4. e g o i s

626 28 1
                                    

Haiii
Yuk vote dulu dan janlup komennya, nggak sesusah nulis kok:)

HaiiiYuk vote dulu dan janlup komennya, nggak sesusah nulis kok:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiruk pikuk bar menyambut kedatangan Dhira malam ini. Suara musik elektronik yang menghentak diiringi tawa dan teriakan menggila para pengunjung membuat suasana terasa kian riuh. Bising. Membuat Dhira yang jika dalam situasi normal sangat menikmati gemerlap itu semua, kini justru diserang pening bahkan sesaat setelah dirinya melewati pintu masuk. Aroma nikotin ditambah alkohol yang selama ini akrab di penciumannya, mendadak membuat perut Dhira bergejolak.

Tapi Dhira coba tahan-tahan. Efek kehamilannya benar-benar menyusahkan. Dhira tidak yakin akan bisa masuk kelab lagi setelah hari ini.

Dhira pun membekap mulutnya sendiri ketika berjalan lebih ke dalam. Menembus keramaian umat manusia yang sibuk berjoget di dance floor. Manik matanya berkeliling mencari keberadaan Evan di antara ramainya orang dan cahaya remang-remang.

Sudah sepuluh menit, tetapi Dhira masih tidak melihat batang hidung Evan di mana-mana. Padahal setahu Dhira, si berengsek itu mana pernah absen datang kemari.

Jangan terkejut, Dhira memang tidak akrab dengan Evan. Hanya saling tahu nama karena satu tongkrongan. Mengobrol pun rasanya tidak pernah. Apalagi melihat riwayat Dhira yang memang tidak begitu memedulikan sekitar dan terkesan cuek pada apa saja. Mereka tidak sengaja melakukan 'itu' kurang lebih dua bulan lalu. Sama-sama mabuk. Tidak tahu bagaimana awalnya dan siapa yang memulai, yang pasti tahu-tahu mereka sudah saling berbagi malam yang panjang.

Ugh. Dhira tambah pening mengingat kejadiaan malam laknat itu.

"Woi, Dhir! Ke mana aja lo lama nggak keliatan?"

Merasa teriakan itu ditujukan padanya, Dhira segera menoleh dari balik bahu. Adalah Amar, cowok tinggi kurus itu menyengir dan melambai padanya dari meja bar. Dengan langkah seribu Dhira menghampiri Amar lalu mengambil duduk di sampingnya.

Mungkin Amar tahu di mana Evan, pikir Dhira.

"Lo mau minum apa? Gue bayarin. Lagi butuh temen minum nih gue."

"Nggak usah. Gue lagi nggak pengen minum." Dhira menolak yang refleks membuat Amar tertawa. Sepasang alis Dhira sontak bertaut. "Kenapa?"

"Enggak," geleng Amar. "Aneh aja lo nggak minum." Sepajang pengetahuan Amar, ketika mereka nongkrong dengan yang lain, Dhira paling tidak akan minum satu sampai dua gelas alkohol. Jadi agak aneh ketika temannya ini menolak. Mengedik, Amar berseru pada bartender. Minta diambilkan vodka untuknya. "Jadi, ke mana aja lo ngilang?"

"Nggak ke mana-mana," jawab Dhira cepat. "Mar, gue ke sini mau nyari Evan. Lo ada lihat?"

Entah apa yang salah pada pertanyaannya barusan, yang jelas seketika wajah Amar terlihat terkejut. Matanya mendelik melihat Dhira seakan dia adalah alien yang nyasar di tengah bar. Namun sepersekian detik kemudian, cowok kurus itu malah tertawa. Keras. Lepas. Sudut matanya sampai mengeluarkan air mata.

I'm (not) FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang