Mark
Sand a photo
Untukmu, aku sudah memerintahkan Artur memindahkan barang - barangmu
Can't wait to see you, honey
Lagi. Mark dengan segala kekuasaan yang ia punya melakukan apapun yang ia inginkan tanpa beban sedikitpun. Layaknya semua yang terjadi memang harus demikian, tidak ada yang bisa membantah. Walaupun memang seperti itu adanya.
Sava sadar betul akan apa yang harus ia lakukan setelahnya, membalas ucapan terima kasih dengan sedikit manja. Mark pasti sangat menyukainya. Tidak ada yang lebih menyenangkan dibandingkan saat peliharaan kesayangannya menerima pemberiannya dengan bahagia. Bagi Mark bukanlah masalah besar mengeluarkan sedikit uangnya, lagi - lagi untuk wanitanya. Lagipula tidak hanya Sava yang akan mendapatkan rasa nyaman itu, tetapi Mark juga.
Sebuah unit apartement baru dengan letak strategis menjadi hadiah manis untuk sang wanita. Tak ada alasan pasti mengapa Mark tiba - tiba menghadiahkan itu, yang Mark pikirkan hanyalah ia bisa menjadikan tempat itu sebagai tempat pelariannya dikala lelah melanda. Entah lelah karena pekerjaan, lingkungan sekitar, bahkan omelan sang nenek tercinta.
Hmm, apa ini tidak terlalu berlebihan?
Tapi, apapun itu terima kasih <3
Instead, I'll give you something sweet toningt, babe
Setelah memberikan balasan Sava memasukkan kembali ponsel ke dalam tas, mulai melangkahkan kakinya menuju tujuan awal. Memencet bel pada tembok putih dihadapannya, memasukan pin, dan langsung menghambur pelukan.
"I miss you so bad."
***
Perlahan kaki jenjang Sava memasuki kolam, disusul dengan menurunkan tubuhnya secara perlahan mulai merilekskan tubuh dan menikmati hangatnya kolam. Membiarkan bathrobe tergeletak begitu saja di pinggir kolam, sementara tubuhnya yang tak berlapis apapun itu tenggelam dalam kolam yang bisa terbilang dangkal itu. Tak ada yang lebih menyenangkan dari berendam di pemandian kolam panas setelah melakukan aktivitas yang melelahkan.
Bisanya Sava melakukan perawatan sendiri, namun kali ini ia bersama seseorang. Paket private pun menjadi pilihan keduanya. Tak pernah Sava sangka ia akan menghabiskan waktu bersama orang yang ada di hadapannya dengan kondisi yang seperti ini. Tanpa sehelai benang pun, keduanya bisa saling melempar tatap.
Meski demikian, tak ada yang perduli karena mereka saling memiliki walaupun terkadang untuk beberapa saat Sava merasa kurang sopan jika matanya menangkap hal yang seharusnya tidak ia lihat. Namun, Sava tidak punya pilihan. Ia adalah pihak yang diundang, pilihan yang ia punya hanya ya atau tidak. Akan tetapi, lagi dan lagi keduanya mempunyai konsekuensi masing - masing dan untuk sekarang Sava tidak punya alasan untuk menolaknya. Ia belum sekuat itu.
"Jadi, apa yang membuatmu membawaku kemari Madam?"
Ya, yang sedang berada di hadapan Sava sekarang adalah Madam. Wanita yang memberikannya pekerjaan untuk menyambung hidup sekaligus wanita yang telah menjual Sava hampir sepenuhnya untuk Mark. Entah apa tujuannya, saat ditanya pun bukannya menjawab tetapi Madam hanya tersenyum miring.
"Menurutmu?"
"Madam, sekali lagi ku katakan bahwa aku bukan peramal. Aku tidak bisa membaca pikiranmu. Just informasion for you Madam, orang - orang mudah berubah, hari ini mengatakan apa, besok lain lagi."
"Kau sedang menyindirku?" tanya Madam sedikit sinis.
"Sebenarnya tidak, tapi jika Madam merasa demikian aku rasa itu lebih baik sehingga aku tidak perlu repot - repot membuang tenaga untuk menjelaskan hal yang menjengkelkan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's play (TELAH TERBIT)
RomanceSEBAGIAN BESAR CHAPTER DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN Trigger Warning! cheating, toxic relationships, mature content Elvano Markvard Hille seorang pewaris tunggal dari salah satu perusahaan property ternama dengan nama yang tidak pernah absen m...