29. b e f r i e n d s

375 19 4
                                    

Haiii
Kayak biasa yaa, vote+komennya janggan lupaa~

HaiiiKayak biasa yaa, vote+komennya janggan lupaa~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Damn! Apa yang dia katakan tadi?

Arka bersimpuh di samping tempat tidur setelah mengunci diri dalam kamar. Membenamkan kepalanya yang rasanya ingin meledak ke bawah bantal.

Jangan pergi sekarang.

Tetap tinggal di sini sampai lo lahiran.

Kenapa kalimat sesinetron itu bisa keluar dari mulutnya??

Arghhh!

Teriakan frustrasi Arka teredam di bawah bantal, sedangkan tangannya memukul-mukul permukaan kasur. Pusing sekali kalau otak dan nuraninya sudah adu ngotot seperti tadi.

Si otak bilang tidak usah peduli. Nurani mengiba kasihan.

Arka bingung harus berdiri di kubu yang mana. Keduanya bagai dua kutub yang saling tolak menolak. Dia belum sampai pada keputusan terbaik yang dibuat untuk dirinya, sampai tidak ada angin tidak ada hujan Dhira bilang ingin pergi. Huh, mudah sekali gadis itu membulak-balikkan pendiriannya. Walau begitu malaikat dalam diri Arka seakan dapat memaklumi. Gila kan? Apa tidak senewan Arka dibuatnya?

Tapi yasudah lah, nasi sudah jadi bubur. Nuraninya menang lagi. Tidak apa. Semoga kali ini omongan Dhira bisa dipegang. Tidak akan lama lagi sampai gadis itu melahirkan.

Hm ... berapa bulan lagi ya?

••••

Setelah hari-hari berat yang lalu, pagi ini Dhira bangun dengan perasaan jauh lebih ringan. Dan tanpa morning sickness--yipi! Yah, sejak memasuki trimester kedua morning sickness Dhira tidak separah dulu lagi. Sesekali saja datangnya. Tapi nafsu makan Dhira jadi bertambah berkali-kali lipat. Dia rasanya tidak berani naik ke timbangan.

Alih-alih packing barang-barang sesuai rencana, gadis yang dua bulan lagi genap delapan belas itu justru tengah bersiap memakai seragam sekolah usai menyiapkan sarapan beberapa saat lalu. Kemarin Dhira pikir adalah hari terakhirnya masuk sekolah. Tapi sepertinya akan ia perpanjang sampai minimal bulan depan.

Yah, begitu kan konsepnya hidup, selalu dipenuhi kejutan-kejutan tidak terduga.

Siapa sangka, Arka yang setiap waktu terlihat terganggu dengan kehadiranya, mendadak memintanya menunggu. Memang Arka beralasan takut dia ingkar janji, tapi tidak masalah. Dhira justru melihat hal tersebut sebagai harapan untuk memperbaiki hubungan mereka. Hubungan pertemanan, tentu saja. Mencintai tidak mesti memiliki, bukan?

Dhira memindahkan nasi goreng ke atas piring. Menata potongan timun dan selada sebagai garnish. Telur mata sapi kematangan ditaruh di tengah-tengah. Telurnya sengaja dibuat terlampau masak, biar pinggirannya gurih dan tidak ada insiden kuning telur pecah. Dhira haters garis keras kuning telur. Terakhir, Dhira menaburkan bawang goreng serta kerupuk udang. Dan taraaa ... nasi goreng udang buatan Dhira siap disantap.

I'm (not) FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang