Terdiam lama, Sava memandang Mark yang masih tertidur dihadapannya. Menganggumi, bagaimana bisa ada pria seperti Mark. Sang Pencipta pasti sedang berbahagia saat menciptakannya. Raga yang sedang terlelap itu nampak damai nan menenangkan. Cukup sekali lihat rasa damai itu langsung mengalir pada yang melihatnya.
Sava benar – benar tidak mengerti mengapa semakin lama Mark semakin menarik. Padahal jelas sekali bahwa mereka hanya menjadi parner 'bermain', namun mengapa perasaan aneh mulai menggerogoti Sava. Perasaan yang seharusnya tidak hadir diantara keduanya jusa seharusnya tetap berpengangan pada prinsip yang benar yaitu tidak jatuh cinta pada orang yang hanya bekerja.
Satu – satunya hal yang Sava syukuri yaitu sifat brengsek Mark. Jika tidak Sava benar – benar tidak tahu lagi bagaimana cara untuk mengendalikan dirinya sendiri. Terlepas dari seberapa kaya Mark yang realistisnya pasti akan menjadi kesukaan Sava, karakter soft boy, sexy, flirty, serta good boy inside mampu membuat Sava mabuk kepayang.
Mark bukanlah sosok misterius yang sulit ditebak, seiring berjalannya waktu informasi – informasi itu akan datang sendiri tanpa harus Sava mencari tahu. Mark yang akan menunjukkan dan menceritakannya. Mark terlihat sangat kesepian.
Sava juga merasa akhir – akhir ini Mark sangat lembut padanya. Tidak ada perjanjian gila yang harus disetujui lagi, Mark mendapatkan semua yang ia inginkan. Mungkin karena itulah Mark melembut, namun hal yang tidak sangka yaitu sifat flirty yang akhir – akhir ini sering Mark tunjukkan. Seakan sedang menyeimbangi keprefesionalitas Sava, Mark benar – benar menanggapinya dengan baik.
Sialnya, sikapnya yang demikianlah yang menguncang Sava. Membuat wanita itu tidak tenang dan takut masuk ke perangkapnya sendiri. Sava tahu Mark itu gila, Sava pun hampir gila menghadapinya. Jika lama – lama dalam situasi seperti ini, Sava takut ia benar – benar tergila – gila pada Mark.
Sekarang saja, saat terbangun bukannya bergegas Mark malah melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Sava yang sedang duduk bersadar pada headboard ranjang. Bangkit sekejap untuk mengecup bibir Sava, lalu kembali pada posisi semula. Benar – benar seperti sepasang kekasih.
"Morning babe." Sapa Mark dengan mata terpejam.
"Morning." Sapa Sava kembali sembari mengusap kepala Mark yang berada di atas perutnya.
"Bisa turun sedikit? Aku ingin melanjutkan tidur di tempat favoriteku." Pinta Mark dengan suara serak serta tatapan memohonnya.
Tanpa mengatakan apapun Sava perlahan menurunkan badannya hingga hampir sepenuhnya berbaring jika saja tidak ada banyak tumpukan bantal di bagian kepala, sehingga kini posisinya tetap lebih tinggi namun dapat Mark gapai.
Tidak menunggu lama, Mark langsung menjatuhkan kepalanya pada dua benda kenyal yang menjadi favorite Mark. Masih dengan kedua tangan yang memeluk erat pinggang Sava, namun kepala yang masih mencari posisi nyaman.
Ketika sudah tenang Sava dapat merasakan nafas Mark di dadanya. Mereka benar – benar seperti sepasang kekasih yang saling merindu. Setelah menghabiskan waktu semalaman berdua, pagi harinya masih bergelayutan manja satu sama lain.
Hal seperti ini bukanlah sesuatu yang harus Sava pikirkan, banyak di luar sana yang bahkan tanpa status yang jelas pun melakukan yang sama. Sava bahkan telah merasakan lebih dari itu. Melewati malam yang panjang bersama lalu melupakan ketika esok hari menyambut adalah kesehariannya. Hanya saja, kehadiran Mark yang mendadak hidup berdampingan dengannya membuatnya harus berkali lipat membentengi diri. Mark itu beracun.
"Jadwalmu kosong hari ini kan babe?"
"Sebenarnya tidak juga, tetapi jika itu untukmu akan ku atur."
Mark tersenyum, "Ah, kau sangat pandai merangkai kata honey. Aku pasti harus membayar lebih untuk ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's play (TELAH TERBIT)
RomanceSEBAGIAN BESAR CHAPTER DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN Trigger Warning! cheating, toxic relationships, mature content Elvano Markvard Hille seorang pewaris tunggal dari salah satu perusahaan property ternama dengan nama yang tidak pernah absen m...