"Kau akan pulang atau menginap?" tanya Sasuke setelah mereka makan malam bersama.
"Aku harus pulang, ibuku pasti menyindirku jika pulang terlalu malam." Jawab Sakura yang teringat juga tentang sang ibu.
Sasuke mengangguk mengerti, tidak ingin Sakura terlibat masalah dengan ibu kandungnya sendiri. Sasuke menarik tangan Sakura, menuntunnya keluar rumah, hingga sampai di taman.
"Sebelum pulang, ada yang ingin kau berikan." Ucap Sasuke mengawali dengan berdeham sesaat. "Seharusnya saat aku mengajakmu menikah, aku memberikan simbolis pengikat, tapi ajakan tadi bukan direncanakan."
Sakura memandangi Sasuke dengan menunggu Sasuke selesai berbicara, tempat yang mereka pijaki saat ini cukup indah dengan banyaknya bunga yang terawat dan rumput yang nyaman diinjak, juga di atas mereka langit yang gelap namun terang oleh sinar bulan.
"Sekarang aku ingin memberikannya." Sasuke mengeluarkan sebuah kotak perhiasan, mengeluarkan isinya yaitu sebuah cincin yang Sasuke yakini mencerminkan kepribadian Sakura. Sasuke mengangkat cincin yang dibelinya sembari mengambil sebelah tangan Sakura dan menggenggamnya.
"Cincin ini aku berikan sebagai komitmen kita berdua. Kau mau memakainya?" tanya Sasuke meminta kesediaan Sakura untuk menerima cincinnya.
Sakura memperhatikan cincin yang ditunjukkan oleh Sasuke, matanya berkaca-kaca dengan perasaan terharu. Sakura tidak mengharapkan apapun dari seorang pria, selain memiliki visi dan misi yang sama dalam pernikahan. Sakura mulai menganggukkan kepalanya, menyadari pria yang bersungguh-sungguh semacam Sasuke sangat tidak boleh disia-siakan.
"Aku mau memakainya." Ucap Sakura sembari tersenyum.
Tangan Sakura yang berada dalam genggaman Sasuke ditarik perlahan lebih atas, Sasuke kemudian memasangkan cincinnya dan kembali menggenggam tangan Sakura.
"Aku bukan orang yang romantis, aku rasa kamu menyukai hal sederhana seperti ini. Maka dari itu, aku hanya memberikan tanpa membuat kejutan untukmu. Tapi Sakura, di tempat yang kita pijaki saat ini, ada ribuan keindahan yang membuatku tenang. Yaitu saat bersamamu, dan di tempat ini banyak yang berkembang menjadi sesuatu yang indah."
"Terima kasih banyak, ini lebih dari yang aku harapkan selama ini. Aku tidak membutuhkan apapun semacam kejutan, aku hanya membutuhkan hubungan yang dewasa. Itu saja yang aku butuhkan."
Mereka berdua saling membalas senyuman, Sasuke membawa Sakura lagi untuk menuju ke arah mobilnya, Sasuke tentu bertanggung jawab mengantarkan Sakura pulang.
《MCAI》
Sakura masuk ke dalam rumah seperti biasa menyimpan sepatunya di rak khusus sepatu. Kemudian melewati ruang tamu dan arah matanya bersirobok dengan sang ibu yang baru turun dari tangga.
"Kamu pulang dengan Sasuke lagi, iya, 'kan?!" todong Mebuki.
Sakura menghela napas sejenak, ia tidak menduga akan lebih cepat dipermasalakan. Ibunya menampakkan ketidaksukaan seperti biasa.
"Iya, bu. Aku-"
"Kalau kamu tidak suka Iruka, masih banyak anak teman ibu yang bisa kamu pilih! Buat apa kamu dengan mantan adikmu sendiri! Seperti tidak laku saja, oh, ya, memang tidak laku, 'kan? Sampai hampir kepala tiga saja kamu tidak nikah-nikah!"
Sakura tercekat, merasa shock mendengar perkataan sang ibu yang menusuk hatinya. Rasanya ribuan lebih sakit mendengarnya dari ibu kandungnya sendiri, dari sosok yang melahirkannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Calon Adik Ipar ✔
Hayran Kurgu《09》 21+ END ⚠️Warning : Cerita sensitif, mengangkat tema patriarki. Tidak cocok dibaca orang yang setuju patriarki.⚠️ Sakura sudah terbiasa mendengar sebutan 'perawan tua' sepanjang hidupnya. Di usianya yang sudah menginjak 29 tahun, memangnya sala...