9. Stop Wait Him

108 2 0
                                    

"Kalian ngapain sih? Pergi! Kalian menghalangi pandangan aku!" Sarkas Jaemin kepada 3 buah mobil yang saat ini di hadapannya.

Siapa lagi kalau bukan Mark, Guanlin dan juga Jisung. Menurut dirinya, mereka itu suka sekali menganggu ketenangan yang ia punya.

Ia juga langsung mendesis kesal, ketika tidak ada respon dari mereka yang ada didalam. Ia kesal, kesabarannya sudah habis. Alhasil dia mengambil hak sepatunya dan bersiap untuk melemparkan ke arah mobil mereka bertiga.

"Yak, Na Jaemin! Tahan emosi-mu!" Teriak Renjun yang ada di dalam mobil dengan panik, atas tingkah nekat yang akan saudaranya lakukan.

Jaemin yang sudah ingin melempar, akhirnya dia pun urungkan niatnya, ketika dirinya melihat sepupunya yang ada didalam mobil. "Cepat pergi!" Usir Jaemin disertai dengusan kasar.

"Kau mau bareng tidak? Kau bisa bersama Mark ataupun Jisung." Tawar Renjun, yang langsung di gelengi kepala oleh saudaranya.

"Tidak, terima kakasih. Aku akan pulang bersama dengan Jeno, kekasih-ku." Tolak Jaemin, disertai tatapan pongah nan sombongnya.

Jisung yang mendengar itu, ia langsung mendecih. "Tch, baru kekasih saja sudah sombong. Aku yakin kekasihnya tidak tampan dan juga pendek. Paling tingginya tidak bisa menyamai kita." Ledek Jisung.

"Kau itu sudah pendek, aturan cari lelaki yang tinggi agar bisa memperbaiki keturunan kau." Sambung Jisung, yang sukses membangkitkan emosi sang wanita yang ia ledek.

"Yak! Cepat kalian pergi! Pergi sekarang atau sepatu heels-ku mendarat di depan kaca mobil kalian?!" Teriak Jaemin kesal, dan siap melemparkan sepatu heelsnya.

Renjun meringis, melihat tingkah bar-bar saudaranya ini. Ia pun langsung menyuruh Guanlin untuk pergi, meninggalkan kelinci yang sebentar lagi berubah menjadi singa.

"Ck. Gimana gak pendek kalau kerjaannya sering mengomel." Tambah Jisung, sebelum pergi meninggalkan wanita yang ia ledek.

"Yak! Bajingan kecil itu sungguh-sungguh membuat diriku ingin mencekik dirinya!" Teriak Jaemin, yang saat ini tengah menendang udara, karena kesal akan omongan Jisung tadi.

Setelah menetralkan emosinya, Jaemin kembali menunggu Jeno. "Sudah jam 7 dan Jeno belum juga datang?" Gumam Jaemin, yang saat ini sedang menatap jam yang berada ditangan kirinya.

Berati selama ini ia sudah menunggu selama 2 jam, menunggu kedatangan Jeno yang tak kunjung datang. Tapi herannya ia tidak merasakan pegal di kakinya. Padahal sudah 2 jam dia berdiri dan tidak beranjak dari tempatnya.

ia juga sudah mengirimkan pesan kepada tunangannya. Namun belum ada balasan darinya. Jangankan balas, dibaca saja tidak. Di telepon juga tidak ada balasan dari tunangannya. Tunangannya itu tidak menjawab panggilannya, dan hanya operator yang menjawab semua panggilan darinya.

"Yah, hujan." Gumam Jaemin, yang langsung beranjak dari tempatnya berdiri, menuju kedai yang menjual masakan serta makanan China, kedai hotpot lebih tepatnya, kedai yang tidak jauh dari gedung fakultasnya. Tepatnya di sebelah kedai Ice cream kampusnya.

Ia langsung masuk dan memesan hotpot disana, seraya menunggu Jeno. Ah tidak, dirinya juga ingin merasakan hotpot di kedai ini. Apakah enak atau tidak? Seperti yang kalian ketahui bahwa Jaemin ini juga menyukai hotpot. Namun tidak semua hotpot yang ia coba. Ia sering makan hotpot di Bulia Gangnam, Korea.

Setelah duduk di meja yang telah di sediakan pelayan, serta menunggu selama 5 menit. Makanan yang ia taruh  ke dalam panci pun matang. Ia langsung menyantapnya. "Tidak buruk." Gumam Jaemin, seraya menatap ponselnya, menghubungi tunangannya yang terus tidak bisa di kabari.

Waktu pun berlalu, jam demi jam, menit demi menit pun telah ia lalui di kedai ini. Namun, tunangannya belum kunjung datang. Baterai powerbank miliknya juga habis, begitu juga baterai ponselnya juga menipis. Tanda merah sebagai peringatan bahwa ponselnya perlu di charger. Sedangkan ia lupa membawa kepala charger ponselnya karena terburu.

Jaemin sebenarnya ingin beranjak. Namun ia urungkan dan tetap menunggu tunangannya. Ia takut ketika ia pulang, tunangannya malah datang. Maka dari itu ia tetap menunggu tunangannya.

"Maaf Nona. Apakah anda sudah ada jemputan? Soalnya kedai kami sudah mau tutup. Atau mau kah kami panggilkan taksi?" Tanya sang pelayan yang tiba-tiba datang, memberitahu dan menawarkan dirinya sebuah pilihan.

"Ah, maafkan aku. Aku akan pergi, kekasihku sudah menunggu." Ujar Jaemin beranjak dari bangkunya, mengeluarkan uang untuk membayar hotpot dan minuman, tak lupa memberikan tip untuk pelayan.

"Benarkah? Kau tidak ingin kami panggilkan taksi? Hujan belum redah." Tawar sang pelayan.

"Ah, tidak. Terima kasih atas penawarannya. Saya pergi ya." Pamit Jaemin, yang perlahan keluar dari kedai.

Jaemin memilih berteduh diantara kedai hotpot dan ice cream. Baru saja ia menunggu, sebuah mobil mendarat tepat di hadapannya. Tapi ia tau bahwa itu bukan tunangannya. Jadi, dia tetap stay di tempatnya. Mungkin mobil itu ingin menjemput seseorang disini. Makanya ia tetap diam.

Tapi mobil itu terus mengklakson. Membuat dirinya risih sekaligus kesal, sama apa yang pengemudi itu rasakan ketika tidak mendapat balasan dari dirinya. Rasa kesal pengemudi itu semakin bertambah ketika ia tidak beranjak. Akhirnya pengemudi itu segera keluar dari mobilnya menuju dirinya. "Masuk." Titah pengemudi itu.

"Loh, Mark? Kau ngapain disini? Kau ingin menjemput siapa?" Tanya Jaemin dengan tatapan polosnya.

"Tentu saja ingin menjemput dirimu." Jawab Mark. Ia langsung membuka jaketnya, dan mengalungkannya di tubuh wanita yang lebih mungil darinya. Agar wanita ini tidak kedinginan. Soalnya cuacanya sangat dingin saat ini.

"Aku akan pulang bersama Jeno, Mark." Ujar Jaemin, memperingati pria yang ada di hadapannya ini.

"Kau sudah menunggu berjam-jam disini. Berhenti lah menunggu dia, Na. Kau bisa sakit." Ujar Mark.

Jaemin membelalakan matanya. "Bagaimana kau tau? Kau mengikuti dan mematai diriku ya?!" Sentak Jaemin, yang terkejut ketika pria ini tau.

Mark menganggukkan kepalanya. "Mian, tapi memang benar aku mengikuti dirimu. Aku menunggu dirimu disana. Tapi kau tidak kunjung keluar dari kedai, dan akhirnya kau keluar dari kedai selama berjam-jam. Maka aku simpulkan kedai itu mau tutup dan kekasihmu belum juga datang. Maka dari itu aku menghampiri dirimu." Jelas Mark, memasangkan jaketnya yang benar di tubuhnya.

"Loh, bagaimana bisa? Bukan-kah kau pergi bersama dua monyet itu?" Tanya Jaemin.

"Cha, sekarang sudah selesai. Ayo ke mobil dulu, aku akan menjawab pertanyaan milikmu di dalam mobil." Jelas Mark merangkul tubuh wanita yang lebih mungil darinya, membawanya ke dalam mobil.

"Tapi, Jeno bagaimana?" Tanya Jaemin sebelum masuk.

"Aku yang akan berbicara dengannya. Kau tenang saja. Sekarang, masuk lah. Kau bisa kedinginan dan sakit." Titah Mark, membantu wanita ini untuk masuk.

Setelah Jaemin masuk, Mark juga ikut  masuk ke dalam mobilnya. Lalu Menjalankan mobilnya meninggalkan area kedai.

Disepanjang jalanan, Jaemin terus menanyakan banyak hal. Serta Mark yang selalu menjawab pertanyaannya. "Loh, kenapa ke Apotik? Kau sedang sakit? Mau beli obat apa?" Tanya Jaemin secara beruntun.

Mark tidak menjawab, melainkan menyuruh wanita ini untuk tetap di dalam mobil. Setelah itu, ia keluar dan tidak lama kembali membawa kantong belanja.

"Ini untuk dirimu. Sebuah roti dan minum untuk kau makan sekarang. Setelah itu, kau harus minum obat penyangkal demam. Serta ini ada obat penurun deman yang harus kau minum bila nanti kau demam." Jelas Mark. "Makan dan minum lah obatnya." Sambung Mark.

Jaemin terhipnotis dengan tatapan dan senyuman yang diberikan pria ini. Tanpa sadar, dirinya mengikuti perintah yang di berikan pria ini.

NA JAEMIN 2 - NOMINMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang