10. Behind The Story

109 4 0
                                    

Hujan sudah berhenti, Jaemin juga sudah pulang ke apartemen miliknya dan juga sudah mengganti bajunya yang sempat basah, menjadi baju rumah yang hangat, dengan secangkir teh di tanganny. Mark juga sudah pulang sedari tadi, dan tunangannya belum juga memberikan kabar untuknya. Waktu juga semakin larut, jam 12 malam waktu bagian Amerika.

Jaemin sendiri disini. Sedangkan saudaranya ini tengah menginap di rumah temannya karena terhadang hujan tadi.

Setelah lamanya berfikir, ia memutuskan untuk pergi ke apartemen milik tunangannya. Hatinya gelisah ketika tunangannya tidak membalas pesannya. Tadinya ia mau langsung pergi ke apartemennya tunangannya setelah kembali ke apartemen miliknya. Namun ia urungkan karena dirinya harus menghargai keberadaan Mark.

Ia harus menemani Mark. Baru tadi pria itu pulang karena menemani dia. Iya! Mark memutuskan untuk menemani dirinya karena ia sendirian di apartemen. Mark menunggu saudaranya sampai pulang. Namun ternyata ia mendapat pesan bahwa saudaranya akan menginap dirumah temannya. Alhasil Mark pamit pulang kepada dirinya.

Ia sempat menawarkan pria itu untuk menginap. Tapi dia malah menolaknya. Dia masih tau batasan dan norma yang di ajarkan Appanya, yaitu jangan menginap di apartemen seorang wanita yang bukan mukhrimnya hanya berdua.

*ting nong ting nong.* suara bel yang ia tekan, ketika dirinya sampai didepan apartemen milik tunangannya. Tidak ada sahutan dari dalam sana. "Apakah dia belum kembali?" Gumam Jaemin.

Setelah menekan bel selama 3 kali, ia memutuskan untuk kembali ke apartemen miliknya. Menekan tombol lift dan menunggu lift datang. Setelah menunggu 1 menit, lift pun berhenti.

"Jeno!" Pekik Jaemin, ketika melihat tunangannya yang berada didalam lift dengan keadaan yang sangat berantakan.

Tunangannya langsung menyerbu dirinya dengan sebuah pelukkan. Bisa dia katakan bahwa tunangannya ini terkena hujan tadi. "Kita ke kamar kamu dulu ya." Ujar Jaemin, melepaskan pelukkannya dan merangkul tunangannya menuju apartemen milik tunangannya.

Setelah menekan kata sandi, ia segera membawa masuk tunangannya. Menaruh tunangannya tepat di atas sofa, dia pun beranjak untuk membuat teh hangat untuk dia. Serta makanan untuk tunangannya makan, dan tak lupa membawa obat pencegah demam untuk sang tunangan.

Menaruh nampan yang berisikan makanan, dan minuman serta obat ke atas meja. Ia pun segera masuk ke dalam kamar Jeno. Mengambil pakaian ganti untuk Jeno dan juga handuk untuk mengeringkan rambut Jeno.

"Sebaiknya kamu ganti baju dulu deh. Baju kamu setengah basah dan kering. Nanti kamu sakit." Titah Jaemin, yang khawatir tunangannya ini sakit.

"Kau tidak apa-apa? Tidak ada yang terluka kan?" Tanya Jeno dengan tatapan khawatir.

Jaemin menautkan kedua alisnya lalu menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Sekarang, ganti baju kamu." Titah Jaemin, membantu Jeno berdiri.

Jeno pun berdiri dan mengambil pakaian serta handuk yang di berikan wanita yang sebentar lagi marga ganti menjadi marganya, lalu dirinya bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah 5 menit, Jeno pun keluar dan langsung duduk disamping wanitanya yang tengah duduk ini, memeluknya dengan kepala yang ia seludupkan di perpotongan lehernya. "Makan dulu ya. Aku sudah membuatkan bubur untukmu." Titah Jaemin yang melepaskan pelukkan Jeno, dan mulai menyuapi Jeno.

Jeno mulai membuka mulutnya, dan membiarkan tunangannya ini menyuapi dirinya. "Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Jaemin.

"Kau tau, ketika aku ingin menjemput dirimu, mobilku di tabrak oleh seseorang dari belakang. Aku yang saat itu sedang emosi karena masalah kampus pun semakin emosi karena kejadian itu. Kami hampir berkelahi, tapi untungnya banyak orang di sana yang memisahkan kita. Kita di bawa ke kantor polisi untuk menyelesaikan masalah kita."

"Di kantor polisi, kita memakan waktu yang sangat banyak karena penabrak itu tidak mau mengaku dan menyalahkan diriku, serta meminta diriku mengganti mobilnya yang rusak. Aku tidak terima dong. Orang aku gak salah, masa iya aku ganti. Akhirnya kita saling mempertahankan argumen kita. Sampai akhirnya sang polisi menemukan kamera yang berada di dasboard mobil belakangku dan melihatnya. Terbukti pria itu salah karena telah menabrakku."

"Ketika ditanya kenapa dia menabrakku. Dia malah menjawab bahwa dia membenciku, padahal kita tidak saling kenal. Dan ketika di tanya polisi kenapa dia membenci diriku? Apakah kita saling kenal? Dia menjawab, dia membenci diriku karena aku orang Asia. Kan gila orang itu, membenci diriku karena aku orang Asia?" Jelas Jeno yang jadi emosi bila memgingat kejadian itu.

Ah Jaemin sudah pernah mengalami kejadian itu. Ia marah juga sih, ia juga sempat balas. Memang disini banyak orang yang rasis. Menganggap bahwa orang mereka lebih hebat daripada orang Asia. Namun, ia tidak mengambil pusing itu lagi. Karena ia juga tau bahwa semua manusia akan sama di mata Tuhan. Dan untung saja teman satu kulihannya itu tidak ada yang bertingkah rasis seperti itu.

"Tapi, kau tidak apa-apa kan?" Tanya Jaemin, memastikan kembali tunangannya.

"Tentu saja tidak. Namun aku jadi tidak bisa menjemput dirimu. Mobil aku di derek ke bengkel. Aku ingin pergi, tapi hujan deras mengguyur kota. Taksi tidak ada yang beroperasi, baik taksi yang di pesan secara offline maupun secara online. Jadi, aku harus menunggu sampai hujan redah. Ponselku? Aku lupa bawa, ketinggalan di dalam mobil. Jadi, aku tidak bisa mengabari dirimu." Jelas Jeno.

"Kau pasti menunggu lama bukan? Maafkan aku." Sambung Jeno, menyesal karena membuat wanitanya ini menunggu lama.

"Tidak apa-apa. Yang penting saat itu kau baik-baik saja." Jelas Jaemin, memaklumi Jeno. Ya walaupun sempat kesal juga sih.

"Eum, Na. Kau ingin ingatan kamu kembali bukan?" Tanya Jeno.

Jaemin yang mendengarkannya pun langsung menganggukkan kepalanya dong. Dia ingin sekali ingatannya kembali. "Tentu saja! Tapi, memangnya bisa? Bagaimana caranya?" Tanya Jaemin.

Jeno berfikir sejenak. "Aku tidak tau apakah cara ini berhasil atau tidak dalam mengembalikan ingatan kamu. Tapi aku akan berusaha membuat ingatan kamu kembali, dan mungkin saja dengan cara ini, ingatan kamu bisa kembali." Jelas Jeno, yang masih sedikit ragu akan hal ini.

"Kau mau ikut denganku?" Ajak Jeno.

"Kemana?" Tanya Jaemin, yang sedikit meragukan ajakkan tunangannya ini.

"Aku yakin. Dengan kau datang dan mengunjungi tempat ini, aku yakin ingatan kamu akan kembali. Kau tidak mungkin melupakan tempat ini!" Seru Jeno dengan senyuman bulan sabitnya.

"Semoga saja. Memangnya mau kemana?" Tanya Jaemin.

"Sebelum aku menjawab, sebaiknya kau mengganti pakaian kamu lebih dulu. Aku akan menunggu dirimu di lobby! Pakai lah celana panjang serta jaket lather berwarna hitam!" Titah Jeno, mendorong tunangannya keluar dari apartemennya, dan memasukkan dirinya ke dalam lift.

Setelahnya, Jeno langsung kembali ke tempatnya. Mengambil kunci motor miliknya dan menuju lobby. Sedangkan Jaemin, ia mulai mengganti pakaiannya sesuai dengan permintaan Jeno.

Jaemin tidak tau mau dibawa kemana oleh tunangannya ini. Ia hanya mengikuti tunangannya pergi.

NA JAEMIN 2 - NOMINMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang