12. Bukan wanita lemah

1.1K 75 1
                                    

Perjalanan cinta yang tadinya telah usai.

Perjalanan cinta yang tadinya telah usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


12. Bukan wanita lemah

Dulu kursi taman depan rumah adalah tempat terfavorot untuk kita berkencan, sungguh aku merindukan hal sederhana itu. Aku sangat berharap jika momen itu bisa terulang kembali.

.....

Mendongak ke atas, menatap gelapnya langit malam sambil menikmati semilar angin yang menerpa wajah. Matanya terpejam, isi kepalanya sangat penuh diisi oleh bayangan bayangan yang kembali membuat dirinya sakit dan membuat dirinya merasa marah, kecewa dan tidak terima. Satu lagi, perasaannya tidak enak ketika melihat kepergian dua orang itu. Terlalu lama ia memikirkan semua itu, sampai dia tidak sadar jika teman kuliahnya sudah duduk di sampingnya.

"Dit ngapain di sini?" tanya Tama sembari melihat ke sekeliling, jalanan semakin ramai dipenuhi oleh kendaraan, semakin malam maka semakin banyak kendaraan yang berkeliaran. Kota ini memang sering disebut dengan kota sibuk.

Radit tersadar, ia melirik Tama lalu menepuk bahu temannya itu. "Cari angin, di dalem sumpek," balas Radit disertai kekehan sampai Tama pun ikut terkekeh dan mengangguk membenarkan ucapan Angkasa.

"Kemana Angkasa? Biasanya kalian bareng terus, udah kaya upin ipin gak bisa terpisahkan maunya bareng terus." Radit mendengkus mendengar candaan yang keluar dari mulut Tama.

"Udah balik duluan dia." Meski Radit membenci Angkasa untuk sekarang, tapi dia tidak akan pernah berbicara hal buruk tentang Angkasa. Karena Radit masih menghargai pertemanan mereka, dan Radit juga sangat ingat dengan pertolongan Angkasa ketika ia masih kuliah dulu.

"Yaudah lah kalo gitu gue juga balik, makan udah, salaman udah. Ngapain lagi kita di sini? Mending balik yuk," ajak Tama sembari bangkit dari kursi taman, sedangkan Radit terlihat tengah berpikir. Dan tidak lama lelaki itu juga bangkit dari kursi, mereka berjalan ke arah parkiran secara beriringan sesekali mengobrol tentang masa perkuliahan dulu, menceritakan hal konyol yang pernah mereka buat. Hingga sampai parkiran mereka harus terpisah, Radit segera memasuki mobil kemudian melajukannya dengan kecepatan sedang.

Pikirannya kembali terisi dengan bayang bayang Aira, ia merasa panas ketika Angkasa dengan beraninya menggenggam tangan Aira padahal sudah jelas Aira menolaknya. Mata Radit membola ketika ia mengingat sesuatu bahkan jantungnya sampai berdebar debar. Angkasa lelaki kotor, dia nakal dan selalu mencari kesenangan lewat tubuh para wanita bayarannya. Radit takut Aira melakukan hubungan itu dengan Angkasa, karena seingat Radit, Angkasa selalu bercerita jika ia selalu melakukan hubungan bebas itu dengan para pacarnya. Radit dan Angkasa memang seterbuka itu, bahkan Angkasa sama sekali tidak malu menceritakannya dan kurangajarnya Angkasa selalu memaksa Radit untuk mencobanya, ya Angkasa sangat gila, Radit akui itu untungnya ia mempunyai iman yang kuat sehingga tidak terpengaruh dengan ajakan Angkasa.

DESTINY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang