05 Prepare yourself, pretty

3K 159 23
                                    

Ketukan yang berasal dari jari telunjuk pada meja mengiringi lamunan sang pemilik jari di dalam ruangannya yang sepi. Pikirannya melayang kemana-mana memikirkan banyak hal. Buku tebal di atas mejanya dibiarkan terbuka seperti itu saja, di pegang namun tak di baca. Tertulis nama pengarang terkenal di sana, salah satu karya sastra yang sukses di masanya.

Demian, itulah judulnya. Novel tersebut mengisahkan kehidupan tokoh utama, yaitu Emil Sinclair, beserta problem yang dialaminya. Sebagai tokoh , Emil mengalami pergolakan fisik dan batin saat menjalani masa kecil dan remajanya. Dia berteman dengan seorang pemuda nyentrik dan agak misterius yang bernama Max Demian. Kehidupannya pun mulai berubah setelah mengenal Demian. Novel karya peraih ini kental dengan pencarian jati diri, dan masalah yang banyak dipengaruhi psikolog.

Pekerjaannya sudah selesai, ia sedang menunggu laporan dari sekertarisnya yang sudah ia minta beberapa menit yang lalu. Sembari menunggu Mark membaca buku, itu adalah kebiasaannya. Sebagian dari rak buku baik itu di kantor maupun di apartemennya.

Tentu saja Mark bukanlah lelaki pencinta novel yang mengisahkan tentang drama percintaan anak muda yang tak ada habisnya, ia hanya membaca karya sastra yang memiliki pengetahuan umum tentang dunia. Namun akhir-akhir ini ia tertarik dengan karya sastra yang bersangkut paut dengan kepribadian seseorang sehingga tak heran jika kini ia sedang membaca salah satu karya sastra yang di tulis oleh sastrawan Jerman terkenal.

Mark akan membaca novel itu di waktu luangnya seperti saat di perjalananya ke luar negeri untuk urusan kantor, sebelum tidur, atau di saat menunggu seperti sekarang. Menurutnya sangat penting untuk membaca setiap harinya karena dengan membaca pengetahuannya akan bertambah kira-kira seperti itulah perkataan kakeknya dulu ketika ia masih kecil.

Mark kecil pun hanya mengangguk tersenyum lalu ikut membaca surat kabar bersama kakeknya, melanjutkan kegiatan keduanya yang terhenti karena Mark bertanya mengapa kekeknya selalu membaca surat kabar di pagi hari. Dan tak lama sesudah itu nenek Mark datang membaca secangkir kopi untuk kakek, secangkir teh untuk dirinya sendiri, dan secangkir susu hangat untuk Mark.

Kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan di pagi hari sebelum sang kakek berangkat berkerja, kini Mark lah yang menggantikan posisi kakeknya meneruskan perusahaan keluarga Hille.

Ketukan pada pintu ruang kerjanya menarik paksa Mark dari dunia fantasinya, secepat mungkin menatap lurus ke depan. Perempuan dengan kemeja putih yang di padukan dengan rok span selutut berwarna biru pastel masuk dengan lembaran kertas di sisi tanggannya.

Perempuan yang menduduki jabatan sebagai sekertaris itu melangkah dengan penuh senyum dan percaya diri. Karakter yang sangat Mark sukai dan merupakan salah satu syarat terpenting untuk orang yang menduduki posisi itu.

Mark menutup bukunya perlahan lalu menaruhnya di sisi mejanya.

"Ini laporan yang Tuan minta." ucap perempuan itu memberikan laporan yang ia bawa.

Mark hanya mengangguk sebagai jawaban lalu mengisyaratkan agar sekertarisnya keluar dari ruangannya melalui gerakkan tangannya. Mengerti, perempuan itu menundukkan kepalanya sembari berkata, "Saya permisi." lalu berbalik menghilang di balik pintu.

Mark kembali pada pekerjaannya, mengecek laporan keuangan bulan ini. Memastikan tidak ada pengeluaran yang berlebihan apalagi pengeluaran ilegal. Biasalah orang-orang zaman sekarang sangat sulit untuk di percaya, di depan terlihat sangat baik dan bersahabat namun tidak menutup kemungkinan jika orang tersebut menyembuyikan sebuah pisau tajam di balik tubuhnya.

Siapa yang tahu? Ia hanya pemain di dunia ini, bukan author yang tahu apa saja yang akan terjadi kedepannya atau bagaimana kisah hidupnya beberapa pekan ke depan. Jadi, apa salahnya berjaga-jaga. Toh, kebanyakan orang di sekitarnya hanya memanfaatkannya untuk memperoleh keuntungan. Cih, menyedihkan sekali.

Let's play (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang