Sebuah perjalanan cinta yang tadinya telah usai.03. Meet Angain 2
Radit berhasil keluar dari toko bunga milik Aira, walau ia harus diintrogasi terlebuh dahulu oleh pegawai bernama Hanin karena Radit sama sekali tidak membeli salah satu bunga pun di toko ini. Hanin bertanya apa tujuannya ke sini, dan Radit beralibi jika ia tengah mencari bunga mawar hitam, untungnya di toko ini bunganya tidak tersedia.
Tapi saat sudah berada di parkiran, pandangan mata Radit kembali tertuju pada Aira yang tengah menggendong seorang anak perempuan perkiraan berumur dua tahunan. Mata Radit memanas, dia terus memperhatikan setiap langkah Aira yang kembali memasuki toko bunga milik perempuan itu. Bahkan bisa dilihat wajah Aira begitu bahagia saat menggendong anak tersebut. Tanpa disadari Radit mengepalkan tangannya menahan luapan emosi yang sudah meluap luap di kepalanya.
"Dit, gue kira lo udah balik," kata Angkasa yang entah sejak kapan sudah berada di samping Radit, sampai membuat lelaki itu terkejut dan hampir mengeluarkan umpatan dari mulutnya.
"Toko bunga baru buka itu, ngapain diliatin terus, kecantol ya sama pemiliknya?" tanya Angkasa menggoda teman dekatnya ini, bahkan alisnya sudah ia naik turunkan dan kelakuan Angkasa membuat Radit kesal. Lelaki itu langsung masuk ke dalam mobil tanpa menghiraukan Angkasa yang kembali mengoceh.
Angkasa memang belum tau jika si pemilik toko bunga tersebut pernah menjadi tokoh penting di dalam kisah cinta Radit, wajar karena Angkasa bukan teman SMA Radit. Radit dan Angkasa dipertemukan saat berada di bangku perkuliahan.
***
"Selin mau bunga?" tanya Aira begitu lembut pada anak perempuan yang berada di gendongannya, anak itu menggeleng pelan kemudian memeluk leher Aira begitu erat. Memang Selin sedang sakit, sedari tadi terus menangis dan orang tua Selin terpaksa menitipkan Selin kepada Aira karena mereka akan mendatangi sebuah acara penting yang tidak bisa diwakilkan. Jika membawa Selin takutnya Selin rewel di sana. Selin merupakan tetangga Aira, rumahnya tepat di samping rumah Aira dan Aira begitu akrab dengan Ibu Selin walau mereka baru berkenalan.
Aira menghela napas pelan, kemudian ia membawa Selin ke luar sebelum itu Aira bicara terlebih dahulu dengan Hanin untuk menjaga toko. "Mama," panggil Selin dengan isakannya.
Aira tentu bingung harus bagaimana, bisa dibilang Aira sangat kaku dengan anak kecil. Aira terlalu pendiam, dan tidak banyak bicara. "Sabar ya sayang, pasti mama kamu bakal pulang cepat," kata Aira selembut mungkin sambil sesekali mengecup pucuk kepala Selin.
Kini Aira sudah berada di taman kota, kebetulan toko bunganya dekat dengan taman kota, di sana terdapat beberapa anak kecil yang tengah bermain di dampingi oleh orang tuanya dan beberapa penjual jajanan membuat Aira ingin sekali membelinya. "Mau mama," isak Selin sampai Aira kelimpungan hingga semua mata tertuju pada Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (End)
Literatura FemininaRaditya Prawira kembali dibuat marah oleh seorang gadis yang dulu pernah menjadi bagian dari kisah hidupnya, bagaimana tidak gadis itu kembali begitu saja setelah dulu pergi dan membuat hati Radit terluka. Lebih parahnya sekarang gadis itu bekerja d...