14

1.2K 117 30
                                    

.
.
.

"Polisi masih berjaga 24 jam disana, bos."

Wajah tampan Jay mengeras mendengar laporan dari Euijoo.
"Suap saja beberapa polisi, kenapa kau jadi sangat lembek Euijoo?" Ucapnya sedikit geram.

"Bos, ada para wartawan juga, kita tidak bisa gegabah mengambil tindakan,"

"Lalu kau mau menunggu sampai polisi menemukan kunci dan surat itu kemudian membiarkan media mengungkit lagi kecelakaan sialan itu, hah?!"
Jay menggertak marah,
"Brengsek tidak tau diri! Beraninya dia masih mengusikku setelah apa yang kulakukan untuk anaknya!!!"

Jay mengobrak-abrik serta melempar apa yang ada di atas meja kerjanya.

Melempar beberapa perabotan seperti lampu meja dan laptop kemudian menginjaknya dengan membabi-buta. Tanpa ampun layaknya menghajar seseorang. Pelampiasan emosinya.

Euijoo hanya berdiri disana. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk meredam sang bos. Tugasnya hanya menyelesaikan perintah yang diberikan dan diam membiarkannya meluapkan emosi.

" --- Kau sudah mati PARK SUNGHOON SIALAN! ENYAH DARI HIDUPKU BRENGSEK!"

Dengan nafas terengah, Jay berhenti. Kedua lengannya menopang tubuh di atas meja berantakan itu, sembari mengatur nafas.

Mata setajam elangnya menatap marah dengan tangan yang meremat jemarinya kasar. Meninju kuat meja berlapis kaca itu hingga darah segar mengalir di sela jari.

"AARG!! BRENGSEK SIALAN KAU PARK SUNGHOON!"

Euijoo menghela nafas. Perlahan ia punguti kertas dan laptop yang melayang tadi. Sembari menunggu si bos lebih tenang.

Pria berpakaian serba hitam dengan wajah lembut itu sudah tidak terkejut lagi. Ia sudah bisa menebak hal ini akan terjadi sejak nama itu di sebutkan oleh bibir lelaki kecintaan si bos.

Beberapa hal tidak berjalan sesuai keinginan pria kaya itu belakangan ini. Dan puncaknya ia masih harus mendengar nama yang sudah berusaha ia singkirkan sejak lama.
Euijoo jauh lebih paham meledaknya emosi si bos sesungguhnya karena satu nama itu.

Polisi dan media cukup mudah untuk dikendalikan. Hanya menunggu saat yang tepat...

Jay berangsur tenang. Ia duduk bersandar kursi kerjanya. Menghela nafas sembari memijat pangkal hidung mancungnya.
"Euijoo. Jero ikut membereskan kriminal itu?" Ucap Jay tenang.

"Ya Bos."

"Jangan gagal lagi."

"Baik Bos."

"Baru saja terjadi perang, huh?" Ucap Jake sinis ketika melihat kondisi ruangan.

"Jake. Ada apa kemari?"

"Jadwal memberi obat Jungwon." Jake memperhatikan sekitar. Walau ini bukan hal baru yang ia ketahui tentang Jay, tapi sudah sangat lama seingatnya Jay tidak mengamuk seperti ini.

"... Tapi sepertinya ada pasien lain yang lebih membutuhkan perawatan"

Jay menatapnya dingin. Beruntung saja Jake ia sudah selesai dengan luapan emosinya.
"Lakukan saja tugasmu Jake."

Jake menghela nafas sejenak,
"aku tidak bisa melakukannya lagi, Jay. Aku tidak ingin"

"Jangan bercanda. Mood ku sedang buruk Shim."

"Jay, kau tidak mengerti, aku tidak pernah bisa tidur dengan tenang, Kau berkata ini tidak akan lama, Jungwon-"

"Kau tidak bisa berhenti Jake. Heeseung akan membencimu begitu tau. Kau tidak punya pilihan lain."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Coagulation ( Sungsun / Sunsun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang