Perjalanan cinta yang tadinya telah usai.
22. Destiny (End)
"Aku siap menikah sama kamu Dit," kata Aira bersungguh-sungguh, dia masih memeluk tubuh hangat Radit dengan kepala menodongak agar bisa melihat wajah pucat Radit. Radit masih diam tapi matanya tertuju pada mata Aira. "Tolong jangan diemin aku kayak gini, aku bener-bener merasa bersalah. Aku ragu karena aku takut jika nantinya kamu kecewa punya istri yang belum bisa apa-apa," jelas Aira dengan mata berkaca-kaca.
Radit masih diam sampai Aira berpikir tak ada lagi harapan untuk hubungan mereka, baru saja Aira akan melepaskan pelukannya bibir Radit sudah lebih dulu menyentuh bibirnya. Tentu saja Aira terkejut, dia refleks meremas pelan bahu telanjang Radit. Bibir mereka saling menempel sampai Aira merasakan lumatan tipis di bibirnya, matanya terpejam kuat selama menjalin hubungan Radit belum pernah menyentuh bibirnya. Padahal dulu teman-teman Aira selalu heboh memberi tahu kapan ciuman pertama mereka bersama sang kekasih, tak jarang Aira juga ditanya seperti itu. Sampai membuat Aira malas bermain bersama mereka, saat Aira mengaku belum pernah berciuman dirinya malah ditertawakan.
Wajah Aira memanas sebab Radit belum juga menyudahi ciuman mereka, bahkan pelukan Radit semakin mengerat. "Kenapa mikir kayak gitu? Aku gaakn pernah kecewa sama kamu Aira. Aku akan menerima semua kekurangan kamu," ujar Radit setelah menjauhkan wajahnya.
Aira menunduk tidak berani menatap Radit. "Ini juga salahku, terlalu memaksa kamu buat cepet-cepet nikah, gimana kalo kita tunangan resmi dulu, baru setelah kamu bener-bener siap kita langsung menikah?" tanya Radit lalu meraih tangan Aira yang masih menempel pada bahunya. Senyum segaris muncul di bibir Aira, perempuan itu kembali mendongak menatap wajah serius Radit.
"Gakpapa tunangan dulu?" tanya Aira dengan suara pelan, Radit membalas dengan anggukan dia menatap Aira penuh kehangatan.
"Makasih Dit, gak bakal lama kok kamu nunggunya. Aku cuman mau latihan jadi istri yang baik, dan mau menghilangkan rasa malas aku dulu, aku mau belajar masak, beres-beres rumah dan sebagainya. Aku mau jadi istri yang bisa diandelin," ungkap Aira begitu panjang, Radit sampai tertawa dan menganggukan kepala beberapa kali.
"Semoga berhasil Nona," bisik Radit lalu kembali menarik tubuh Aira agar menempel dengan tubuhnya, dia kembali mencium bibir Aira penuh kelembutan.
Mata Aira melotot lagi, tapi bukan karena terkejut Radit menciumnya tiba-tiba tapi sekarang Radit tengah sakit, dia takut tertular.
"RADIT, AIRA ...!"
***
Musim penghujan telah dilalui dengan perasaan sedih dan bahagia, banyak kejadian-kejadian mengejutkan dimusim penghujan. Angin berembus begitu kencang dengan cahaya matahari yang begitu terik, pijakan kaki pada pasir pantai membuat senyuman indah muncul dari bibir. Pandangan mata tidak berhenti untuk terus memandang tangan yang digenggam oleh si lelaki yang berjalan di depannya.
Aku kembali menjalin kisah dengan orang lama. Awalnya aku kira kita memang benar-benar selesai dengan rasa sakit yang terus membekas. Namun tidak akan ada yang bisa menebak takdir, aku menyukai takdirku walau aku harus berjuang menahan rasa sakit begitu lama. Yang terpenting sekarang, aku kembali bersamanya lalu mengobati luka bersama-sama.
"Suka?" tanya Radit setelah menghentikan langkah kakinya, Aira mengangguk antusias dia memeluk lengan Radit dan menyenderkan kepala di bahu lelaki itu. Pantai yang indah adalah kesukaan mereka, tempat mereka bertukar cerita sambil melihat deburan ombak dan air laut yang berkilauan akibat terkena pancaran matahari. Menggelar kain piknik di atas pasir dan memakan makanan yang mereka bawa dari rumah.
Hal semacam ini sudah membuat keduanya bahagia, tidak perlu pergi ke tempat jauh dan tempat paling romantis. "Terima kasih sudah menerima aku kembali Radit," ucap Aira sembari mendongak untuk melihat wajah tampan Radit. Tangan Radit yang tadinya memeluk pinggang Aira mulai berpindah ke kepala, dia usap kepaka Aira dengan penuh kasih sayang.
"Terima kasih kembali," balas Radit lalu mencium kening Aira lama, bersamaan dengan deburan ombak yang menabrak bebatuan karang. Radit membawa Aira ke arah kain piknik yang sudah di gelar tak jauh dari tempat mereka berdiri. Radit duduk sambil memangku gitar, dia memainkannya sambil menatap Aira penuh cinta. Menyanyikan beberapa lirik lagu romantis, mereka juga banyak berpoto mengabadikan momen paling indah di dalam hidup mereka.
Takdir telah menyatukan mereka kembali, sejauh apapun mereka melangkah dengan terpisah, ujung ujungnya mereka kembali melangkah bersamaan. Takdir memang susah untuk ditebak, Aira sangat menyukai takdirnya meski dia harus merasakan sakit terlebih dahulu sebab harus dipisahkan dengan tokoh yang sangat amat ia cintai. Tapi sekarang rasa sakitnya telah terbayar, tokoh lelaki yang sangat amat ia cintai kembali lagi padanya. Sungguh takdir yang indan dan tidak tertebak.
"Musim hujan dengan kesedihan udah dilewati, aku mau musim hujan selanjutnya gaakan ada lagi kesedihan diantara kita. Ayo kita berjuang bersama Dit," ajak Aira dia meraih tangan kanan Radit lalu menciumnya beberapa kali.
"Kita harus janji dulu, apapun rintangan yang kita lewatin nantinya kita harus tetap bertahan," kata Radit diangguki Aira. Keduanya terdiam beberapa saat, sampai teriakan Radit mengejutkan Aira tapi tak berselang lama Aira tersenyum tulus pada Radit.
"I LOVE YOU AIRA! SANGAT!"
Aira terkekeh pelan dia menutup wajahnya sebab malu, bahkan banyak orang yang memandang mereka dengan pamdangan berbeda-beda ada juga yang melontarkan kalimat godaan untuk mereka berdua.
"RADIT, AIRA KITA DATANG!" Aira dan Radit menoleh, di sana terdapat kedua orang tua Radit, Nenek Deana, Angkasa dan Hanin mereka membawa banyak barang apalagi angkasa membawa dua kantung plastik beris makanan. Radit dan Aira melebarkan senyumannya, dia melambaikan tangan agar semuanya mendekat.
Mereka menggelar kain dan disambungkan pada kain yang diduduki Radit dan Aira, berbagai macam makanan telah tersaji. "Kalian pengganggu," canda Radit sampai mendapat hadiah berupa pukulan di bahunya pelakunya adalah Papanya sendiri.
"Belum halal, gak boleh berduaan." Mereka kembali tertawa lagi, tak jarang juga mereka menggoda kedua pasangan yang sebentar lagi akan menikah itu. Aira meraih tangan Radit yang sudah terdapat cincin di jari manisnya, kemudian dia juga mensejajarkan tangannya yang terdapat cincin juga.
Senyuaman Aira melebar, dia kembali menatap Radit yang sama tengah menatapnya juga.
"Cium aja sekalian Dit, biar yang jomblo pada iri," titah Angkasa lalu menyuapkan roti ke dalam mulutnya dengan wajah cemberut, Hanin yang berada di sampingnya terheran-heran.
"Mas juga 'kan jomblo."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (End)
ChickLitRaditya Prawira kembali dibuat marah oleh seorang gadis yang dulu pernah menjadi bagian dari kisah hidupnya, bagaimana tidak gadis itu kembali begitu saja setelah dulu pergi dan membuat hati Radit terluka. Lebih parahnya sekarang gadis itu bekerja d...