8. This is Your Punishment

167 3 0
                                    

Hari terakhir ospek. Hari dimana Jaemin tunggu. Hari dimana dirinya bisa terbebas dari suruhan seniornya yang sangat menyebalkan, dan kadang tidak masuk di akal.

Renjun, Mark dan, Jaemin pun sarapan bersama di apartemen milik Jaemin. "Berangkat bersama?" Ajak Mark,  menatap kedua wanita yang ada di hadapannya ini secara bergantian, setelah mereka selesai sarapan.

"Eum aku tidak bisa. Guanlin akan menjemput diriku." Ujar Renjun, menolak ajakan Mark.

"Kau beneran dekat dengannya?" Selidik Jaemin, begitu mendengar penolakan yang saudaranya berikan. Maksudnya, dia gak nyangka aja gitu, kalau pria itu serius sama saudaranya, atau sebaliknya.

"Eum! Bukankah aku sudah bilang pada dirimu? Kalau begitu aku permisi. Guanlin sudah menunggu diriku di lobby." Pamit Renjun, meninggalkan Mark dan Jaemin berdua.

"Eum, bagaimana?" Tanya Mark, mengembalikan topik pembicaraan mereka.

"Eum... sebelumnya aku minta maaf ya, Mark. Aku tidak bisa berangkat bersama dengan dirimu." Ucap Jaemin, di sertai dengan perasaan bersalah.

Mark menautkan kedua alisnya bingung. "Loh, kenapa? Karena Jeno?" Tanya Mark, yang sepertinya sudah tau, tapi dia mencoba untuk bertanya kembali.

Jaemin mengganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Aku yang akan berbicara dengan Jeno. Memin--" Ucapan Mark terhenti, karena wanita yang ada di hadapannya ini sudah lebih dulu mengintrupsi dirinya.

"Andwe!" Sentak Jaemin, menolak saran yang di berikan pria ini.

"Loh, Kenapa?" Tanya Mark, yang merasa tambah heran.

"Jeno melarang diriku untuk berdekatan dengan dirimu." Cicit Jaemin, yang benar-benar merasa tidak enak, sekaligus merasa bersalah kepada pria yang ada di hadapannya ini.

"Dan kau menyetujuinya?" Tanya Mark, yang tetap menjaga ekspresinya saat ini.

Jaemin yang mendengarnya, ia langsung menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak. Kau orang yang baik." Cicit Jaemin, yang masih terus menundukkan kepalanya, tidak berani menatap netra sang pria.

Sedangkan Mark? Ia langsung tersenyum dan terkekeh mendengar pengakuan wanita yang ada di hadapannya ini. Tangannya terulur untuk mengusak surai rambut sang wanita. "Kau lucu." Ujar Mark.

"Kau tidak marah?" Tanya Jaemin, yang saat ini sudah menatap sang pria, karena tingkah pria ini yang tiba-tiba mengusak rambutnya.

"Untuk apa aku marah? Kau kan hanya berkata jujur." Jawab Mark yang benar adanya.

"Maafkan aku ya, Mark. Aku gamau kalian berdua bertengkar karena aku." Jelas Jaemin, yang emang gak mau kedua pria ini bermusuhan lebih dalam hanya karena dirinya.

"Gwenchana, aku tidak apa-apa, Na. Lebih baik sekarang kau temui Jeno. Aku yakin dia sedang menunggu dirimu." Titah Mark, membangunkan Jaemin, dan mendorongnya agar segera pergi.

"Kau bagaimana?" Tanya Jaemin.

"Tenang saja, Aku akan pergi setelah kau pergi. Nanti ketahuan Jeno." Jelas Mark, yang sepertinya paham.

Jaemin lagi-lagi meringis tidak enak. "Mianhe." Ucap Jaemin, lalu pergi dari hadapan pria ini.

Mark tersenyum. "Kenapa sangat menggemaskan sekali? Seperti anak kucing!" Pekik Mark yang tertahan.

Ya, sedaritadi dia menahan dirinya atas tingkah Jaemin yang menurutnya sangat menggemaskan.

Dilain sisi, saat ini Jaemin sudah berada didalam mobil Jeno, bersama dengan Jeno. Membelah kota Canada selama beberapa menit, sebelum akhirnya ia sampai di depan gedung fakultas miliknya. "Nanti sore aku jemput ya. Kau jangan pulang terlebih dahulu." Ucap Jeno, sebelum tunangannya ini keluar dari dalam mobilnya.

NA JAEMIN 2 - NOMINMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang