Bu Rachil

24 7 3
                                    

"Nih minum obat dulu, biar diare lo mampet." Cici menyodorkan obat berwarna pink kepada Dina setelah kembali dari kamar mandi.

"Makasih ya, Ci, gue juga belum makan sejak siang tadi," jawab Dina. Tanya nya meremas perutnya yang terasa melilit.

"Kalau gitu sekarang kita cari makanan dulu, mumpung acara masih lama."

Mereka segera menuju restoran terdekat. Setelah selesai makan, Dina langsung meminum obat pemberian Cici.

Satu jam lagi acara dimulai. Dina sudah selesai dimakeup.

"Aduh, Ci, perutku masih mules nih sebentar lagi acara dimulai gimana dong?" Dina mengeluh sambil memegang perutnya. wajahnya terlihat pucat.

"Masa masih sakit, sih? tadi obat dari gue udah lo minum, kan?" tanya Cici panik.

"Udah, kok, aduh aku kebelet lagi nih."

Dina ngacir meninggalkan Cici.

"Cepetan! Bentar lagi dimulai!" teriak Cici. 

Cici mondar-mandir menunggu Dina. Lima menit lagi acara dimulai, tapi Dina belum juga keluar dari kamar mandi.

"Aduh si Dina lama banget, sih, mana acara mau mulai," gerutu Cici. Dia segera menyusul Dina ke kamar mandi.

"Din! Dina! sebentar lagi acara mulai, tuh, cepetan!" Teriak Cici.

"Iya, bentar lagi!" jawab Dina dari dalam.

Tidak lama kemudian Dina keluar. Mereka menuju ruang makeup untuk memperbaiki polesan Dina.

"Makanya kalau makan sambel tuh semangkoknya sekalian, biar mulesnya sekalian, ntar keluarnya kan sekalian juga. Kalau udah gini siapa juga yang repot? Gue kan," omel Cici sambil menambahkan beberapa tap bedak di wajah Dina. Dia juga cekatan menata rambut Dina yang sedikit awut-awutan.

Dina tidak menanggapi ucapan Cici. Dia memilih diam daripada harus berdebat. Tubuhnya sedikit lemas.

Setelah selesai, Dina segera menuju panggung dan meninggalkan Cici begitu saja. "Ih sebel banget, diomelin malah dicuekin, tapi untung aja Dina cantik, jadi bisa gue manfaatin buat model makeup gue," gerutu Cici sambil memasukkan alat make up ke dalam tas.

Cici segera menyusul Dina ke lokasi. Sahabatnya itu sudah berdiri di atas panggung bersama beberapa model yang lain.

Dina di atas panggung merasakan mules lagi. Jalannya sedikit terseok-seok. Kepalanya terasa pening. Tidak lama kemudian peserta cewek turun dari panggung bergantian dengan model cowok. Cici menghampiri Dina yang terlihat sudah sangat pucat. Belum sempat Cici berkata-kata, Dina langsung ngacir lagi ke kamar mandi.

"Kok bisa masih mules, sih? Apa gue salah kasih obat." Cici mencari sisa obat yang tadi diberikan pada Dina.

"Tuh bener, kan. Tadi yang gue kasih itu obat sakit gigi, bukan obat diare. Kayaknya juga ini obat gue sebulan lalu. Pasti udah kadaluarsa. Aduh teledor banget gue." Cici mengomel sendiri. Tidak lama kemudian Dina kembali.

"Lemes banget gue, Ci," keluhnya. "Lo kasih gue obat apaan, sih?"

"Aduh sorry banget, Din, tadi tuh ternyata obat sakit gigi punya gue sebulan lalu. Kayaknya udah kadaluarsa." Cici menggigit bibirnya.

"Bentar, ya, gue beliin air kelapa dulu. Biar Lo agak enakan."

Dina sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia terduduk lemas di atas sofa. Cici segera keluar dari hotel mencari air kelapa buat Dina. Dia baru menemukan penjual air kelapa setelah muter-muter selama setengah jam. Cici segera kembali untuk memberikannya pada Dina.

Setelah Dina meminum air kelapa, rasa mulesnya sedikit berkurang. Dia merebahkan diri sebentar di atas kursi panjang yang terletak di ruang make up. Untung saja acara model cewek sudah selesai. Setelah agak mendingan, Dina menyusul Cici ke lokasi fashion show.

Acara berlangsung seru karena mendatangkan bintang tamu diantaranya D'Masiv, Slank, dan Kangen Band. Acara berakhir pukul sebelas malam. Kemudian dilanjut dengan foto-foto hingga pukul dua belas malam. Dina sudah terlihat lelah. Cici masih asik berfoto ria dengan bintang tamu.

"Ci, kita pulang, yuk," ajak Dina. Matanya merah menahan kantuk. Wajahnya sudah pucat.

"Wajah lo pucat banget, Din. Yuk aku antar pulang." Cici mengantar Dina. Jarak rumah keduanya lumayan dekat. Mereka baru sampai rumah pukul dua dini hari.

****

Sementara itu Galang dan teman-teman merayakan kemenangan dalam pertandingan basket tadi sore. Mereka membooking warung penyetan Pak Soleh di ujung desa. Galang juga mengajak geng SMA Merdeka untuk makan-makan bersama mereka. Tidak hanya makan, mereka juga menyetel musik dan bermain gitar. Acara berlangsung sampai pukul satu dini hari.

*****

Keesokan harinya Dina dan Cici terlihat lemas. Begitu juga Galang dan kawan-kawan. Mereka terlihat tidak bersemangat karena tidur terlalu malam.

"Kamu udah enakan, Din?" tanya Cici pada Dina.

"Udah, kok," jawab Dina sekenanya.

Suasana kelas ramai seperti biasa. Tiba-tiba hening ketika Bu Rachil memasuki kelas. "Selamat pagi, anak-anak."

"Pagi, Bu."

"Hari ini kita ulangan geografi," ucap Bu Rachil tanpa ekspresi. Beliau memang sering mengadakan ulangan dadakan. Semua siswa kaget. Kelas gaduh seketika.

"Stop! jangan ramai! sekarang persiapkan alat tulis kalian." Bu Rachil mengeluarkan segepok kertas HVS berwarna putih. Kemudian membagikan satu persatu kepada semua murid.

"Waktunya setengah jam dari sekarang, setelah itu kalian bebas keluar kelas," lanjut Bu Rachil.

Suasana kelas mendadak panas. Padahal AC selalu menyala. Soal dari  Bu Rachil memang hanya dua biji. Namun perlu penjelasan panjang kali lebar kali tinggi.

"Busyet, soal apaan, nih," gerutu Cici.

"Udah, kerjakan aja sebisanya," jawab Dina setengah menguap.

"Ntar kalau kena omel bagaimana? Lo tahu sendiri Bu Guru tercantik yang satu ini kan hobi banget menyiksa murid-muridnya. Amit-amit deh semoga nanti kalau aku beneran jadi guru kagak kayak Dia," omel Cici.

Dina tidak menanggapi sama sekali. Saat ini telinganya sudah terisi headset. Lagu2 pop diputarnya untuk menenangkan pikiran. Mending mendengarkan lagu daripada harus mendengar omelan Cici yang tidak berfaedah itu.

Murid-murid sedikit gaduh saat Bu Rachil keluar kelas. Sama seperti Cici, mereka menggerutu dengan model pembelajaran geografi Bu Rachil. Suasana kembali hening saat Bu Rachil masuk kelas. Tiba-tiba…

Prang….

Bersambung……..

Teror Malam Satu SuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang