16 Sick

156 12 0
                                    

"Mark, apa kau sudah mengurus kontrakku dengan Madam dan Miguel?" tanya Sava tanpa menoleh. Dirinya berfokus pada cermin yang dihadapannya, ia sedang bersiap sebelum keberangkatan keduanya. Beberapa hari terakhir dirinya dan Mark selalu disibukan dengan urusan pernikahan. Sengaja menginap di apartemen Mark sesuai permintaan Mark agar dapat menyingkat waktu dan memiliki waktu untuk beristirahat karena Mark juga aktif bekerja bahkan sekarang pria itu masih berkutat dengan laptopnya padahal mereka sebentar lagi akan berangkat untuk jadwal pemotretan foto pre-wedding.

"Tentu saja sayang."

"Terima kasih sayang, kau memang selalu bisa diandalkan." Ungkap Sava sembari merapikan rambutnya. Menghampiri sang calon suami lalu memberikan sebuah kecupan.

"Aku tidak pernah menyesal jika itu untuk mendapatkanmu sayang." Mark tersenyum dan menarik Sava untuk kembali mengecup dan melumat bibir manis yang selalu menjadi kesukaannya.

"Kau selalu pandai merayu Mark, aku jadi merasa bersalah." Jawab Sava merengut.

"Apa yang kau bicarakan? Kau selalu sempurna bagiku sayang, berhenti mengatakan hal menjengkelkan seperti itu atau aku akan mengecupmu hingga pingsan." Mark menuntun Sava untuk duduk di pangkuannya, Sava mengikuti pergerakan Mark dan ikut mangalungkan tangannya pada leher Mark.

"Mau, Sava mau dikecup Mark sampai pingsan." Ucap Sava dengan bibir yang poutkan, mengenyahkan sisi galak dan mandirinya membuat Mark gemas sendiri.

"Astaga sayang, bibirnya jangan dimajuin gitu dong nanti aku hilang kendali beneran gimana?"

"Bukannya selalu begitu ya?" tanya Sava dengan wajah polosnya yang langsung dihadiahi kecupan dari Mark padahal Sava hanya mengatakan kebenaran dimana Mark benar-benar buruk dalam mengelola nafsunya. Setidaknya itu yang ia rasakan ketika mereka bersama, tidak tahu jika Mark bersama wanita lain.

"Tapi Mark aku serius seharusnya bukan aku yang berada di posisi ini, seharusnya ada wanita lain yang lebih pantas untuk bersanding denganmu Mark."

"Apa yang kau bicarakan sayang, kau tentu saja pantas bersanding denganku. Tidak ada yang lain hanya kau yang pantas." Mark mengakhiri kalimatnya dengan mengecup bahu polos Sava.

"Mark, jika boleh berkata jujur kau itu adalah tipe pria idamanan, kau begitu royal, kau rela melakukan apapun dan tentu saja kau memiliki segalanya. Keburukanmu hanya satu yaitu brengsek."

"Tapi kau akhirnya menikah dengan pria brengsek ini jika kau lupa." Mark memberikan kecupan-kecupan di tulang selangka Sava, hanya kecupan.

"Aku tidak akan pernah lupa Mark, aku bahkan tidak pernah berpikir akan menikah sebelumnya tetapi karena itu adalah dirimu maka aku tidak keberatan. Begitupula denganmu kan?"

"Kau tau?"

Sava terkekeh setelah melihat wajah syok Mark, lucu sekali wajah yang biasanya selalu membual kini terheran-heran hanya karena satu lemparan pertanyaannya. Giliran Sava yang memberikan kecupan pada wajah Mark.

"Mark, sejak awal pertemuan hubungan kita tidaklah baik bahkan hingga berjalannya. Baik aku maupun dirimu bukanlah orang naif, aku lebih percaya jika kita adalah ular berbisa dan kancil licik yang sengaja dipertemukan oleh takdir."

"Kau benar, aku sangat membenci hubungan serius namun sikap dan pemikiranmu membuatku ragu dan bisa goyah kapan saja seiring seringnya kita berinteraksi beberapa bulan ke depan."

"Jika aku boleh merekomendasikan, ku harap kau tidak melakukan hal gila itu. Aku tidak akan bertanggung jawab atas perasaanmu."

Mark hanya terkekeh, menutup laptopnya dan mulai beranjak ketika melihat jam pemotretan yang sudah hampir tiba.

Let's play (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang