16. Ragu

1K 62 6
                                    


Perjalanan cinta yang tadinya telah usai.

Perjalanan cinta yang tadinya telah usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16. Ragu

Aira benar-bebar memasak untuk Radit di malam yang sudah larut ini, sedangkan lelaki itu tengah mengobrol di ruang tengah bersama Nenek Deana entah apa yang mereka bicarakan, tawa menggelegar dari Nenek tak berhenti sampai saat ini. Aira ikut terkekeh, ia lega karena Nenek Deana tidak lagi murung sebab tidak bisa beraktivitas lama diluar rumah. Wanita paruh baya itu sudah seperti tengah mendapatkan teman baru.


Masakan yang dibuat Aira adalah sup sapi ditambah sayuran wortel dan kol. Daripada daging sapi yang sudah matang tanpa bumbu itu nganggur begitu saja dikulkas, Aira berinisiatif untuk membuat sup sapi saja. Aroma harum dari masakannya menyerbak, ia menuangkan sup ke dalam mangkuk sedang untuk Radit saja sebab Nenek Deana tidak ingin, ia hanya memakan jajanan yang dibelikan oleh Aira tadi.

Aira berjalan dengan nampan di tangannya, Nenek sudah tidak ada di ruang tengah, ia meletakan nampan pada meja kaca lalu ia duduk di karpet bulu dekat Radit. "Nenek udah tidur?" tanya Aira. Radit hanya mengangguk, ia menyantap sup beserta nasi secara bersamaan, lelaki itu terlihat kelaparan 'yaampun kasihan sekali lelakiku ini' Aira sampai membatin, tangan Aira tidak bisa diam ia kembali mengusap rambut Radit seperti tadi saat di mobil.

"Laper banget ya?" Radit mengagguk sebagai jawaban.

Melihat Radit makan Aira jadi ngiler, ia mengambil mangkuk kosong yang sengaja ia bawa barengan dengan mangkuk berisi sup untuk Radit, ia menuangkan jajanan kuah merah yang tadi dibeli pada mangkuknya. Rasanya sangat pas di lidah Aira, ada rasa pedas asin dan manis Aira menyukainya, mungkin nanti ia akan berkunjung ke sana lagi hanya untuk membeli jajanan kuah merah ini.

"Besok masakin." Radit bersuara, sampai Aira harus menoleh padanya sebab tak mengerti apa yang dia ucapkan Radit sebab tak terlalu fokus.

"Suka masakan kamu," kata Radit lalu kembali melahap sesendok nasi tercampur kuah sup itu dengan lahap, senyuman Aira mengembang ia merasa senang Radit memuji secara terang-terangan, ia mencerna apa yang tadi Radit katakan tadi sebelum memuji masakannya.

"Mau dimasakin sama aku? apa?" tanya Aira ia kembali menyentuh rambut Radit dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengaduk kuah merah yang masih banyak itu.

"Apa aja, semua suka asal kamu yang masak." Duh manisnya Radit, pasti yang mengira Radit mempunyai sifat dingin akan menganga melihat tingkah Radit yang lucu ini.

Aira tersenyum malu, pipinya telah bersemu merah ia tak membalas pujian Radit lagi hingga makanan Radit telah habis, mangkuk bersih tanpa sisa, Radit menatap Aira yang belum menyelesaikan makannya. Kuahnya tinggal setengah, senyuman segaris Radit tunjukan untuk Aira namun sayang Aira tak melihatnya. Radit bodoh dia selalu menolak pemikiran jika ia sudah tak mencintai Aira lagi, namun apa sekarang ia kembali menjadi bucin pada Aira. Persetan dengan masa lalu, Radit tak peduli yang terpenting sekarang Aira sudah akan menjadi miliknya. Sudah banyak rencana yang akan Radit siapkan tanpa sepengetahuan Aira, kita doakan saja semoga rencana yang dibuat Radit berjalan dengan lancar. Radit tinggal bicara pada Papanya, Radit akan melakukan apapun demi bersama Aira terus, jika sang Papa setuju tapi memberinya syarat untuk bekerja di kantor maka Radit akan setuju walau ia tak menyukainya. Ini demi Aira, Radit memang sesayang itu pada Aira. Radit tidak mau Aira meninggalkannya lagi, maka ia akan menyusun rencana untuk lebih serius dengan Aira.

Aira sudah menyelesaikan makannya, ia meraih gelas berisi air putih lalu meneguknya hingga tandas akibat kepedesan. Radit mengusap bibir Aira yang basah dengan gerakan pelan, Aira diam mematung dengan napas tercekat. Tangan Radit berpindah ke belakang kepala lalu menarik kepala Aira ke depan agar menempel dengan dada bidangnya.

