Perjalanan cinta yang tadinya telah usai
08. Kenapa kamu kembaliHujan turun begitu deras di siang hari, cahaya dari langitpun mulai meredup, Aira menghela napasnya sambil menatap jendela yang berembun, rasanya sangat sepi, tidak di rumah maupun di toko kesepian selalu datang menghampiri. Tidak lama suara petir beserta kilat terdengar sangat keras, membuat Aira memejankan mata. Hari ini begitu menakutkan, bahkan pepohonan besarpun terombang ambing oleh angin. Rasa dingin menusuk ke tulang walau pakaian tebal melekat di tubuh. "Mbak, tokonya tutup aja ini cuacanya ekstrim banget, aku takut Mbak. Kalo cuaca kaya gini pasti gaada yang beli, mereka bakal tetep di rumah," saran Hanin sambil duduk di kursi depan kasir.
Aira terkesiap dari lamunannya saat suara Hanin menyapa, ia melihat Hanin yang duduk berhadapan dengannya hanya saja terhalang oleh meja kasir. "Iya Mbak juga mikir begitu, kamu mau pulang sekarang?" tanya Aira sambil meronggoh laci untuk mengambil sarung tangan bulunya.
"Aku dijemput sama temenku, Mbak. Dia nyuruh aku segera pulang, takutnya pas pulang sore kejebak di sini karena hujannya makin besar," jawab Hanin sambil memperhatikan Aira yang tengah memasangkan sarung tangan.
"Iya juga, Mbak takut terjadi banjir kasian mereka yang rumahnya rawan banjir," lirih Aira sembari memikirkan nasib orang orang yang kebanjiran, ini terjadi bukan hari ini saja tapi saat musin penghujan. Mereka kehilangan rumah mereka karena kerusakan parah dan sebagainya. Mengingat itu membuat Aira sangat bersyukur sudah dijauhkan dari cobaan itu.
"Kita berdoa aja Mbak, semoga gak kejadian dan semuanya baik-baik aja." Aira mengangguk pelan, setelahnya Aira mulai membereskan toko bersama Hanin hingga selesai, kemudia terakhir mengunci pintu toko. Saat Aira keluar rasa dingin mulai menyerang, padahal ia sudah mengenakan jaket tebal dan sarung tangan tapi tetap saja rasa dingin masih terasa.
"Mbak mau bareng gak?" tanya Hanin ketika sebuah mobil sudah berada di depan toko, Aira menggeleng sambil tersenyum
"Kita lawan arah Nin, udah cepet kamu pulang jangan keluyuran ya," pesan Aira ia menatap tajam Hanin seperti seorang ibu yang memarahi anaknya sampai membuat Hanin terbahak.
"Siap siap, tapi Mbak pulang gimana?"
"Jangan mikiran Mbak pulang, tenang aja Mbak bisa naik bus atau taxi." Hanin pun mengangguk setelah bernapas lega, ia mulai masuk ke dalam mobil temannya sedangkan Aira berjalan menuju halte tidak jauh dari sana.
Halte begitu sepi tidak ada satu orangpun yang duduk di sana, Aira duduk di sana sambil memandang jalanan yang terus diguyur oleh air hujan ia juga terus menggosok gosok tangannya agar terasa hangat.
Aira semakin gelisah saat menit dan detik ia lewatkan, tidak ada satupun bus atau taxi yang lewat, apa kejadian di taman dekat tokonya akan terulang lagi sat ia terjebak hujan bersama para pengunjung lainnya? Aira menggeleng, dia ingin menangis sekarang, semoga saja ada taxi atau bus yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY (End)
ChickLitRaditya Prawira kembali dibuat marah oleh seorang gadis yang dulu pernah menjadi bagian dari kisah hidupnya, bagaimana tidak gadis itu kembali begitu saja setelah dulu pergi dan membuat hati Radit terluka. Lebih parahnya sekarang gadis itu bekerja d...