1.2 Raelus Callister Van Sylvestan

1.4K 257 247
                                    

Chapter 1 : The Introduction
Part 2 : Raelus Callister Van Sylvestan

Hal yang mungkin paling menyedihkan di dunia ini bagi seorang anak adalah kehilangan kedua orang tua secara bersamaan di usia yang terlampau muda dan kemudian didorong ke medan perang seolah dijerumuskan untuk mati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal yang mungkin paling menyedihkan di dunia ini bagi seorang anak adalah kehilangan kedua orang tua secara bersamaan di usia yang terlampau muda dan kemudian didorong ke medan perang seolah dijerumuskan untuk mati.

Raelus Callister Van Sylvestan.

Atau lebih diketahui orang-orang sebagai R. Callister Van Sylvestan. Panggilannya adalah Callister, dia tak mengizinkan orang lain memanggilnya Raelus karena itu adalah nama yang sering orang tuanya sebut. Raelus sudah mewarisi gelar Grand Duke sejak usianya 15 tahun dan mulai pergi ke medan perang sejak berusia 8 tahun.

Orang tuanya meninggal saat dia berusia 5 tahun. Karena saat itu dia masih terlalu kecil untuk mewarisi gelar dan tanggung jawab sebagai Grand Duke, maka gelar tersebut ditangguhkan dan tugas-tugas sebagai Grand Duke diambil alih sementara oleh perwakilan keluarga Sylvestan. Adalah ajudan Grand Duke yang sebelumnya; Carlson Cornelis dari keluarga Viscount Cornelis yang telah menjadi pengikut setia Sylvestan selama beberapa generasi.

Raelus pergi ke medan perang ketika anak-anak bangsawan lain mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi penerus keluarga. Hal itu bukan atas keinginannya seperti desas-desus yang tersebar. Bukan dia yang mengajukan diri dengan sukarela untuk ikut berperang dalam perang berkepanjangan memperebutkan wilayah Samoire dengan kerajaan tetangga, melainkan titah kaisar yang membuatnya mau tak mau harus pergi ke medan perang meskipun saat itu dia hanyalah anak-anak.

Dengan dalih sebagai penerus dari keluarga pedang kekaisaran, kaisar mengirim Raelus begitu saja ke medan perang yang membuatnya berada di ambang hidup dan mati, tanpa peduli bahwasanya Raelus hanyalah anak-anak yang persentase untuk bertahan hidupnya di medan perang sangatlah kecil. Seolah-olah kaisar memang tak menginginkan Raelus kembali hidup-hidup.

Namun, Raelus yang memiliki keinginan tinggi untuk hidup saat itu, dengan kemampuan dasar berpedang yang dia pelajari sejak berusia 4 tahun, ia telah berhasil bertahan sebagai prajurit biasa sampai usianya 10 tahun. Lalu karena kinerja dan bakatnya, dia diangkat menjadi komandan kompi di usianya yang sangat belia itu. Meski banyak prajurit yang iri dan meremehkannya, Raelus berhasil membuktikan diri dengan kemampuannya sebagai komandan kompi. Strategi perangnya sangat efektif untuk mengurangi jumlah prajurit yang gugur, oleh karena itu dia diakui sebagai komandan kompi yang kompeten.

2 tahun kemudian saat usianya 12, dia naik pangkat menjadi komandan batalyon. Namun 3 bulan setelahnya dia dipanggil kembali oleh kediaman Grand Duke Sylvestan dengan dalih persiapan pewarisan gelar. Itu merupakan satu-satunya alasan yang bisa dipakai Carlson Cornelis untuk menyelamatkan hidup calon penerus Grand Duke tersebut dari medan perang.

Raelus yang sudah berada di medan perang selama 4 tahun bukan lagi Raelus yang sama seperti sebelumnya. Selain ukuran tubuhnya yang tumbuh dengan cepat, pemikirannya pun sudah tak seperti remaja pada umumnya. Dia menjadi sosok yang tegas dan keras. Raelus, anak berusia 8 tahun yang masih polos saat itu sudah berubah menjadi Raelus yang dingin dan menyimpan perasaannya sendirian di usianya yang ke 12.

Writing Destiny (ChanBaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang