3.1 Deep Night

1.6K 281 293
                                    

Chapter III : The Curse of Sylvestan
Part 1 : Deep Night

Chapter III : The Curse of SylvestanPart 1 : Deep Night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sangat disayangkan kan, master?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sangat disayangkan kan, master?"

Kepala Raelus bergerak, menoleh pada sumber suara dimana ia menemukan Juergen berjalan beriringan dengan Haxel kearahnya. "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." Tukasnya yang kembali menatap rembulan tertutup awan dilangit malam, menimbulkan siluet di wajahnya yang tak tertutup apapun.

"Jika saja tuan Lavel adalah Flavian berambut emas seperti dalam ramalan.." Juergen tak melanjutkan ucapannya. Ia membiarkan itu menggantung begitu saja. Namun matanya menatap lekat sang tuan dengan tatapan lirih yang menyembunyikan kesedihan.

Sementara itu Haxel yang mengerti maksud ucapan Juergen sama sekali tak mengucapkan apapun, hanya menyandarkan punggungnya pada tembok pembatas benteng belakang kastil.

"Kemana anda akan pergi setelah berpura-pura mati?" Tanya Juergen dengan wajah muram.

"Tidak ada tempat manusia yang bisa menerima monster, Juergen." Raelus masih tetap tenang saat mengatakannya.

"Sylvestan. Sylvestan menerima anda sepenuhnya, master."

"Tapi mereka tidak tahu bahwa yang memimpin mereka selama ini meminum darah." Mata merah milik Raelus kembali menatap Juergen.

Mata tersebut memiliki warna yang sama dengan kristal merah yang terbentuk dari inti monster alih-alih permata rubi bagi orang-orang yang pernah melihat inti monster. Itulah alasan kenapa mata Sylvestan terlihat misterius juga bengis dalam waktu yang bersamaan daripada memberi kesan indah seperti rubi. Banyak yang gemetar ketakutan ketika menatap mata merah keturunan Sylvestan. Bahkan beberapa kesatria Sylvestan masih ada yang tak bisa menatap langsung ke mata sang Grand Duke.

Karena mata merah itu seperti monster.

"Mereka tidak perlu tahu semua hal tentang anda selama anda memimpin wilayah dengan baik. Anda adalah Grand Duke yang baik bagi Sylvestan." Juergen mulai emosional. Diantara mereka bertiga,  Juergen lah yang paling sering menunjukkan emosinya secara terang-terangan.

Writing Destiny (ChanBaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang