🐥🐥🐥
Jae terbangun dipagi harinya dengan kondisi menggigil serta suhu tubuh yang tinggi, sepertinya ini efek kemarin ia hanyut di sungai.
"Innalillahi, panas banget!" Sutrisno mengibas-ngibaskan tangannya setelah ia mengecek suhu tubuh Jae dengan menyentuh keningnya. "Dek, Mas pergi ke Apotek dulu ya! Mau beli obat untuk Mas Jae."
Sutrisno pun meninggalkan Jae seorang diri untuk pergi membeli obat. Tak berselang lama, Anindya datang dengan sebuah baskom ditangan. Ia mengambil posisi duduk didekat Jae, lalu mengompres kening pemuda itu.
"Dingin," lirih Jae.
Anindya sedikit menekan kompresan dikening Jae. "Sebentar ya, Mas. Anin ambilin selimut lagi."
Jae mendongak dan menatap punggung Anindya yang keluar untuk mengambil selimut. "Anin."
Anindya kembali dengan sebuah selimut, lalu menyelimuti tubuh jangkung Jae yang menggigil. Padahal pemuda itu sudah menggunakan tiga sarung dan dua selimut. "Mas Jae makan dulu ya? Anin bikinin bubur. Nanti pas Mas No datang, Mas Jae tinggal minum obat aja."
Gadis itu kembali meninggalkan Jae untuk membuat bubur.
"Huhu, Mamih," kata Jae sembari meringkuk.
🐥🐥🐥
"AAAA~"
Jae hanya menatap Sutrisno dengan satu alis yang terangkat, pemuda itu tengah berusaha menyuapi Jae. "Nggak mau."
Sutrisno menghela nafas. "Mas Jae harus makan sebelum minum obat, nanti gak sembuh-sembuh loh."
"Nggak mau." Jae memalingkan wajahnya.
"Ini Mas tehnya." Anindya meletakkan segelas teh didekat Jae. "Loh, kok Mas Jae belum makan? Bubur buatan Anin gak enak ya?"
"Eh? Ngg-nggak gitu! Enak kok, enak!" kata Jae yang langsung menatap Anindya.
Sutrisno mendelik. "Belum dimakan udah bilang enak."
Jae melotot kearah Sutrisno sebelum beralih menatap Anindya yang nampak murung. "Mas Jae gak suka bubur buatan Anin ya? Rasanya pasti gak seenak di Jakarta," pelan Anindya
"Eh? S-siapa bilang." Jae mengambil alih mangkok ditangan Sutrisno, lalu menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya. "Hmm, enak!"
Anindya tersenyum tipis. "Kalau Mas Jae gak suka atau buburnya gak enak, jangan dipaksa, nanti perut Mas Jae bisa sakit."
Setelah mengatakan itu, Anindya pun pergi. Jae meletakkan mangkoknya dan menghela nafas, entah mengapa ia merasa tidak enak pada Anindya yang sudah bersedia membuatkannya bubur.
Kalau boleh jujur, bubur buatan Anindya itu sangat enak. Jae suka rasanya yang kaya, namun tidak membuatnya mual.
"Nanti saya ngomong ke Anin, Mas Jae gak usah khawatir. Sekarang, Mas Jae makan dulu terus minum obat dan istirahat ya?" Sutrisno menyentuh pundak Jae.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kidnapped | Jae (DAY6)
FanfictionJayden Sukmawibowo merupakan putra tunggal dari seorang konglomerat yang diculik ketika sedang membeli martabak di perempatan komplek. Atas izin Tuhan, dirinya pun berhasil kabur, namun siapa sangka dalam pelariannya ia justru bertemu dengan seorang...