Galang menemukan sebuah tali kecil di lantai. Iseng Dia menariknya. Lalu lantai tersebut tiba-tiba terbuka."Eh, apaan, nih!?"
Pak Cokro, Cici, dan Dina segera mendekati Galang. Sebuah peti terkubur di bawah papan. Pak Cokro menerka-nerka isinya adalah keris Kyai Carubuk yang selama ini Dia cari. Pak Cokro meminta Galang untuk membantunya mengangkat peti. Ternyata sangat berat. Dina dan Cici turun tangan. Setelah peti berhasil sampai atas, mereka berempat berusaha untuk membukanya. Namun nihil. Peti itu tertutup sangat rapat. Padahal tidak terkunci dengan gembok, hanya slot kayu geser.
Fatih dan Pak Santo ikut keluar karena mendengar keributan. Fatih meletakkan minuman di atas meja. Kemudian ikut bergabung melihat peti.
"Firasatku, ini adalah keris Kyai Carubuk yang selama ini aku cari," ucap Pak Cokro.
"Lalu, bagaimana cara membukanya, Pak?" tanya Pak Santo.
Pak Cokro hanya menggeleng. Mereka berenam hanya menatap peti kusam itu. Setelah berpikir berkali-kali, Pak Cokro memutuskan untuk sementara waktu menginap di rumah kakek Fatih sambil menjaga peti. Dia akan mencari petunjuk bagaimana cara membuka peti tersebut. Pak Santo menyetujuinya karena memang rumah itu kosong semenjak ditinggal kakek Fatih.
Dina sudah mendapatkan data lengkap. Cici juga berhasil merekam kegiatan mereka hari itu. Empat siswa tersebut segera pulang. Mereka akan menuntaskannya malam itu juga di rumah Fatih.
Pak Cokro tetap tinggal. Pak Santo ikut pulang dengan mobil Galang. Mereka sampai rumah menjelang malam.
Fatih tidak terlalu ikut mengerjakan tugas. Namun Dia ikut mengumpulkan data yang diperoleh selama penelitian. Galang paling antusias membuat video yang diedit sedemikian rupa. Dina berpikir keras menyusun kata-kata yang pas untuk diketik. Cici masih dengan cemilannya memilih-milih data yang harus dimasukkan. Mereka bertiga bekerja sangat kompak.
"Jangan serius-serius, ini ada cemilan buat kalian," ucap Bu Surti. Beliau membawa senampan cemilan lengkap dengan minuman.
"Nggak usah repot-repot, Bu," ucap Cici.
"Gaya, Lo," sahut Dina pada Cici. Cici hanya cengengesan. Cici lah yang paling antusias jika berhubungan dengan cemilan, makanan, dan minuman.
Mereka berempat sangat serius menyelesaikan tugas. Sesekali menyomot cemilan. Fatih sudah selesai menyiapkan sebuah poster yang akan dia pajang di Mading sekolah besok.
Menjelang tengah malam pekerjaan mereka baru kelar. Fatih sudah tertidur sejak satu jam lalu. Galang membangunkan Fatih untuk pindah ke kamar. Dina dan Cici juga sudah berjalan menuju kamar untuk tidur.
******
Keesokan harinya, Galang, Dina, dan Cici pulang ke rumah masing-masing untuk berganti seragam. Sekolah sudah mulai masuk. Mereka sudah siap dengan tugas kerja keras mereka. Hasilnya urusan nanti.
Ketika Bu Rachil memasuki kelas, semua ketua kelompok sudah mengumpulkan data lengkap di atas meja. Bu Rachil tinggal koreksi. Sementara Bu Rachil mengoreksi, murid-murid dipersilakan ke luar kelas. Seketika kelas sepi. Hanya Bu Rachil yang masih berkutat mengecek tugas.
Fatih langsung beraksi menempelkan poster di Mading. Galang menyimpan video hasil editannya untuk ditampilkan saat pentas seni. Dina dan Cici seperti biasa, nongkrong di kantin dengan dua mangkok bakso super pedas. Mereka berdua sudah kangen dengan bakso khas kantin sekolah.
Ternyata penilaian hasil kerja keras mereka dilakukan oleh semua siswa di sekolah tersebut. Bu Rachil memajang hasil kerja setiap kelompok di Mading. Fatih merasa lega karena Dia sudah lebih dulu promosi di Mading. Banyak siswa yang antusias memilih hasil kerja kelompok Dina, Cici, Galang, dan Fatih. Gelar juara tersemat pada empat anak tersebut. Mereka tidak menyangka, perjuangan mereka di dunia gaib tidak sia-sia.
"Akhirnya, kita juara gaes!" teriak Cici. Dia berpelukan dengan Dina.
"Kita beri nama kelompok kita dengan kelompok gaib, bagaimana?" usul Galang.
"Yee, acara udah kelar baru kasih nama buat kelompok," sahut Fatih sewot.
Mereka berempat sangat gembira. Rencananya mereka akan merayakan keberhasilan mereka untuk makan di restoran terkenal.
"Nanti aja makan-makannya setelah pentas seni. Kan video editan gue belom diputer," usul Galang.
Kelompok gaib setuju. Mereka segera membuat spoiler di mading agar semakin menarik. Benar saja, peminat artikel kelompok gaib semakin banyak. Mereka tidak sabar menanti pentas seni untuk melihat video hasil editan Galang.
*****
Acara pentas seni yang ditunggu-tunggu semua siswa telah tiba. Tujuh ratus siswa bersorak saat video Galang akan segera diputar. Baru memasuki detik pertama, suasana hening. Nuansa horor bercampur klasik berhasil menghipnotis seluruh penonton. Galang menampilkan video perjalanan mereka yang dipenuhi misteri hingga kejadian saat mereka terpisah dan hampir terjebak di alam gaib. Video berdurasi lima belas menit. Saat video berakhir, penonton bersorak. Antara takut, senang, dan menginginkan video yang lebih panjang.
Tidak hanya siswa. Bapak dan ibu guru turut hadir menonton video tersebut. Kelompok gaib menjadi terkenal. Hingga acara pentas seni belum berakhir, kelompok gaib sudah ditawari untuk kontrak syuting sinetron mistis. Tentu saja harus dengan persetujuan pihak sekolah. Namun pihak sekolah masih belum menyetujui. Geng gaib tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mereka lebih memilih berdiskusi mempersiapkan acara syukuran di restoran.
*****
Acara syukuran geng gaib dilaksanakan di restoran terkenal di kota mereka. Mereka semua turut serta mengajak kedua orang tua masing-masing.
"Mau pesan menu apa, nih?" tanya Dina saat mereka semua sudah berkumpul.
"Menu porsi paket keluarga saja, lebih hemat, tapi dapat banyak," usul Cici.
Dina segera memesan paket keluarga. Sembari menunggu makanan siap, mereka berbincang-bincang santai. Tiba-tiba handphone Cici berdering. Dia segera membuka tasnya untuk mengambil handphone. Betapa kagetnya dia saat mengetahui batu yang sudah dia buang kini berada di dalam tasnya.
"Gaes, batu ini?!" teriak Cici pada ketiga temannya.
"Kembali."
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Malam Satu Suro
HorrorJudul Novel: Teror Malam Satu Suro Bulrb: Hukuman dari guru geografi membuat Cici dan kawan-kawan melakukan sebuah penelitian. Mereka meneliti di Candi Belahan, Pasuruan. Ternyata keberangkatan mereka bertepatan dengan malam satu suro. Namun seolah...