Pada zaman dahulu, sebelum dunia terbentuk, Sang Awal; Sang Pencipta; yang kini manusia sebut dengan Tuhan, menciptakan 2 makhluk spesial dari inti kekuatannya. Gerde dan Xensho.
Sebagaimana kebaikan tercipta dari adanya keburukan, begitupun Gerde dan Xensho. Sang Awal tidak menciptakan mereka sebagai baik dan buruk. Tetapi seiring berjalannya waktu, mereka memilih jalannya masing-masing. Gerde yang memiliki kebaikan paling murni berhasil menciptakan makhluk-makhluk kecil bernama manusia serta memberi mereka kehidupan dan tempat tinggal. Xensho yang mengira bahwa Gerde mendapatkan kekuatan sebesar itu dari kasih sayang Sang Awal yang tidak adil pun menumbuhkan kebencian untuk Gerde dalam inti jiwanya, berawal dari sebesar biji gandum lalu menjadi semakin besar dan besar. Kemudian mereka menjadi Dewa baik dan Dewa jahat.
Jutaan waktu Xensho menghilang. Sang Awal tak ingin ikut campur dalam perselisihan keduanya, Dia 'tidur' untuk waktu yang sangat lama dan memberikan tanggung jawabnya pada Gerde. Selama itu, Gerde mengira bahwa Xensho tak ingin terlibat lagi dengannya. Kenaifan yang akhirnya membawa mala petaka.
Xensho pergi dalam waktu yang sangat lama untuk menciptakan 'senjata' balas dendamnya dengan seluruh kekuatan yang ia miliki, ia memberinya nama Fallen, menyelinapkannya diantara 2 bangsa yang saling berselisih sampai kemudian Fallen lupa akan jati dirinya dan mengira bahwa dirinya hanyalah Angwyn. Dia mengenal perasaan duniawi seperti cinta dan kasih sayang. Terlibat hubungan asmara terlarang, Xensho yang kekuatannya telah melemah pun mengutuk Fallen bereinkarnasi secara terus-menerus untuk mengalami perpisahan yang sama.
Gerde yang mengetahui hal tersebut merasa bahwa kemalangan Fallen adalah akibat dari kelalaiannya. Oleh karena itu Gerde menyelamatkan buah hati Fallen yang pertama kali tercipta; Angelo, sebuah jiwa suci yang terlahir dari cinta yang murni.
Kekuatan serta kutukan yang diberikan Xensho untuk Fallen sangatlah kuat. Butuh waktu yang lama untuk Gerde memutus rantai kutukan tersebut sampai akhirnya Gerde memberikan sebuah janji untuk jiwa dan cinta Fallen yang malang.
'Fallen anakku. Xensho telah menyakitimu berkali-kali. Anakku yang malang, aku menjanjikan sebuah kehidupan yang kau inginkan. Di kehidupan itu, hiduplah sesuai yang kau inginkan dan tulis takdirmu sendiri. Kau tak harus bertemu dengan pria yang selalu terikat takdir denganmu itu lagi, kau bebas memilih dengan siapa kau akan jatuh cinta. Namun apabila di kehidupan itu kau bertemu dengannya lagi, aku akan mengembalikan anak-anak kalian di kehidupan-kehidupan yang sebelumnya, termasuk anak yang aku selamatkan. Berbahagialah, Fallen anakku.'
. . .
Hidup bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi burung dalam sangkar. Terlebih apabila dalam sangkar itu dia hidup bersama sekelompok predator yang selalu mengintimidasinya setiap saat. Seolah tak memiliki kesempatan untuk memilih hidup matinya, burung itu terjebak dalam sangkar yang sama dengan harapan kecil tak ubahnya meteor yang menggores langit malam.
Apabila ada satu kesempatan untuk keluar dari sangkar tersebut, walaupun yang membebaskannya adalah predator lain, dia akan dengan senang hati memasuki mulut predator itu meski tahu hanya kematian yang menunggunya. Karena mati akan terasa jauh lebih baik daripada hidup terombang-ambing dalam kesakitan.
Itulah yang dirasakan Lavel Lua de Flavian selama hidupnya, terkurung dalam sangkar yang mengerikan tanpa merasa hidup atau mati. Terbungkus dengan penuh kebohongan, bersembunyi dibalik nama besar Flavian yang menjadi belenggu terbesarnya.
"Aku ingin hidup, aku ingin bebas, aku ingin bahagia. Tetapi jika itu terlalu sulit, tolong kabulkan satu hal saja diantara ketiganya. Atau bahkan jika kematian adalah satu-satunya yang tersisa, maka datanglah padaku."
Sepanjang hidupnya Lavel hanya bisa meringkuk dalam kesedihan. Mengharapkan kebebasan, kebahagiaan juga ketenangan baginya seperti pungguk yang merindukan bulan.
"Jikapun itu iblis, asalkan dia membawaku keluar dari tempat ini, aku akan sangat berterimakasih dan mengabdikan hidupku untuknya."
"Kau adalah pemilik jiwaku, tuan yang akan selalu menjadi hidupku. Aku tidak akan serakah atau mengharapkan apapun selain kehidupan normal selayaknya manusia. Karena sejak kau membawaku keluar dari tempat itu, aku sudah bersumpah bahwa kau adalah satu-satunya tujuan hidupku." - Lavel Lua de Flavian -
"Aku akan menjadi tuan yang begitu dermawan hingga kau akan menjadi serakah." - Raelus Callister Van Sylvestan -
KAMU SEDANG MEMBACA
Writing Destiny (ChanBaek)
FanfictionGenre : Yaoi, Romance, Historical, Kingdom Fantasy, AU Synopsis : Pada zaman dahulu, sebelum dunia terbentuk, Sang Awal; Sang Pencipta; yang kini manusia sebut dengan Tuhan, menciptakan 2 makhluk spesial dari inti kekuatannya. Gerde dan Xensho. Seba...