"Kamu sudah siap menikah?" Tiba tiba Radit bertanya dengan nada santai, jantung Aira bertetak tak karuan lagi, mulut seakan terkunci sama sekali tidak bisa mengucap satu patah katapun. Ini sungguh mengejutkan, mereka barusaja berbaikan beberapa hari dan sekarang Radit membicarakan pernikahan, sudah ditebak jika Radit ingin segera menikah. Aira kira hubungan nya tak jelas sebab Radit tidak mengatakan jika mereka kembali berpacaran, ternyata ada alasannya Radit ingin langsung menikah.

"Kalo pacaran menurutku buang-buang waktu, aku ingin serius." Radit mengecup kening Aira lalu menghirup dalam aroma rambut Aira berulang-ulang.

"Jangan terburu-buru, nunggu siap aja, aku bisa menunggu," lanjut Radit lagi, mata Aira terasa gatal bahkan sudah ada cairan yang siap keluar. Apa benar Radit mengajaknya untuk menikah? Sungguh perasaan Aira bercampur aduk, jika ia menikah dengan Radit apa ia mampu menjadi istri yang baik untuk lelaki baik semacam Radit.

Aira takut mengecewakan Radit dan kembali lagi menyakiti hati lelaki itu, tapi jika ia menolak maka ia akan kehilangan Radit untuk kedua kalinya. Aira menggeleng pelan, ia tidak ingin kehilangan lelaki yang sangat baik dan tulus menyayanginya ini. Cukup dulu ia yang meninggalkan, Aira tidak ingin ditinggalkan. Namun keraguan datang sebab Aira belum pernah berpikiran untuk menikah. Ia hanya menghayal tentang pernikahan impian, jika menikah ia ingin seperti ini atau seperti itu, ia tidak pernah memikirkan tentang pernikahan selain itu. Apalagi ketika belum bertemu Radit, pikirannya masih terisi oleh Radit dan bagaimana caranya bertemu lelaki itu agar bisa meminta maaf? Bahkan beberapa lelaki mundur sebab Aira tak pernah menanggapi mereka. Yang Aira pikirkan adalah Radit, ia ingin bertemu Radit setelahnya biar takdir yang menentukan bagaimana jalan hidupnya.

"Aku pulang dulu," pamit Radit lelaki itu berdiri dari duduknya dan Aira masih diam dengan segala pikiran yang memenuhi kepala.

"Besok ada kerjaan di luar kota, gak biaa ketemu satu minggu. Itu waktu buat kamu berpikir, tapi kalo kamu masih ragu aku bakal tetep nunggu." Aira mendongak menatap Radit yang sama tengah menunduk untuk menatapnya.

"Kamu serius?" tanya Aira dengan suara bergetar.

"Aku pernah janji buat nikahin kamu pas dulu, sekarang aku diberi kesempatan untuk nepatin janji itu. Jangan ngecewain aku sama jawaban kamu, Aira." Aira terdiam ia mencoba mengingat kapan Radit bicara seperti itu.

SMA Damara 02

SMA Damara 02

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Radit!"

"Radit!"

"Radit." Sorakan para siswa dan siswi di tribun terdengar sangat ramai, mereka menyoraki Radit yang merupakan kapten basket SMA Damara, ia terlihat jago menggiring bola hingga masuk ke dalam ring. Sorakan semakin terdengar heboh. Hanya ada satu gadis yang duduk sedangakan yang lainnya berdiri.

Dia adalah Aira, gadis itu hanya tersenyum manis sambil memerhatikan Radit yang tengah dipeluk oleh pelatih dan pemain lainnya. Sampai acara peluk pelukan selesai, Radit berlari ke tribun hingga mengundang sorakan heboh lagi. Radit berjalan menuju Aira, ia tersenyum lebar dan yang lainnya berekpresi syok sebab belum mengetahui hubungan keduanya.

"Kalo aku berhasil masuk ke timnas, aku bakal nikahin kamu janji," bisik Radit lalu memekuk erat tubuh Aira.

Aira menepuk punggung Radit pelan. "Jangan ngaco, kita masih sekolah!" seru Aira tapi ia juga tertawa untuk menutupi rasa salah tingkahnya.

"Kan nanti, beberapa tahun lagi."

"Kalo kamu gak masuk timnas?"

"Aku bakal tetep nikahin kamu lah."

"Mau 'kan?"

***

DESTINY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang