11

1K 162 32
                                    

Mendengar ibunya tengah sakit dan masuk rumah sakit, membuat Sakura seketika merasa khawatir. Ia memilih cuti hari ini untuk melihat keadaan ibunya.

'Apa karena aku ibu sakit?' batinnya merasa bersalah, belum lagi ibunya memiliki beberapa masalah kesehatan yang mudah membuat tubuh sang ibu drop.

Sakura segera melangkah cepat ketika melihat Ino di depan ruang rawat Mebuki. Ino seketika bernapas lega setelah melihat Sakura.

"Ibu sakit apa?" tanya Sakura.

"Hepatitis B, kak." Jawab Ino.

Sakura mengangguk mengerti. "Ino, jangan beritahu Sasuke dulu, dia sedang bekerja. Nanti saja kakak yang memberitahunya, dan kau pulang saja, biar kakak yang menemani ibu." Titah Sakura, Sakura takut saja ibu hamil rentan terkena virus dimana banyak yang sakit tengah berobat di rumah sakit dan membuat takut membuat Ino ikut tertular.

"Serius, kak? Kakak siap memangnya menghadapi ibu sendiri, kakak tahu, 'kan bagaimana sifat ibu. Aku takut perkataan ibu menyakiti hati kakak lagi." Ino agak ragu, paham juga mulut ibu mereka yang sangat tajam.

"Iya, kakak bisa kok menghadapinya sendiri."

"Baiklah, aku pulang dulu, sampaikan salam pada ibu, kak. Ibu agak sulit diberi makan, dia bisa mudah kesal, jadi hati-hati, kak."

Sakura mengangguk. "Baik, hati-hati di jalan."

Setelah berpamitan dan Ino pergi. Sakura memasuki ruang rawat Mebuki, matanya langsung bersirobok dengan sang ibu yang agak sinis memandangnya. Sakura menghela napas sembari menutup pintu, mencoba mengabaikan kesinisan sang ibu.

"Masih punya muka setelah melawan orang tua?"

Mendengar sindiran pedas dari sang ibu, Sakura melangkah mendekati sebuah kursi di dekat ranjang pasien yang berisi ibunya.

"Ino barusan pamit pulang, aku yang akan menjaga ibu. Aku dengar ibu kesulitan makan-"

"Kamu yang membuat ibu seperti ini!" potong Mebuki dengan mendecih.

"Baiklah, maafkan aku, ibu harus cepat sembuh." Balas Sakura yang memang sengaja mengabaikan kekesalan sang ibu, bukan waktunya untuk Sakura membalas perkataan ibunya yang sedang sakit.

"Kamu bisanya cuma membuat ibu pusing saja! Setelah bersama Sasuke kamu jadi berani menentang ibu!"

Mendengar Sasuke dibawa-bawa dalam masalah mereka, membuat Sakura tidak terima, pasalnya Sasuke yang selalu menyemangatinya.

"Sasuke tidak ada hubungannya dengan masalah kita, ibu! Sudah aku katakan bahwa aku cukup lelah terhadap sikap ibu yang sering memukulku, menyiramku, melempar barang ke arahku ketika aku tidak menurut. Aku lelah!"

"Karena kamu susah diatur! Wajar saja ibu memukulmu, derajat orang tua itu di atas anak. Orang tua boleh memukul anaknya untuk mendisiplinkan anaknya! Jadi ibu berhak kepadamu, tugas anak itu menurut pada kedua orang tuanya!"

Jika saja Sakura bisa memilih siapa orang tuanya, mungkin ia tidak akan ada di posisi ini, yang membuatnya terus tertekan dan seolah dalam keadaan tidak berdaya.

"Aku sudah dewasa, bisa memutuskan jalan hidupku." Ucap Sakura, berharap ibunya tidak terlalu keras pada anaknya dan membebaskan anaknya memilih jalan hidupnya sendiri. Toh, yang Sakura pilih juga tidak buruk.

"Tunggu saja sampai ibu mati."

"IBU!" Sakura menyentak tiba-tiba mendengar perkataan ibunya yang melantur. Sakura menyayangi ibunya, tidak akan mungkin siap bila sang ibu meninggal dunia.

"Apa?! Kamu tidak peduli lagi pada ibumu sendiri, bukan? Tidak mau dicampuri oleh ibumu sendiri? Sudah tidak menganggap ibu, sebagai ibumu?! Jadi tunggu saja sampai ibu mati, maka hidupmu bebas, 'kan! Belum saja nanti kamu hamil, punya anak sendiri. Rasakan sendiri nanti anakmu membangkang, tidak mau menurut dan tidak menghargai ibunya sendiri."

Mantan Calon Adik Ipar ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang