dengan setelan kasualnya. Lelaki itu menekan benerapa nomor yang merupkan sandi pintu apartement Cinta dan langsung masuk ke dalam. Sadar ada yang masuk Cinta pun menengok dari arah kamar dan mendapati bossnya sudah duduk manis di sofa membuatnya bergegas menyelesaikan kegiatannya.

"Sudah siap?" Tanya Barra saat melihat Cinta keluar sambil menggeret kopernya. Gadis itu mengangguk lalu berjalan mendekati Barra.

"Ayo" ucap Barra lalu mengambil alih koper Cinta dan juga menggenggam tangan gadis di sebelahnya. Keduanya pun berjalan ke arah mobil untuk segera berangkat ke bandara.

"Bangunin saya kalo udah sampe ya" ucap Barra lalu menyender kearah Cinta sambil memeluk gadis itu nyaman. Cinta yang sudah terbiasa dengan tingkah Barra pun hanya mengangguk pasrah.

Empat puluh menit akhirnya mobil yang di tumpangi Cinta dan Barra sampai di bandara. Gadis itu langsung membangunkan Barra yang begitu lelap tertidur di sampingnya.

"Pak, kita udah sampai" ucapnya sambil sesekali menepuk halus pipi Barra. Lelaki itu menggeliat lalu membuka matanya perlahan. Matanya yang merah menandakan tidurnya begitu nyenyak.

"Lepasin saya dulu pak, kita udah harus masuk" ucap Cinta kala Barra masih memeluknya erat dan masih menempel manja padanya.

"Kasih saya satu ciuman dulu baru kita turun" ucapnya lalu memasang wajah penuh harap di depan Cinta.

"Ada pak Karni ga enak" bisik Cinta membuat Barra menatap supirnya lalu berdeham. Mendengar kode sang atasan akhirnya pak Karni pun keluar dari mobil meninggalkan atasan dan kekasihnya berdua.

"Udah keluar kan" ucapnya membuat Cinta tak bisa mengelak lagi dan akhirnya mengecup singkat ujung bibir Barra namun pada dasarnya lelaki itu tidak pernah puas akhirnya dia menarik tengkuk Cinta mendekat dan menciumnya lembut.

Barra terus melumat bibir Cinta hingga menimbulkan bunyi yang mengisi mobil yang mereka tumpangi. Tangan Cinta sudah berpindah ke leher Barra dan membuat lelaki itu dengan mudah memindahkan Cinta ke atas pangkuannya.

Keduanya benar-benar larut sampai melupakan fakta bahwa mereka sedang berada di tempat umum. Sampai saat suara ponsel Barra berbunyi membuat keduanya langsung memisahkan diri dengan napas terengah.

Barra mengangkat telpon dan menatap keluar jendela disana sudah ada Damar yang menatapnya tajam.

"Lo kalo emang gatau tempat ya? Gak bisa sabar gitu?" Omel Damar membuat Barra mendengus llu mematikan telponnya.

Cinta yang mengetahui bahwa mereka kepergok pun langsung menunduk dengan wajah memerah namun Barra mengangkat wajahnya dan kembali mengecup bibirnya lembut.

"Gak papa, gak usah malu" katanya sambil merapikan penampilan Cinta dan mengajak gadis itu keluar.

"Gak papa dengkulmu? Orang-orang pasti anggep gue cewek gampangan" ucap cinta dalam hati. Saat keduanya keluar sudah ada Damar bersama managernya juga pak Karni yang masih setia berdiri di dekat mobil.

"Yang lain dimana?" Tanya Barra
"Udah di dalem, makanya punya napsu itu di tahan-tahan jangan main gas dimana aja" ucap Damar namun Barra hanya memutar bola mata malas.

"Cinta kalo Barra macem-macem atau maksa tendang aja tititnya" ucap Damar lagi membuat Barra menatapnya tajam dan Cinta menuduk malu dengan wajah memerah.

"Diem deh lo!" Sergah Barra lalu menarik Cinta berjalan masuk. Sementara barang mereka sudah di urus pihak bandara. Melihat Barra dan Cinta berjalan meninggalkannya Damar pun ikut berjalan masuk diikuti Raya di belakangnya.

••••—————
Arunaish

119 (7 Dreams)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang