8. Calon Suami Jahanam

442 86 3
                                    



Malam ini, Danu dan keluarga besarnya datang ke rumah Kinan buat melamar Kinan secara resmi, sekaligus mencari tanggal yang cocok untuk melangsungkan pernikahan. Pak Kades membawa guru spiritual yang pernah dibicarakan Danu. Tampilanya seperti bapak-bapak pada umumnya. Suka pakai baju koko dan peci hitam.

Padahal dalam bayangan Kinan, guru itu pakai topi kerucut dan jubah panjang kayak di sinetron mak lampir. Enggak lupa sama tongkat kayu warna hitam.

Hal yang membuat Kinan gagal fokus pada akhirnya adalah Danu.

Gara-gara pakai batik lengan panjang, aura cowok itu jadi terlihat makin memikat dan makin adem. Apalagi tindik itemnya Danu dilepas. Rambutnya juga disisir rapi. Pokoknya vibes papa muda banget, deh. Pernyataan yang bilang kalau cowok usia tiga puluhan itu emang lagi mateng-matengnya, rupanya emang benar.

Kinan bener-bener senang dengan fakta kalau dia bakal liat wajah rupawan itu setiap hari setelah mereka nikah. Duh, nikmat dunia banget nggak sih jadinya? Kinan udah enggak sabar.

Baru aja Kinan muji-muji Danu di kepalanya. Tapi tingkah cowok itu malah makin menjadi-jadi.

"Harusnya kamu nurut pas aku bilang nyari cincinnya sama-sama." Danu berbisik saat memakaikan cincin ke jari manis Kinan. "Jadi kebesaran kan, lubangnya."

Pandangan Kinan langsung turun, menatap cincin yang bisa langsung jatuh saat Kinan menurunkan jari. Ini mah, enggak cuma longgar! Tapi emang dirancang buat jari jempol!

Lagian si Danu ini enggak ngotak banget. Masa enggak bisa ngira-ngira ukuran Kinan, sih? Emangnya jari-jari Kinan selama ini keliatan segendut itu? Kepala Kinan sampai berasap saking kesalnya.

"Gue tahu kalau lo emang sengaja, jadi, nggak usah sok manis." Kinan tarik kembali kata-katanya yang bilang kalau Danu menawan. "Dan gue enggak pernah bilang kalau gue nggak mau, tapi waktu itu gue emang lagi nggak bisa!"

Greget banget emang, ngomong sambil bisik-bisik begini. Apalagi Kinan harus pura-pura full senyum.

Semua orang yang hadir tahu kalau cincinnya kebesaran, tapi enggak ada satu pun orang yang berani protes. Danu sialan ini... emang sengaja permaluin Kinan.

"Enggak ada gunanya protes, kan? Udah telat." Danu langsung mundur setelah Kina memakaikan cincin ke jari manis Danu. Kali ini cincinnya pas banget kayak udah didesain khusus. Dasar enggak adil dan egois.

Astaga. Kinan beneran nggak tahu kalau Danu ternyata kekanak-kanakan! Mau bejek-bejek mukanya si Danu rasanya. Hidup sama Danu selama dua tahun ke depan, Kinan juga enggak bakalan kaget kalau Kinan baka sering makan ati.

Muka Kinan udah kesel banget sepanjang acara, tapi Kinan menahan diri. Kinan juga enggak akan kaget kalau hasil fotonya nanti Kinan keliatan lagi menyeringai kayak psikopat.

"Buat nikahan, nanti kita cari cincin lagi." Danu berusaha menenangkan. Mereka kini sedang berdiri berdampingan buat difoto. Semua orang yang hadir sedang memperhatikan mereka dengan senyum manis "Karena itu, jaga ekspresi kamu, Kinan."

Kalau cuma ngomong mah, Kinan juga bisa!

Pokoknya, gara-gara kejadian hari ini, Kinan enggak akan percaya lagi sama semua kebaikan Danu. Karena sampai matipun, sikap Danu enggak akan pernah berubah. Dia cuma cowok nyebelin manipulatif yang narsis dan sok kepedean.

Kinan, akan mengingat kejadian memalukan ini semur hidupnya dan balas dendam!

"KINAN!"

Kinan tersentak dan mengerjapkan mata. Saat itulah Kinan menyadari kalau rumahnya sudah kosong—menyisakan kulit kacang, kulit pisang dan salak, serta bekas piring dan gelas yang berantakan.

Nikah Sama Raden Mas! (TAMAT, Fizzo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang