Chapter 06 | Them

25 4 0
                                    

Jillian berjalan dengan bantuan tongkat besi. Ia berdesis nyeri kala kakinya yang terjahit ikut mengayun ketika ia melangkah. Obat pereda nyeri itu hanya ia minum setiap malam dan reaksinya akan habis dalam beberapa jam. Lagipula, ia benci obat-obatan, anti bagi Jillian meminum tablet itu berulang kali.

Perempuan itu duduk berselonjor di atas sofa. Sungguh, ia terlihat beban saat ini. Harusnya ia bisa ikut mengumpulkan bahan makanan seperti biasa, namun rutinitas itu untuk kali ini dihilangkan sementara. Jangankan berlari, berjalan pun ia kesusahan.

"Kau bosan?"

Kirey melempar kemasan yogurt pada Jillian. Perempuan itu menangkap dengan baik meski sedang sakit. Hal itu membuat Kirey tersenyum.

"Aku menyusahkan." Jillian mengeluh, "kalian pasti kerepotan, susu anak-anak—" ia mengusap rambutnya kasar. "Ah, aku menambah beban kalian sekarang." Matanya menyiratkan kekecewaan.

"Tidak, aku sama sekali tidak merasa begitu. Kau sedang sakit, Jill. Mereka pasti memaklumimu." Kirey mencoba menenangkannya.

"Tetap saja. Aku merasa tak enak hati, kau tau?! Sudah tiga hari aku hanya seperti ini. Menyebalkan."

Kirey menoleh pada Jillian. Sedikit jengah mendengar keluhan perempuan itu. Ia pikir Jillian tak bisa mengomel. "Nanti malam aku akan mencabut benangmu, Jill. Lukamu sudah hampir mengering, kau tak mau merasakan benang itu semakin lengket lalu aku baru mencabutnya, 'kan? Cecahkan kakimu ketika kau berjalan, aku takut kakimu tidak bisa beradaptasi dan menjadi pincang karena kau terus berjinjit," ujarnya serius.

Jillian bergidik membayangkannya. "Kau jangan bercanda! Cabut saja sekarang."

"Tanganku sedang kotor, kau mau lukamu infeksi?" Kirey menjawab santai.

"Kau?! Aku sedang serius. Aku sudah membayangkan rasanya." Jillian tak habis pikir mengapa Kirey bisa diterima menjadi relawan sukarela. Perempuan itu bahkan sanggup membuat lelucon padanya. Kirey terlihat tak memiliki empati sama sekali.

"Aku juga sedang serius, Jillian. Beberapa antiseptik sedang habis, termasuk persediaan untuk luka-lukamu. Mereka keluar untuk menggeledah apotik lagi. Bersabarlah," tukas Kirey.

Jillian terdiam dengan wajah menekuk. "Aku benar-benar merepotkan," cicitnya sebelum menatap perempuan itu tak percaya setelahnya.

"Memang."

*****

Sebuah tangan menebas rerumputan yang berada di depan. James membesitnya berulang kali menggunakan kapak. Ilalang itu menghalangi perjalanan mereka. Mereka benar-benar terlihat seperti penjelajah sekarang.

"Padahal baru beberapa minggu sejak wabah itu dimulai, tapi kota sudah tak terurus."

Noah menoleh kemana arah Austin bersitatap. Ia membenarkan ucapan pria itu. Taman di kota sudah tak terlihat seperti taman yang orang-orang biasa lihat. Tumbuhan liar hampir memenuhi seisi taman itu. Semua bahkan seperti mimpi buruk. Ah, ia ingin bangun secepatnya.

"Omong-omong, kemana mereka sekarang?" James berceletuk tiba-tiba. Ia masih merasa aneh melihat kota sunyi di pagi hari.

"Sarapan, tentu saja. Kau ini bodoh sekali, ya." Noah menyindir. James tau maksud sarapan disini.

RUN OUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang