"Apa kehadiranku membuat hubunganmu dengan ibumu berantakan?"
Sakura mendongak dengan mengernyitkan dahinya. "Mengapa bertanya seperti itu?"
"Aku merasa bersalah menempatkanmu dalam posisi yang memberi luka. Bukan berarti aku ingin mundur, aku hanya ingin menempatkanmu-"
"Stt ..., dari dulu ibuku sudah seperti itu, jika ada sesuatu yang bertentangan dengannya, maka akan sangat marah dan tidak terima. Aku sudah memahami ibuku, jadi kamu tenang saja. Justru dengan kehadiranmu, membuatku memiliki tempat paling nyaman." Sakura menempelkan jari telunjuknya di mulut Sasuke, jika Sasuke pergi, Sakura tidak tahu lagi harus bercerita pada siapa. Hanya Sasuke yang membuatnya nyaman menceritakan segala hal apapun.
"Sakura, beberapa hari ke depan mungkin aku tidak bisa menemuimu. Aku harus mensurvei lokasi cabang baru yang akan dibuka. Atau kalau kamu mau, kamu bisa ikut denganku."
"Aku ingin ikut, tapi sepertinya tidak bisa. Aku masih harus bekerja dan untuk saat ini aku tidak mau menambah masalah dengan ibuku." Ucap Sakura dengan sedih. Bersama Sasuke pasti membuat harinya lebih baik.
Sasuke tersenyum, satu tangannya terangkat untuk menyentuh pipi Sakura. "Kalau bisa, aku akan menyuruh sopir menjemput di hari pembukaan. Aku sebenarnya ingin ditemani olehmu."
"Hmm ..., sepertinya untuk sehari aku bisa deh."
"Baiklah, hari ketiga dari sekarang kau bersiaplah, ya."
"Baik, sayang."
Cup!
Sasuke mencium bibir Sakura beberapa detik, menyadari posisi mereka di depan ruang rawat, sehingga bisa saja banyak yang lewat.
"Sekarang langsung pulang?" tanya Sakura yang ingat Sasuke sudah berpamitan dengan ibunya.
"Tadinya, tapi aku pikir tidak jadi. Aku akan menemanimu di sini. Aku sempat mendengar pasien boleh dijaga oleh dua orang."
"Tidak boleh, kamu nanti kelelahan dan kamu tahu, 'kan, respon ibuku seperti apa." Tolak Sakura mentah-mentah. "Terus nanti kamu tidur dimana lagi, di dalam hanya ada satu sofa."
"Biarkan aku menemanimu menjaga ibumu, Sakura. Agar ibumu tahu aku tidak main-main ingin bersama denganmu. Bukankah aku sudah bilang, kita hadapi sama-sama. Jika aku pulang sekarang dan ibumu kembali memarahimu bagaimana? Aku tidak rela. Jadi aku memutuskan untuk bersamamu malam ini."
Sakura tertegun, ia tidak tahu lagi harus membalas perkataan Sasuke dengan apa. Sasuke seolah memang mengajaknya berusaha keras agar bisa bersama melewati tantangan apapun.
"Kamu yakin, sayang?" tanya Sakura menatap kedua bola mata Sasuke dengan serius.
Sasuke mengangguk yakin. "Kita hadapi bersama, aku tidak akan mundur. Kita buktikan pada ibumu bahwa kita berhak bersama."
"S-sasuke ...,"
"Jangan menangis, ini juga pembuktianku bahwa perkataanku tidak omong kosong. Aku mencintaimu, aku ingin bersamamu dalam suka maupun duka."
"Sasuke!" Sakura kembali memeluk erat Sasuke, perasaannya tersentuh hingga membuatnya terharu. Sasuke ingin membuktikan pada Mebuki bahwa Sasuke memang tidak akan mundur menjadikan Sakura pendamping hidupnya.
"Sudah, sudah, kita harus segera masuk." Ajak Sasuke. Sasuke menggenggam tangan Sakura dan mengajak Sakura masuk ke dalam.
"Mau apa kamu datang lagi!" sentak Mebuki tidak suka pada Sasuke.
"Saya di sini akan menemani Sakura yang menjaga ibunya. Saya tidak mungkin membiarkannya sendirian dan mendapat kata-kata buruk. Saya tahu dia tidak sekuat itu menerima perkataan buruk dari tante." Jelas Sasuke, membuat Sakura dan Mebuki tersentak kaget mendengarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Calon Adik Ipar ✔
Fanfic《09》 21+ END ⚠️Warning : Cerita sensitif, mengangkat tema patriarki. Tidak cocok dibaca orang yang setuju patriarki.⚠️ Sakura sudah terbiasa mendengar sebutan 'perawan tua' sepanjang hidupnya. Di usianya yang sudah menginjak 29 tahun, memangnya sala...