Chapter 04 | Split

23 7 2
                                    

Austin melempar sampel itu dari atas sebelum zombie itu akhirnya mengejar salah satu dari mereka. Kirey dengan cepat menangkap tabung kecil itu. Ia langsung berlari keluar dari laboratorium.

"Cepat!" Pekik Kirey.

Austin melempar apa saja pada zombie itu. Nafasnya terengah-engah, zombie itu masih mengejarnya. Padahal pintu keluar terlihat dekat, namun mengapa semuanya terlihat jauh sekarang. Sedikit lagi, Austin akan mencapai pintu itu sedikit lagi.

DUK!

Ia melompat keluar dari sana dan menutup pintu itu. Oh tidak, Austin bahkan belum menarik napas dengan benar, namun Kirey sudah menarik tangannya.

"Terus berlari!" Kirey setengah berteriak. "Meskipun zombie-zombie itu mengejarmu!" katanya lagi.

Hentakan kaki mereka terdengar di sepanjang koridor. Satu persatu, zombie-zombie itu mulai berdatangan dari seluruh penjuru arah. Sebagian keluar dari kamar-kamar pasien, sebagian lagi adalah mereka yang mengekor dari laboratorium tadi.

Austin menoleh ke belakang, tubuhnya bergidik kala melihat tangan-tangan pucat itu berusaha menggapai dirinya. Langkah kakinya semakin cepat—mengalahkan Kirey yang beberapa meter di depan.

"Lewat belakang saja!"

Lelaki itu menyusul Kirey di depannya. Jantungnya berpacu semakin kencang bersamaan dengan keringat yang mengucur di seluruh tubuhnya. Ia tidak tau kalau dikejar zombie akan selelah ini. Tenaganya dikuras tiga bahkan lima kali lipat saat ia berlari biasanya.

Austin berbelok, lorong ini terletak paling ujung rumah sakit. Lorong ini juga yang akan mengantarkan mereka keluar dari belakang. Sebetulnya, jalan itu sudah ditutup sejak lama. Pun juga dengan ruangan yang berada disana—yang sudah tak terpakai.

"Kau sanggup memanjat, 'kan?"

"Menurutmu? Setelah kita berlari ke sel—"

Perkataan Kirey terpotong begitu saja. Austin menyela ucapannya, jawaban yang keluar dari mulut lelaki itu sedikit menyentil hatinya.

"Tapi kau harus! Aku tidak bisa mengangkat tubuhmu."

Austin menunjuk sebuah pohon besar yang berada di tengah taman. Dahannya menjulur keluar pagar. Pohon itu cukup kokoh untuk dipanjat mereka berdua.

"Aku akan membantumu naik setelah aku di atas," kata Austin.

Mereka sudah sampai di taman. Austin dengan cekatan memanjat pohon. Kirey menoleh ke belakang, kepala zombie itu mulai menyembul dari balik koridor.

"Cepat sedikit!"

Setelah memastikan pijakannya kuat, Austin mengulurkan tangannya pada Kirey. Perempuan itu menggapai tangannya. Kirey menggenggam tangan Austin erat, ia mendorong tubuhnya naik ke atas. Akhirnya, ia berhasil naik meski dengan kesusahan.






















GRAAAKHHH!

















GRRAAAKKHHH!























GRRAAAKKHHH!














Terdengar suara zombie itu saling menyahut satu sama lain dari bawah. Mereka berkerumun di bawah pohon. Kuku-kuku itu mencakar batang pohon-makhluk itu berusaha menggapai dahannya, namun tidak bisa.

RUN OUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang