6. Feeling Guilty

114 4 0
                                    

Hari kedua Ospek. Renjun dan Jaemin terus mengikuti arahan serta perintah ketua panitia Ospek. Ah tidak, selagi perintah itu masih dalam batas wajar, Jaemin akan mengikutinya. Tapi kalau sudah kelewatan, jangan harap seorang Na Jaemin akan diam saja.

"Nanti kau pulang bersama Jeno?" Pertanyaan retorik yang selalu Renjun keluarkan.

"Heum. Bukankah kita bertiga pulang bersama?" Balas Jaemin, lalu bertanya kepada saudaranya.

Renjun menggelengkan kepalanya. "Aniya. Aku akan pulang bareng Guanlin nanti."

"Oke, kau akan pulang bareng dia." Ujar Jaemin dengan santainya.

"Kau tidak bertanya kenapa aku bisa dekat dengan dia?" Tanya Renjun yang merasa kesal karena sikap acuh saudaranya ini.

"Untuk apa? Kalau kau mau menceritakannya, kau sudah akan menceritakannya daritadi. Lagipula aku tidak sekepo dirimu." Balas Jaemin.

"Aish menyebalkan! Aku tidak akan bercerita dengan dirimu." Sentak Renjun pundung.

"Yasudah." Final Jaemin, yang membuat saudaranya tambah kesal.

"Renjun. Kalau pacar kamu meminta dirimu untuk menjauhi teman laki-lakimu, apakah kau mau menurutinya atau tidak?" Tanya Jaemin secara tiba-tiba.

Renjun yang awalnya pundung, ia pun langsung berubah ketika mendengar perkataan saudaranya. "Kenapa? Jeno pasti menyuruh dirimu untuk menjahui Mark, ya?" Terka Renjun yang terlihat sangat antusias karena mendapatkan gosip baru.

"Bagaimana kau tau?" Tanya Jaemin, yang langsung menatap saudaranya dengan tatapan terkejut.

Renjun membalasnya dengan memasang wajah angkuh. "Siapa dulu! Saeron gitu loh." Sombongnya.

"Ck! Berlagak sekali dirimu. Jadi, bagaimana? Kau akan menurutinya atau tidak?" Tanya Jaemin, mengembalikan topik pembicaraan mereka tadi.

"Eum... tergantung. Kalau teman laki-lakinya itu mempunyai pengaruh buruk untuk diriku? Aku akan menuruti perkataannya. Tapi kalau tidak, aku tidak akan menurutinya. Lagipula aku dan dia cuma berteman! Dia saja tidak aku larang untuk berteman dengan siapa saja. Masa aku tidak boleh main dengan siapa saja?!" Sunggut Renjun yang merasa kesal.

Perkataan saudaranya ini sama dengan pemikirannya. "Tapikan Jaemin memberikan pengaruh baik untukku." Balas Jaemin. "Apakah Mark dan Jeno saling mengenal satu sama lain?" Sambung Jaemin, yang saat ini tengah menatap saudaranya dengan tatapan mengintimidasi.

"Yak! Kau tau tentang ini bukan?!" Sentak Jaemin, ketika melihat lagat saudaranya yang mulai berubah.

"Aku tau. Tapi aku tidak pantas untuk memberitahu dirimu. Lebih baik kau tanya  langsung saja kepada mereka berdua." Jelas Renjun, yang tidak mau ikut campur ke dalam masalah saudaranya lagi.

"Tapi, mengapa mereka seperti orang yang tidak kenal, sewaktu aku memperkenalkan mereka?" Tanya Jaemin penasaran.

"Karena mereka tidak mau memaksa dirimu. Mereka takut kalau kau akan memaksa ingatan kau, karena tidak tau mereka. Maka dari itu mereka berlagak tidak kenal satu sama lain." Balas Renjun.

"Menyebalkan!" Sungut Jaemin, menghembuskan nafasnya kasar.

"Bagaimana  masalah dirimu dengan Jeno? Sudah selesai?" Tanya Renjun yang tiba-tiba mengingat.

Jaemin menganggukan kepalanya. "Sudah." Jawabnya dengan suara lesu dan tidak bersemangat.

"Lalu, bagaimana?" Tanya Renjun, yang penasaran akan hal ini.

"Sama seperti ucapan kamu kemarin." Balas Jaemin.

"Tuhkan! Apa aku bilang?! Makanya jangan berburuk sangka dulu!" Sentak Renjun.

NA JAEMIN 2 - NOMINMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang