(⁠。L )⁠ = 6 ✧

171 82 0
                                    

Jangan lupa vote
Jangan lupa comment, satu komen dari kalian adalah mood bagiku.

Jangan lupa follow
Jangan lupa masukin perpus
Bantu 265 followers yuk

⚠️Warn!⚠️
Toxic/Harsh words, non baku

Happy Reading

Tek.. Tek.. Tek..

"Anjing!"

Danur emosi. Lalu melempar Latto-latto ke arah kakak laki-lakinya yang tengah mengawasi.

Beruntung Yanto bisa mengelak dari lemparan tersebut. Kalau tidak, mungkin ia sudah berciuman dengan Latto-latto. Dia memang maniak sama mainan itu, bukan berarti dirinya rela bibirnya jontor.

"Sabar, dek. Main pelan-pelan.. Nggak semua langsung bisa. Ayo coba lagi!" Yanto memberi motivasi pada adik perempuannya. Lalu dia membungkuk, mengambil Latto-latto yang dilempar Danur tadi.

"Susah, Bang!" keluh Danur sambil duduk di sebelah kakak laki-lakinya.

Sudah dari pagi dia latihan main Latto-latto. Tetap saja nggak bisa. Apa ia ditakdirkan tidak bisa bermain Latto-latto?

Kalau iya, dia bakal bersyukur. Tapi, itu dulu. Sekarang ia mengerang frustasi karena tak bisa memainkannya.

Setelah itu dia menatap Leo yang berdiri di dekat pintu kamarnya. Pemuda itu tampak cemberut dengan wajah tertekuk. Menuai gerun pada benaknya.

"Leo, sini!" Ia melambaikan tangan kepada pemuda itu. Lalu tersenyum cerah tatkala Leo berjalan ke arahnya.

"Hm?"

Dingin. Kenapa Leo terlihat seperti es batu hari ini? Begitulah pikirnya.

Lamun ia memutuskan untuk menganggap itu sebagai hal yang biasa. Karena bisa saja, Leo sedang tidak dalam mood baik siang ini.

"Mau main nggak?" Dia menawarkan permainan Latto-latto pada temannya itu.

Leo menggeleng, menolak halus dengan gestur. Setelah itu dia berbalik, melenggang masuk ke dalam kamarnya.

Ruang itu memang tersedia untuk Leo. Mengingat orangtua mereka berdua memiliki hubungan yang sangat dekat. Sehingga membuat pemuda itu sering menginap di rumah Danur.

Brak.

Leo menutup pintu dengan keras. Ia berhasil mengejutkan Danur yang terpaku pada punggung tegapnya.

"Dia kenapa?" tanya Yanto kepada sang adik.

Danur menggeleng. Ia tak menahu dengan masalah mood Leo. Padahal tadi pagi, pemuda itu masih bisa tersenyum padanya.

Lamun selepas dia memutuskan untuk latihan Latto-latto. Pemuda itu tampak murung dan sedih. Tapi sekarang berbeda lagi, Leo terlihat seperti orang yang sedang memendam rasa.

Jelas Danur tak menyadarinya dan malah mengira Leo sedang marah padanya. Lamun Yanto menyadari hal itu. Dia pun berasumsi sikap pemuda itu timbul karena rasa cemburunya.

Yanto juga tahu. Pasti Leo cemburu pada si albino karena bisa membuat gadis pujaannya membangun niat. Soalnya dia paham, Danur belajar main Latto-latto supaya dapat bermain sama Asep.

Apalagi wajah Danur tampak sumringah kalau membahas tentang Asep. Pantas Leo cemburu. Namun sayang, adik laki-laki itu nggak peka pakai banget.

"Nur, akang rék nanya.."
(Nur, abang mau tanya..)

"Rék nanya naon?"
(Mau tanya apa?)

"Semisal ada orang yang suka sama lo, tapi bukan si Asep—"

"SIAPA?? SIAPA YANG SUKA GUE, BANG??" sela Danur dengan semangat 45.

Latto-Latto In Love {Fem!Dom} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang