Berpencar

15 2 0
                                    

Cici sudah selesai mandi. Setelah membereskan barang-barang, dia segera mencari teman-temannya. Cewek yang sebenarnya penakut itu berputar-putar di sekitar candi. Tidak lama kemudian dia bertemu Fatih.

"Sendirian aja, Fat?" tanya Cici. Fatih masih asik meraba tekstur salah satu bangunan candi.

"Iya, kita tadi berpencar saat lo mandi." Fatih masih asik dengan kegiatannya tanpa memandang Cici. u

"Udah dapet apa aja, Lo?" tanya Cici. Dia juga ikut tertarik meraba bangunan yang terbuat dari batu bata.

"Dari tadi gue cuma lihat-lihat aja," ucap Fatih.

"Harusnya kita bertemu sama juru kuncinya, lalu jalan bareng-bareng, juru kunci menjelaskan, kita yang mencatat dan merekam Erta mendokumentasikan, bukan penelitian sendiri kayak gini," omel Cici. Kedua tangannya berkacak pinggang.

"Lo kan tahu, semalam Pak Cokro nggak mau nganter kita," jawab Fatih. Dia memotret salah satu candi.

"Ya udah kalo gitu kita cari pak Cokro lagi buat cari informasi. Nanti sejarahnya bakal jelas dan real," ajak Cici.

"Iya juga, sih. Kalau gitu kita cari Galang dan Dina dulu," jawab Fatih. Tangannya memasukkan ponsel ke dalam saku celana.

Mereka berjalan memutar. Tiba di pemandian, belum juga bertemu dengan Galang dan Dina.

"Air di situ seger banget, loh. Terus pas gue buka internet kalau mandi di situ katanya kita bisa awet muda," jelas Cici. Jari jempolnya sibuk menscrol handphone.

"Lo masih percaya kayak gituan?"

"Yee, biasanya lo yang gampang percaya," jawab Cici sewot.

"Tapi kalau kayak gini hubungannya apa sama awet muda?" 

"Kagak tahu, lah. Makanya ntar kalau udah ketemu sama Pak Cokro kita tanya kebenarannya."

Fatih dan cici berputar-putar mencari Galang dan Di. Mereka mencari sambil menjepret beberapa gambar buat dokumentasi. Sudah hampir dua jam mereka belum bertemu juga.

"Aduh, Galang dan Dina ke mana, sih, dari tadi kok nggak ketemu-ketemu, gue capek, nih, istirahat dulu yuk!" ajak Cici. Fatih menurut. Dia juga merasa kakinya pegal-pegal. 

Sementara itu Galang dan Dina juga mencari Fatih dan Cici.

"Lang, kita susul Cici, yuk!" ajak Dina.

"Oke."

Mereka berdua kembali ke kolam yang tadi digunakan mandi oleh Cici. Namun di sana sudah sepi, tidak ada seorangpun.

"Ayo kita cari ke sana, mungkin dia nyusul kita ke sana," ajak Dina. Mereka berdua mencari Cici dan Fatih lagi ke arah yang berbeda. Setelah berputar-putar juga, mereka
belum juga ketemu.

"Gue lapar, nih, lo bawa makanan, gak?" tanya Galang. Telapak tangannya mengelus perut sixpacknya.

"Kayaknya gue hanya bawa minum." Dina membuka ranselnya.

"Ya udah, minta."

"Eh, ini ada dua roti, satu buat Lo, satu buat gue," ucap Dina sambil memberikan sebotol minuman dan sebungkus roti.

"Kalau gitu kita istirahat di sana aja." Galang menunjuk sebuah batu besar. Ukurannya lumayan untuk bisa merebahkan badan sejenak.

****

Pak Cokro dan orang tua Fatih sudah selesai makan di salah satu warung kenalan Pak Cokro. Tidak lama kemudian mereka bertiga segera berjalan memasuki Candi.

"Makanannya tadi enak-enak, ya, Pak," celetuk Bu Surti.

"Iya, dong, makanya aku rekomendasikan ke situ. Soalnya di situ semua bahan makanannya selalu fresh. Harganya juga lumayan murah." Pak Cokro menjelaskan persis seperti sales.

Matahari semakin meninggi. Tapi hawa sangat dingin. Pak Santo merapatkan jaketnya.. Mereka bertiga berputar mengelilingi lokasi candi. 
"Semoga saja mereka tidak berpencar," ucap Pak Cokro.

"Memangnya kenapa kalau mereka berpencar?" tanya Pak Santo. Kedua tangannya sibuk memotret sekitar bangunan candi.

"Bahaya, nanti mereka akan dibutakan matanya. Jadi mereka tidak akan bertemu meskipun pada kenyataannya mereka saling berdekatan. Bisa juga mereka di tuntun ke dunia Dewi Laksmi dan Dewi Sri." Pak Cokro menjelaskan. Tangannya meraba-raba dinding candi.

"Siapa mereka, Pak?" tanya Bu Surti.

"Dewi Laksmi dan Dewi Sri adalah istri dari Prabu Airlangga. Menurut cerita, Candi ini juga menjadi tempat pertapaan Prabu Airlangga dan menjadi tempat menyimpan Abu Prabu Airlangga yang wafat pada tahun 1049."

Pak Cokro dan orang tua Fatih sampai di pemandian.

"Ini adalah patung Dewi Laksmi. Air yang keluar dari sini bisa menjadikan kalian awet muda," jelas Pak Cokro. Tangannya menunjuk dua tetek patung Dewi Laksmi.

"Berarti Candi belahan itu berasal dari belahan dada, ya Pak?" tanya Pak Santo.

"Bukan, itu simbol kerajaan Kahuripan yang terbagi menjadi dua. Nah, Raja Airlangga ini adalah pendiri kerajaan Kahuripan sekaligus raja terakhir sebelum kerajaan Kahuripan terbelah menjadi dua.

"Ya sudah, ayo kita mandi di sini, Yah. Biar kita awet muda," ajak Bu Surti pada suaminya. Kedua matanya berkedip-kedip genit.

"Katanya mau mencari anak-anak, bagaimana, sih," sahut Pak Cokro.

"Kita mandi dulu, eman, dong.  Mumpung kita di sini, kapan lagi kalau nggak sekarang." Pak Santo menyetujui usulan istrinya.

"Ya sudah sana mandi, aku mau jalan-jalan dulu," ucap Pak Cokro sambil menghela napas. Dia heran bercampur bingung melihat kelakuan orang tua itu.

****

"Ke mana lagi kita cari Fatih dan Cici?" tanya Dina ketika sudah selesai makan roti.

"Iya, ya. Dari tadi kita muter-muter nggak ketemu juga. Seluas apa, sih, tempat ini," jawab Galang. Tangannya berkacak pinggang.

Teror Malam Satu SuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang